Selama penerbangan Jakarta-Bali Jihyo benar-benar tertidur dengan lelap. Semalam memang Jihyo kurang tidur karena mengerjakan tugas sekolahnya ditambah lagi ini semester akhir mereka bersekolah.
Jadi, Jihyo sedang banyak-banyak belajar untuk ujian masuk perguruan tinggi negeri.
Berbeda dengan Jaehyun yang malah sibuk bergonta-ganti perempuan sepanjang minggu, jalan ke tempat-tempat baru dengan perempuan, main dengan teman se gengnya. Terkadang malah touring.
Sampai di bandara, Jihyo dan Jaehyun dijemput oleh manajer cabang yang akan dibuka kali ini.
"Gue lapar, bisa ke rumah makan dulu?" tanya Jaehyun pada manajer cabang.
"Boleh, Pak. Kita mampir dulu ke restoran dekat sini ya," kata manajer Song. Laki-laki dengan tuxedo hitam itu tampak mengarahkan supirnya setelah itu.
Jihyo geleng-geleng kepala. Padahal rasanya ia ingin segera rebahan di kasur empuk hotel, kenyataannya harus pergi ke restoran dulu.
Tak sampai sepuluh menit mobil putih ini berhenti, Jaehyun keluar lebih dulu meninggalkan Jihyo.
Setelah memesankan makanan, manajer Song pergi ke parkiran. Katanya tidak ingin mengganggu, padahal mereka berdua jadi canggung sekarang ini.
Apalagi ... masih menunggu makanannya datang entah kapan.
Saat itu juga ponsel Jihyo bergetar, Jaehyun bisa melihatnya dengan jelas karena ponsel gadis itu ditaruh diatas meja. Sementara Jihyo pergi ke toilet untuk menghindari kecanggungan itu.
Dan, nama Mingyu yang terpampang disana.
Tangan Jaehyun mengambil ponsel Jihyo. Menggeser tombol merah disana.
"Makin lama makin jadi ya." Jaehyun berdecak, kemudian kembali menaruh ponsel Jihyo pada tempat sebelumnya.
Tak lama kemudian Jihyo kembali, matanya menatap meja yang masih kosong dan hanya ada minuman disana.
"Masih lama, ya?"
"Mungkin," balas Jaehyun.
"Kamu kenapa gak sewa asisten rumah tangga aja, Jae?" tanya Jihyo mengingat sedihnya dapur Jaehyun yang terlihat hampa dengan makanan-makanan seperti itu.
"Perduli apa lo?"
"Kata Mama, gak boleh sering-sering makan nugget, sosis, crab-stick, dan semacamnya. Aku cuman takut kamu sakit kalau terus-terusan makan begitu," ucap Jihyo.
Jaehyun tertawa pelan. "Lo nyindir gue yang gak punya Ibu?"
Buru-buru Jihyo menggeleng. "Bukan begitu, kamu salah-"
"Gue udah lupa bahkan berapa kali gue bilang ke lo, urus urusan lo sendiri dan jangan pernah sok perduli ke gue pakai muka kasihan begitu. Gue bukan kucing jalanan yang harus dikasihani." Jaehyun memotong ucapan Jihyo.
Dia tak pernah suka, saat gadis di depannya ini mulai menceramahinya dan menatapnya dengan tatapan aneh seperti itu.
"Iya, maaf," ujar Jihyo sambil menundukkan kepalanya.
Saat mengobrol dengan Jaehyun, entah kenapa selalu berujung penyesalan. Laki-laki itu memang sangat tak ingin Jihyo jamah sedikitpun. Jihyo mendekat selangkah, maka Jaehyun akan menjauh tiga langkah dari dirinya.
Ponsel Jihyo kembali bergetar, kali ini pemiliknya segera mengangkatnya.
Berniat untuk pergi, tapi Jaehyun langsung mengintruksinya.
"Mau kemana lo?" tanya Jaehyun.
"Angkat telepon," ucap Jihyo sambil mengangkat ponselnya.
"Memangnya seprivasi apa sampai harus ke tempat lain? Gue rasa teleponnya gak akan sepenting itu," sindir Jaehyun sambil tersenyum kecil.
Akhirnya Jihyo kembali duduk, mengangkat panggilan dari Mingyu.
