"Kamu menginap disini saja, Jae. Kamar tamu di atas bisa kamu pakai, atau mungkin mau bermalam dengan Jihyo," kekehan perempuan paruh baya itu meramaikan suasana meja makan.
Mereka memang sedang makan malam, tanpa sang kepala keluarga yang belum pulang padahal jam sudah menunjukkan pukul delapan malam ini.
"Mama," keluh Jihyo, menegur ucapan sembrono yang dituturkan oleh Mamanya.
Jaehyun hanya tersenyum menanggapinya. "Sudah pernah, Tante."
Huft, Jihyo memutar bola matanya. Mamanya hanya tertawa kecil saja. "Asal jangan sampai kebablasan, Mama sih oke saja."
"Jae, gimana? Kamu jadi lanjut ke luar negeri atau menetap di Bandung tempat Tante kamu?" tanya wanita itu, menyudahi percakapan sebelumnya.
"Saya juga masih bingung, Tante. Nanti, kalau saya di luar negeri, saya tidak bisa ketemu Jihyo lagi," ucap Jaehyun sembari menatap Jihyo dengan jahil.
Gadis itu hanya geleng-geleng kepala walau dengan senyuman tertahannya. Jaehyun ini, selalu berhasil membuat Jihyo salah tingkah dihadapan keluarganya.
"Ya sudah. Berhubung makan malam Tante sudah habis, Tante mau balik ke kamar ya. Kamu menginap saja, Jae." Wanita itu berdiri dan setelah mengucapkan hal itu segera melenggang pergi.
Bersamaan dengan kepergian Mamanya Jihyo, pelayan segera mengambil piring yang telah kosong itu dan kembali ke dapur menyisakan Jihyo dan Jaehyun.
"Gue tidur di kamar lo, ya?" tanya Jaehyun.
Jihyo tampak berpikir. "Kenapa gak di kamar tamu?"
"Gue maunya sama lo."
"Jangan macam-macam di rumahku, Jae," tolak Jihyo mengingat apa yang mereka lakukan di Bali saat itu.
"Emangnya gue mau apa? Gue mau tidur," tutur Jaehyun.
"Ya udah, boleh."
Mereka berdua kembali ke kamar Jihyo. Jaehyun tengah duduk di sofa sambil memainkan ponselnya, sementara Jihyo yang duduk diatas kursi meja belajarnya sambil mengecek buku pelajarannya besok.
Sebenarnya, mereka sudah tidak belajar lagi. Hanya menunggu acara perpisahan ke Jogja. Mereka benar-benar sudah selesai menjadi anak SMA.
Tepat jam sembilan mereka sama-sama sudah berbaring di ranjang yang sama menatap langit-langit kamar yang hanya mendapat penerangan dari lampu tidur.
"Gue-"
"Aku-"
"Apa?"
Jihyo tertawa pelan. "Kamu mau ngomong apa?" tanyanya.
"Lo duluan aja," ucap Jaehyun, menoleh pada Jihyo yang masih tersenyum.
"Aku boleh tanya tentang Mingyu?" tanya Jihyo, berhasil membuat Jaehyun menatapnya dengan nyalang.
"Apa?" tanya Jaehyun, mencoba tidak perduli.
"Kamu tau sesuatu tentang perempuan yang dia suka? Ehm, mantan pacarnya mungkin," kata Jihyo tampak menimbang-nimbang dan terdengar ragu.
Jaehyun mengerutkan alisnya. "Kenapa?"
"Aku penasaran, perempuan bagaimana yang dia suka."
"Kenapa lo tanya itu ke gue?" tanya Jaehyun dengan nada mengomel.
Jihyo memilih bungkam.
"Mingyu tertutup soal tipe idealnya, gak ada yang tau sama pola pikirnya yang susah di tebak. Yang lebih kaget, lo malah jadi pacarnya. Ya berarti, gak jauh-jauh kayak lo." Jaehyun angkat bicara dan tampak tidak suka.
"Kalau kamu, Jae? Kamu suka perempuan kayak apa?" tanya Jihyo, tanpa niat sama sekali. Hanya sebatas basa-basi.
"Gue?" tanya Jaehyun, memberi jeda sebelum melanjutkan ucapannya. "Gak tahu, gue bisa suka sama banyak perempuan dalam satu waktu."
