Bab 3 : Menyerah?

271 68 10
                                    

Jihyo membuka pintu rumah Jaehyun, seperti biasa rumah ini selalu kosong. Hanya diisi oleh tunangannya itu.

Ayah Jaehyun sering kali keluar negeri mengurus cabang bisnis yang disana, sementara Bundanya sibuk dengan keluarga barunya.

Ya, kondisinya tak jauh berbeda dengan keluarga Jihyo. Papanya juga lebih sering berada di luar kota, Mamanya masih ada di rumah walau jarang terlihat karena sibuk dengan arisan bersama teman-temannya.

Dari kecil, Jaehyun dan Jihyo memang sudah sering bertemu karena pekerjaan orang tuanya. Namun, Jaehyun dari kecil memang sudah menghindarinya.

Kedua orang tua mereka membangun bisnis bersama. Sampai Ayah Jaehyun memutuskan membuka bisnis baru sendiri di luar negeri. Membutuhkan uang lebih banyak dan meminjam pada orang tua Jihyo.

Cerita kenapa mereka bisa bertunangan seperti sekarang sangat panjang.

Inti dari semua ini, Jaehyun dipaksa bertunangan untuk meminjam uang dari Papanya Jihyo.

Karena itu Jihyo bisa mengerti kenapa Jaehyun membencinya juga.

Jihyo menaruh tote-bag ditangannya ke atas meja makan. Pagi-pagi buta dihari libur terkadang memang dia ke rumah Jaehyun. Sementara bisa dipastikan Jaehyun masih tertidur di kamarnya.

Tapi, pagi ini berbeda.

Jaehyun sudah turun dari lantai dua.

Kalau biasanya Jihyo langsung menyambutnya, kini Jihyo tak berminat. Ucapan Jaehyun kemarin benar-benar menyakiti perasaannya.

Gadis yang memakai gaun putih selutut itu memilih duduk diam di kursi meja makan sambil memindahkan makanan-makanan di tepak itu ke mangkuk dan piring.

Jaehyun membuka kulkas dan meminum air dingin dari dalam sana.

Mereka seolah berada di dimensi yang berbeda.

Setelah puas dengan dahaganya, laki-laki dengan rambut berantakan itu duduk disebrang Jihyo. Mulai mengambil nasi dan lauk yang ada diatas meja.

Jihyo hanya diam menatap Jaehyun makan dengan tenang.

"Pergi lo," usir Jaehyun karena merasa risih dengan tatapan Jihyo.

Dan untuk pertama kalinya, Jihyo bangun dari kursi meja makan itu tanpa penolakan. Gadis itu memilih pulang daripada mengingat ucapan Jaehyun kemarin.

Tapi rasanya tak tahan untuk mengeluarkan unek-uneknya.

"Aku berusaha hidup dari kematian, tapi kamu nyuruh aku mati dengan mudah? Menurut kamu, kalau orang tua aku tahu kamu ngomong gitu bagaimana? Aku pernah hampir mati dan mereka mati-matian usaha cari cara biar aku tetap nafas dan ada di bumi ini. Kamu? Kamu orang gak jelas entah siapa malah pengen aku mati?"

"Aku capek, Jae. Kayaknya aku juga akan berhenti. Tolong terus ucapin kata-kata semacam itu, biar aku sadar kalau kamu gak layak untuk aku suka."

"Kamu itu definisi mawar berduri yang sesungguhnya. Indah, tapi semakin aku mencoba untuk menggenggam kamu, kamu makin nyakitin aku lebih dalam."

Mata Jihyo lagi-lagi berkaca-kaca, dia segera pergi meninggalkan kediaman Jaehyun. Untuk hari ini, dia tak bisa melihat wajah Jaehyun lebih lama.

Jaehyun meletakkan sendoknya. Pandangannya lurus ke depan menatap kosong pada oven yang berada di pandangannya.

Untuk pertama kalinya, gadis itu berbalik lebih dulu meninggalkannya. Dan ada sedikit perasaan bersalah untuk gadis dengan gaun putih pagi buta ini.

"Mingyu?"

Suara serak Jihyo menjadi suara orang pertama yang menyebut namanya pagi ini, dia baru saja terbangun karena panggilan telepon dari Jihyo.

"Lo kenapa?" tanya Mingyu.

"Aku mau beli ice-cream."

Perkataan konyol macam apa ini? Di jam setengah tujuh pagi ini ice-cream? Dan sejujurnya, mereka belum sedekat itu untuk telepon bukan? Gadis ini sangat unik.

"Di jam segini?" tanya Mingyu, berjalan membuka gorden apartemennya.

"Iya."

Mingyu masih diam sampai suara isakan Jihyo terdengar disunyinya panggilan mereka. Sudah dia duga.

"Oke, gue jemput setengah jam lagi." Mingyu menutup sambungan teleponnya dan masuk ke kamar mandi.

•••

Pagi itu, mereka tak hanya membeli ice-cream. Mingyu membawanya ke sebuah bendungan di Jawa barat. Mereka duduk disalah satu pondok yang ada disana.

Siapapun pasti akan mengira kalau mereka adalah pasangan kekasih. Dengan jaket Mingyu yang menutupi lutut Jihyo kebawah dengan posisi duduk,  Jihyo yang sesekali menyodorkan ice-cream cone miliknya ke depan bibir Mingyu, dan Mingyu yang membawa dan membersihkan tangan juga bibir Jihyo dengan tisu.

"Aku gak pernah dekat sama cowok selain Jaehyun, kayaknya karena itu aku terobsesi sama dia. Ya, mungkin aku terobsesi," ucap Jihyo sambil memanyunkan bibirnya.

"Aku pikir Jaehyun satu-satunya cowok yang bisa jagain aku setelah Papa, makanya aku sayang banget sama dia. Tapi, aku rasa Jaehyun gak ada apa-apanya sama kamu, Gyu. Kamu peluk aku pas nangis, kamu bolehin aku peluk kamu di motor, kamu bantu aku nyopot helm, kamu tau perasaan aku-"

"Bukannya lo terlalu cepat tarik kesimpulan? Kita baru kenal beberapa hari," kata Mingyu, sekaligus memotong perkataan Jihyo.

Jihyo menatap mata Mingyu. "Aku percaya sama kamu."

"Gue ini brengsek yang sama kayak Jaehyun, lo pikir kenapa gue bisa masuk circle mereka yang sering mainin perempuan?" tanya Mingyu.

"Tapi aku tau, Gyu. Kamu beda."

Mingyu tertawa kecil. "Gue pun gak tau apa yang berbeda dari diri gue. Kesimpulan yang lo buat mungkin juga yang nyakitin diri lo tentang Jaehyun. Lo terlalu mudah anggap orang lain baik dan gampang percaya."

"Enggak tau, firasat aku bilang kamu beda sama teman-teman kamu." Jihyo tersenyum dan memakan ice-creamnya lagi.

Angin yang berhembus di jam sembilan pagi ini membuat rambut yang digerai Jihyo berantakan dan menganggu. Tapi entah dari mana Mingyu mendapatkan sebuah karet dan membantu Jihyo mengikat rambutnya.

"Kan, kamu orang baik," ucap Jihyo sambil tertawa.

"Orang baik hanya karena ikat rambut lo yang nampar muka gue?" tanya Mingyu.

Jihyo mengangguk.

"Kamu punya pacar, ya?" tanya Jihyo sambil menoleh pada Mingyu.

Kali ini, Mingyu yang mengangguk.

"Kalau gitu, kamu selingkuh sama aku?" tanya Jihyo lagi.

Mingyu tertawa dan menganggukkan kepalanya. "Pantas aja banyak orang selingkuh, ternyata rasanya lumayan juga."

"Dasar," cibir Jihyo.

-TBC-

Aku lagi diserang presentasi ama tugas, gaes. Maaf kalau updatenya gak jelas jam berapa jam berapanya hehe. Tapi aku pastiin paling enggak aku update tiap hari ya, walau gak nentu waktunya. Selama draftnya masih ada bakal aku up kok (☞ ͡° ͜ʖ ͡°)☞

Forever OnlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang