Lagi, Jihyo mengetuk pintu kamar Jaehyun. Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam, setelah pulang dari pantai tadi mereka memang di kamar masing-masing hingga sekarang.
"Ayo makan, Jae. Kamu belum tidur, 'kan?" tanya Jihyo setelah mengetuk pintunya.
Jaehyun bangun dari kasurnya kemudian membukakan pintu kamarnya dan turun ke lantai bawah dengan Jihyo yang mengikutinya di belakang.
"Gue nanti malam mau pergi, lo kunci aja pintunya." Jaehyun berujar tepat setelah mereka duduk di meja makan.
Mata Jihyo menyipit. "Mau pergi kemana?" tanyanya. Pasalnya, memangnya Jaehyun tahu wilayah sini? Mau kemana malam-malam di daerah orang yang belum dikenal?
"Gak perlu tau," balas Jaehyun.
Malam ini, dia berniat mengunjungi club malam yang ada di sekitar sini. Katanya, tempat itu sangat terkenal bahkan untuk pendatang dari luar negeri.
"Gak boleh," ucap Jihyo.
Jaehyun tertawa meremehkan. "Memangnya siapa lo? Gue gak minta pendapat lo."
"Kamu pergi sama aku, kamu juga harus sama aku. Kalau kamu kenapa-kenapa di tempat orang gimana? Aku gak bisa bantu kamu apa-apa kalau sampai kejadian, karena aku gak tau harus hubungin siapa." Jihyo menjawab dengan alasan logis.
Sebenarnya, hanya takut Jaehyun pergi ke tempat macam-macam. Jihyo tau, Jaehyun sering pergi ke tempat-tempat semacam itu. Tapi, setidaknya biarkan Jihyo melarang Jaehyun saat sedang bersama.
"Berhenti ikut campur urusan gue, bisa? Ini yang buat gue muak sama lo!" Jaehyun menyentak Jihyo.
"Emangnya salah kalau aku minta kamu gak pergi? Aku disini cuman punya kamu, Jae. Aku gak tau tempat yang baru ini. Dan seharusnya kamu pun begitu," ujar Jihyo.
Rasa laparnya hilang dengan perdebatan ini.
Kenapa Jaehyun selalu menyulitkan Jihyo?
Begitupun dengan Jaehyun yang semakin ingin meninggalkan Jihyo detik ini juga.
"Sifat parasit lo kembali lagi? Gue pikir selama beberapa bulan ke belakang lo udah gak punya sifat nempelin orang. Apa lo punya penggantinya? Mingyu? Lo pikir dia bakal nyaman sama sifat jelek yang lo punya ini?"
Jaehyun bangkit dari kursi meja makan segera setelah menyelesaikan kalimatnya.
Dan ya ... jam sebelas malam Jaehyun benar-benar pergi dengan mobil yang menjemputnya entah bagaimana.
Jihyo melihatnya dari jendela kamar.
"Keras kepala," gumam Jihyo, kemudian kembali menutup jendela kamarnya dan memilih untuk tidur.
Persetan dengan pintu rumah ini yang tak dikunci. Jihyo percaya Jaehyun tak akan pulang besok pagi. Walau sepertinya itu hanya angannya.
Niat tidurnya ternyata tak semulus itu, Jihyo merenung menatap langit-langit kamarnya. Secepat kilat mengambil ponselnya.
Mingyu.
"Gyu? Udah tidur?" tanya Jihyo tidak masuk akal.
Tidak mungkin orang yang sudah tidur bisa mengangkat panggilannya.
"Belum, lo dimana?" tanya Mingyu balik. Sebenarnya, dia terbangun dari tidurnya karena telepon masuk dari Jihyo.
"Jaehyun pergi, aku gak tau kemana. Aku lagi di Villa sendirian." Jihyo tampak muram. "Dia kemana biasanya, Gyu?" tanya Jihyo lagi.
"Ke club, kemana lagi. Orang kayak dia gak mungkin sekedar nongkrong di Cafe."
"Di club ada apa aja?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever Only
FanfictionJaehyun bilang dia tak akan pernah mengakui Jihyo sebagai tunangannya karena mereka dipaksa bertunangan beralasan bisnis kedua orang tuanya masing-masing. Sementara Jihyo mati-matian mencintai Jaehyun. Entah dengan alasan apa. "Kalau kamu gak suka s...