Jihyo mengangguk. "Ooo ... tapi Rosè cantik ya. Dia ikut club cheerleader kan di sekolah? Aku sering lihat dia pakai seragam club itu."
"Aku kaget ada perempuan begitu di dunia nyata, kayaknya sempurna hidupnya," tutur Jihyo sambil membayangkan hidup dengan ketenaran semacam itu, pasti hari-hari Rosè sangat sibuk.
Jaehyun hanya diam saja, mengamati gadis di sampingnya itu berceloteh.
"Gue gak suka sama Rosè."
"Hah? Dia bukan pacar kamu?" Jihyo terkejut, Ia pikir Rosè salah satu kekasih Jaehyun.
"Gue gak pernah benar-benar suka sama cewek, mereka cuman pemuas gue akan hasrat laki-laki yang ada di dalam gue. Setelah itu, mereka cuman sampah."
"Jae, kamu tau kan? Berhubungan sama banyak perempuan itu gak baik?" tanya Jihyo, mencoba tidak menghakimi.
Jaehyun hanya terkekeh kecil. "Gue cuman pernah sekali, setelah itu gue gak pernah sampai sana."
Jihyo meneguk salivanya, laki-laki di sampingnya ini sangat mengerikan, bisa-bisanya dia meng-iyakan Jaehyun untuk tidur di kamarnya.
"Aku mau tidur," ucap Jihyo, memutuskan untuk menyudahi arah pembicaraan ini.
"Jihyo."
Suara itu, membuat Jihyo kembali membuka matanya.
"Makasih udah jadi penyeimbang kehidupan gue."
"Maksudnya?" tanya Jihyo, meminta kejelasan lebih lagi.
Jaehyun tak menjawab, malah memaksa Jihyo untuk berbaring menghadap kearahnya dan memeluk gadis itu.
"Kalau gak ada lo, mungkin gue udah mati sejak lama."
•••
Setelah mencuci mukanya di kamar mandi, Jaehyun memutuskan untuk pulang dan memilih bolos sekolah hari ini untuk menjenguk Mingyu.
Berbeda dengan Jaehyun yang baru keluar dari kamar mandi, Jihyo sudah rapih dengan seragam sekolahnya dan sedang menata rambutnya di meja rias.
Jaehyun menghampiri gadis itu menunduk melihat pucuk kepala Jihyo.
"Gue balik, ya. Coba lihat gue," kata Jaehyun, Jihyo tampak bertanya dan memutar kepalanya untuk melihat Jaehyun.
Mata Jihyo segera membelalak begitu Jaehyun menunduk dan mencium bibirnya. Tangan Jihyo meremas rok seragam sekolahnya, menetralisir kegugupan di dalam dirinnya.
Jaehyun menyudahi ciuman mereka, menatap bibir Jihyo yang basah karena ulahnya.
"Hmm, begini lebih baik. Lo pakai pewarna bibir apa sih? Kemerahan tadi," ucap Jaehyun sambil mengusap bibir Jihyo dengan ibu jarinya tanpa dosa. Alasan konyol macam apa itu?
Pipi Jihyo sudah merah menahan malu yang luar biasa.
"Gue nerima lo, Jihyo."
"Apa?"
Jaehyun mengeluarkan sesuatu dari dalam saku celananya. Sesuatu yang dia cari mati-matian disetiap sudut kamarnya beberapa hari lalu.
Cincin miliknya, cincin yang mengikat kedua orang ini.
"Pasangin," perintah Jaehyun.
Gadis itu hanya diam. Perasaannya campur aduk. Ada kupu-kupu yang berterbangan di perutnya tapi otaknya malah memutar potongan film berisi Mingyu dan dirinya.
"Aku gak bisa-"
"Kalau gitu, gue pasang sendiri aja." Jaehyun memasangnya sendiri. "Gue gak menerima pengkhianatan antara tunangan gue sama sahabat gue, jadi putusin Mingyu."
"Jaehyun, jangan gila!"
-TBC-
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever Only
FanfictionJaehyun bilang dia tak akan pernah mengakui Jihyo sebagai tunangannya karena mereka dipaksa bertunangan beralasan bisnis kedua orang tuanya masing-masing. Sementara Jihyo mati-matian mencintai Jaehyun. Entah dengan alasan apa. "Kalau kamu gak suka s...