Bab 16 : Aku, Kamu, dan Dia

257 62 16
                                    

"Lo mau kemana lagi?" tanya Jaehyun.

Belum ada lima menit dia melihat Jihyo masuk ke dalam, sekarang gadis itu sudah memakai jaketnya dan berjalan ke arah pintu keluar.

Hanya ada mereka berdua di dalam, yang lain masih di luar. Itu lah yang membuat Jaehyun berani mengajak Jihyo berbicara.

"Aku mau kasih Mingyu kejutan," jawab Jihyo jujur.

Jaehyun menghembuskan nafasnya.

"Kenapa gak di sini aja? Emangnya lo mau kemana?" tanya Jaehyun lagi, mendesak Jihyo agar mau menjawab pertanyaannya.

Sementara Jihyo mengerutkan alisnya. Laki-laki ini perduli sekali dia mau kemana, sedangkan pada saat Jihyo bertanya-tanya ia marah karena merasa tak ingin diocehi oleh Jihyo.

Menyebalkan.

"Dekat, cuman ke gang depan. Sekaligus jalan-jalan lihat suasana malam dari atas sini," balas Jihyo. "Udah? Aku pergi. Kamu gabung sama yang lain, jangan sendirian disini."

Tapi ... nyatanya Jaehyun malah mengekori Jihyo dari belakang. Bukan, lebih tepatnya menguntit gadis itu karena ingin melihat apa yang mereka lakukan malam-malam ini.

Namun, Jaehyun tertampar saat Jihyo duduk di salah satu pondok sambil membuka box yang dibawanya. Isinya ... kue ulang tahun. Tak lupa juga, gadis itu membawa sebuah korek dan berusaha menyalakan apinya ditengah kuatnya hembusan angin malam ini.

"Sialan," umpat Jaehyun.

Bahkan Jihyo tak pernah melakukan ini untuknya.

"Selamat ulang tahun, Jae. Ini hadiah buat kamu, aku pergi ya."

"Happy birthday, calon."

"Jae, ada titipan buket bunga buat kamu di pos satpam. Kata pengantarnya sih, dari bunga matahari. Memangnya ada pacar lo yang namanya begitu?" tanya Bambam.

Mereka selalu seperti itu karena hubungan mereka yang diam-diam.

Malam ini, Jaehyun tidak rela melihat Jihyo memberikan kejutan semacam ini pada Mingyu. Iya, Jaehyun sangat iri.

Harusnya ... Jaehyun yang mendapatkannya.

Jaehyun berjalan mendekati Jihyo. Membantu gadis itu menahan angin agar memudahkannya menyalakan api pada lilin angka tersebut.

Hubungan mereka sangat aneh, Jihyo pun bingung dengan kedatangan Jaehyun tapi tidak menolak kehadirannya.

"Kamu kenapa kesini?" tanya Jihyo sambil memangku kue coklat itu dan menoleh pada Jaehyun yang duduk disampingnya.

"Jangan," ucap Jaehyun.

"Apa?" tanya Jihyo.

Tangan Jaehyun menyelipkan rambut Jihyo yang menghalangi wajah cantik gadis itu. Kemudian, Jaehyun memajukan wajahnya.

Jihyo menggeleng dan memundurkan wajahnya. "Jae, aku mau kasih kejutan untuk Mingyu. Kenapa kamu kayak gini."

"Gue gak bisa." Lagi-lagi, Jaehyun menjawab sepotong-sepotong.

"Lihat lo sama dia."

"Jae, kamu mabuk?" tanya Jihyo yang merasa heran.

Detik itu Mingyu menelponnya, Jihyo segera mengangkat panggilan dari Mingyu namun Jaehyun dengan cepat menarik Jihyo agar lebih dekat dengannya.

Cupp.

Jaehyun mengecup bibir gadis itu.

"Hyo, dimana?"

Ada jeda beberapa saat sebelum Jaehyun kembali mencium Jihyo, tapi kali ini dengan lembut tidak sebrutal saat di Bali.