"Gyu? Aku udah sampai, sekitar satu setengah jam yang lalu lah."
"Aku taruh hoodie kamu di lemari, aku gantung pakai gantungan baju pas aku kesana."
"Iya, coba cari lagi. Mungkin belum kelihatan."
Jaehyun sibuk mencerna kata-kata Jihyo sambil memainkan ponselnya sendiri. Gadis di depannya ini jangan bilang sudah main ke apartemen Mingyu?
Demi Tuhan. Baik Jaehyun, Yugyeom, ataupun Jungkook sama sekali belum pernah ada yang kesana. Mingyu selalu menolak mereka untuk datang. Tapi ... Jihyo?
"Cardigan aku jangan dimasukkin ke lemari kamu, ya. Nanti aku kebingungan nyarinya. Biarin aja di laci nakas ya."
Sudah.
Pikiran Jaehyun sudah melayang kemana-mana.
Jaehyun rasanya ingin kehilangan indra pendengarannya sekarang ini.
"I love you too, mwah."
Detik itu Jaehyun melongo, matanya menatap nyalang Jihyo yang duduk di depannya. Maksud gadis ini apa?
Kenapa ...
Kenapa bilang hal itu di depan Jaehyun?
Bukannya, kata-kata itu seharusnya hanya jadi miliknya? Ternyata, Mingyu juga mendapatkannya.
"Bye, i love you Jaehyun."
"I love you, Jae. Mwah!"
"JAE TUNGGU! I LOVE YOU MORE AND MORE!"
"Jaehyun, gue ... i love-"
"I lo-"
Tiba-tiba ingatan setiap akhir panggilan telepon mereka datang ke kepalanya.
"I love you more, Jae." Jihyo tersenyum dan menatap Jaehyun dengan tatapan teduhnya. Meski dia tak akan dapat ucapan balik dari Jaehyun seperti Mingyu, tapi Jihyo tetap melakukannya.
Seolah itu memang sudah kewajibannya.
Jaehyun hanya diam, menatap Jihyo tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Disebrang sana Mingyu tersenyum getir. Sepertinya Jihyo lupa mematikan panggilannya. Ada sedikit perasaan tidak rela gadis itu mengucapkan kata-kata itu untuk Jaehyun.
Tapi Mingyu juga sudah tau kalau Jaehyun adalah tunangan Jihyo.
Mingyu menggeser tombol merah itu.
"Sialan lo, udah sama Mingyu masih mau sama gue?" tanya Jaehyun.
Jihyo mengangguk. "Aku coba lepasin kamu, tapi ternyata masih gak bisa, Jae."
Belakangan memang Jihyo berusaha untuk menjauhi Jaehyun, tapi tetap saja ada yang mengganjal dihatinya. Ada yang kosong selama dia menjauhi Jaehyun.
•••
Baik Jihyo ataupun Jaehyun sama-sama melongo. Mereka pikir, mereka akan tinggal di hotel. Tapi kenyataannya adalah, mereka tinggal di satu rumah yang sama dekat pantai.
Sepertinya ini Villa milik manajer Song.
"Gue mau di hotel," ucap Jaehyun, kembali berjalan keluar.
"Maaf, Pak. Saya disuruh Pak Jung untuk menempatkan kalian disini. Saya hanya mengikuti arahan," ucap manajer Song.
Berbeda dengan Jaehyun yang mencak-mencak, Jihyo malah membuka gorden putih itu. Menampilkan pemandangan laut dengan banyak pohon kelapa di depan sana.
Jihyo menoleh sambil tersenyum. "Gak seburuk itu kok, Jae. Lihat! Cantik, 'kan? Mungkin pas malam bakal lebih cantik," tuturnya.
Jaehyun berdecih. Bukan itu masalahnya!
Mereka hanya berdua tinggal disini? Yang benar saja.
Jaehyun bisa-bisa tertekan dengan Jihyo.
-TBC-
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever Only
FanfikceJaehyun bilang dia tak akan pernah mengakui Jihyo sebagai tunangannya karena mereka dipaksa bertunangan beralasan bisnis kedua orang tuanya masing-masing. Sementara Jihyo mati-matian mencintai Jaehyun. Entah dengan alasan apa. "Kalau kamu gak suka s...