Jihyo ingin menolak, tapi hatinya tak berbohong bahwa saat ini dia juga menginginkan itu. Hatinya lagi-lagi masih menginginkan Jaehyun, bukan Mingyu.

Sementara Mingyu di sebrang sana tampak mendengarkan dengan seksama suara yang tak jelas itu.

"Gue udah disini. Lo tidur, ya?"

Salah, salah besar.

Mingyu tidak marah, laki-laki itu malah tersenyum dan memilih untuk kembali ke Villa.

Tapi, itu merupakan keputusan yang bodoh.

Tubuhnya kaku begitu melihat apa yang terjadi beberapa meter di sebelah kiri itu.

Gadisnya ... sedang berciuman dengan pasangan sebenarnya.

Rasanya Mingyu seperti kehilangan separuh ingatannya karena otaknya kosong. Demi Tuhan, hal yang paling Mingyu takuti datang juga.

Mingyu sadar. Ini bukan lagi pantas disebut sebagai rasa sebagai teman. Gadis di depan sana, melewati garis itu. Mingyu juga bisa melihat jikalau Jaehyun melempar kue coklat itu ke depan mereka berdua.

Bisa bayangkan bagaimana perasaan Mingyu? Ini ... tidak bisa dijelaskan melalui kata-kata.

Di dalam hubungan kedua orang itu, Mingyu memiliki tingkatan yang sama seperti kue itu. Hanya sebagai properti penghias cerita mereka.

"Kamu mau kue apa?" tanya Jihyo saat mereka sedang memilih-milih kue di stan salah satu festival sekolah mereka ini.

"Gue gak suka kue."

"Kalau gitu, pasti suka kue coklat. Kamu suka coklat, 'kan? Aku sering lihat di apartemen kamu, Gyu." Jihyo tertawa kecil. "Kamu kayak anak kecil, lucu."

Jangan hilangkan gadis itu dari hidupnya.

Harusnya Mingyu tidak melihat kejadian ini, sehingga dirinya bisa terus menutup mata dan hatinya dari kenyataan bahwa Jihyo memang bukan miliknya.

Ini, hari ulang tahun terburuk untuknya.

Tapi mungkin, hari ini hari yang paling bahagia untuk gadisnya.

"Selamat hari kebahagiaan lo, Hyo. Kue cokelat itu hanya sebagai pemanis hubungan kalian. Lo sama dia, serasi malam ini."

Serasi dalam membuat hancur hatinya.

•••

Mingyu melamun di dalam kamarnya.

Tangan Jihyo terulur untuk merapihkan rambutnya yang masih basah, kemudian mulai mengeringkannya dengan handuk ditangannya.

"Kamu udah tau lagi demam kenapa mandi? Pakai air hangat atau air biasa? Nanti tambah demam," omel Jihyo.

Mingyu terkekeh kecil. "Lo udah kayak istri gue, tau lo? Nikah aja yuk."

"Boleh," jawab Jihyo asal. "Eh, gak jadi. Aku maunya nikah ama Jaehyun dulu, abis itu sama kamu. Gimana?"

Senyum Mingyu luntur, gadis ini ... benar-benar membuatnya bingung. Apapun yang terjadi, Jaehyun memang si paling nomor satu.

Di luar, hujan tiba-tiba turun dengan deras. Mingyu menatap jendela kamar yang masih terbuka itu dengan perasaan campur aduk.

Ada rasa penasaran bagaimana cara mereka pulang, tapi memikirkan mereka sedang melakukan apa membuat hatinya sakit.

Yang dilakukan Mingyu adalah, ia langsung menarik selimutnya dan mencoba memejamkan matanya. Menghilangkan pikiran-pikiran di kepalanya.

"Ini bukan salah mereka, ini salah lo sendiri mencari masalah suka sama milik orang lain. Bukan mereka yang jahat, lo yang gak tau diri maksa masuk di cerita mereka," gumamnya.

"Figuran jangan pernah mimpi untuk bersanding sama pemeran utama."

-TBC-

Forever OnlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang