Mereka sampai di Villa keluarga Mingyu.
Berhubung ada 9 kamar di Villa ini, mereka mempunyai kamar satu persatu. Semuanya sedang membereskan barang bawaannya.
Termasuk Jihyo.
Tapi, gadis ini tak sendirian. Mingyu ada di sana juga setelah memasukkan barang-barang miliknya ke kamar.
"Gyu, aku takut ketahuan deh," kata Jihyo sambil membongkar tasnya dan merapihkan barang-barang kecantikannya diatas meja rias.
Mingyu yang sedang tiduran di atas kasur langsung beralih ke posisi duduk, menatap gadis itu dengan bingung. "Takut ketahuan apa? Pacaran?"
Jihyo mengangguk tapi pandangannya masih sibuk pada kegiatan menatanya.
"Serahin aja ke gue," ucap Mingyu.
Habisnya, Jihyo jadi kepikiran mereka akan disini selama dua hari. Alhasil, pasti ada saja hal-hal yang diluar dugaan jika tinggal bersama seperti ini.
"Ngomong-ngomong tadi waktu di supermarket kamu kenapa, Gyu?" tanya Jihyo karena merasa Mingyu sudah tenang. Saat di supermarket, Mingyu tampak aneh.
Tapi Mingyu tak menjawab, malah hanya tersenyum simpul. Tangan Mingyu malah mengambil buku diatas nakas.
"Buku UTBK?"
"Lo kapan ikut UTBK?" tanya Mingyu sembari membolak-balikkan buku berwarna putih dengan corak warna warni itu.
"Hmm, bulan depan. Kamu gak mau ikut daftar, Gyu?" tanya Jihyo.
"Gak mau. Gue mau masuk swasta aja sekalian. Ngapain susah-susah begini," kekeh Mingyu.
Mingyu menaruh buku itu kembali dan berjalan mendekat kearah Jihyo yang tengah duduk di depan meja rias itu.
"Hyo, gue mau ke kamar. Nanti kalau butuh apa-apa ke kamar gue aja." Mingyu menunduk dan mengecup pipi kanan Jihyo.
Jihyo mematung. Sementara Mingyu tampak biasa saja dan berlalu pergi keluar kamarnya. Bahkan Jihyo masih menatap pintu kayu yang sudah tertutup itu.
Tangannya memegang pipinya sendiri.
"Dia ... kenapa?"
Demi Tuhan, mereka terakhir kali melakukan ciuman saja di awal. Selanjutnya Mingyu sama sekali tidak pernah melakukan hal-hal semacam ini.
Tapi, sekarang kenapa?
Dan kenapa Jihyo deg-degan?
Senyumnya bahkan kini sudah merekah.
Itu tak bertahan lama karena sedetik kemudian Jihyo menampar pipinya sendiri.
"Gak waras," cibirnya.
•••
Malamnya, para laki-laki sedang menyalakan api unggun di halaman depan. Sementara para perempuan sedang menyiapkan bahan-bahan dari kulkas untuk dipakai barbeque-an.
Setelah selesai dengan acara bakar membakar makanan itu, mereka duduk di sekitar api unggun untuk memakan makanan mereka dengan pasangan masing-masing.
Lagi-lagi Jaehyun melihat Mingyu seperti ingin membunuh kala sahabatnya itu memakan jagung yang disodorkan oleh Jihyo.
Nafsu makan Jaehyun seketika hilang terbawa angin entah kemana.
"Gyu, habis ini mau jalan-jalan disekitar sini gak?" tanya Jihyo.
"Boleh," balas Mingyu sambil merangkul bahu Jihyo.
Jaehyun bangkit dari duduknya, masuk ke dalam Villa dengan perasaan keki. Rasanya ia ingin memporak-porandakan sesuatu agar bisa lega. Salah satunya memukul wajah Mingyu yang tampak sangat bahagia itu.
Jungkook yang merasa bingung segera menyusul Jaehyun setelah berpamitan pada Lisa untuk mengambil sesuatu di dalam.
"Lo ngapain duduk disini, kan semuanya diluar?" tanya Jungkook begitu melihat Jaehyun duduk di ruang tengah.
Malah, Jaehyun menatapnya malas.
"Ngapain lo kesini? Gue males disana, panas apinya."
Hm, mungkin yang panas adalah hati Jaehyun?
"Matamu, gue duduk deket itu api aja masih dingin." Jungkook mengambil posisi duduk di dekat Jaehyun yang malah tambah risih akan kehadirannya.
"Pergi lo, gue mau disini dulu. Jangan bacot lo komentarin gue segala." Jaehyun mendorong Jungkook agar pergi.
Namun, laki-laki dengan hoodie berwarna coklat itu malah menatap Jaehyun dengan curiga.
"Lo ..."
Jaehyun meneguk salivanya. Rasanya, seperti dia sedang ketangkap basah sedang melakukan sesuatu. Apa Jungkook tau?
"Apa?" tanya Jaehyun, bersikap tak perduli namun siapapun tau ekspresinya aneh.
"Lo ... mau ngebokep ya?"
Bruk!
Wajah tampan Jungkook kini dipukul bantal oleh Jaehyun, bukan hanya sekali tapi berulang kali.
"Anjing, musnah lo!"
Jungkook tertawa keras sekali. "Kalau mau nonton tuh di kamar, Mas. Malah disini, nanti ada yang masuk tau rasa lo ke gep."
Salahnya sendiri meladeni orang seperti Jungkook.
Laki-laki dengan hoodie coklat itu berlari keluar sambil tertawa menggoda Jaehyun. Bahkan sampai diluar masih cekikikan, mengundang tatapan tanya dari semua orang disana.
"Kenapa, by?" tanya Lisa begitu Jungkook kembali duduk di sebelahnya. Jungkook hanya menggeleng dan menaik turunkan alisnya. "Nanti malam, gas?"
Nyatanya dia yang pengen.
Pipi Lisa sudah memerah. Jungkook ini memang tak punya malu, dia berbicara di depan banyak orang yang kini menatap mereka berdua dengan tatapan menyudutkan.
"Halah, lo semua juga nanti malam gue jamin pada satu kamar," kekeh Jungkook. "Gak usah sok polos ya para pendosaku sekalian. Kita ini sama."
Jungkook menekankan kata-kata di kalimat akhirnya.
Jihyo ikut menatap Mingyu dan segera menjauhkan tubuhnya beberapa jengkal karena ucapan Jungkook.
Mingyu hanya tertawa kecil menanggapi pergerakan Jihyo. Tapi sedetik kemudian malah membisikkan sesuatu pada Jihyo.
"Lo mau juga?"
Plak!
Jihyo menutup mulutnya sendiri. Benar-benar terkejut dengan gerakan tangannya yang reflek. Jungkook kembali tertawa. "Gyu, gyu, minimal pemanasan. Ngomong apa lo sama dia sampai kena tampar?" kekehnya.
Yugyeom ikut bergabung dalam pembicaraan vulgar mereka. "Paling nanya, mau gaya apa."
Sial! Kelompok macam apa mereka ini? Sudah bagai Om-Om penikmat tubuh wanita saja.
Jihyo menggelengkan kepalanya.
"Gyu, tunggu aku di gang depan yang mau masuk ke jalan Villa ini ya. Aku mau ganti baju dulu, dingin." Jihyo berbicara pada Mingyu, mengalihkan topik dari hal menjijikan sebelumnya.
"Kenapa kesana? Terus sekalian aja, aku tungguin kamu ganti baju-"
"Gak mau, pokoknya kamu kesana sekarang ya."
Mingyu tampak bingung tapi tetap menurut.
-TBC-
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever Only
FanfictionJaehyun bilang dia tak akan pernah mengakui Jihyo sebagai tunangannya karena mereka dipaksa bertunangan beralasan bisnis kedua orang tuanya masing-masing. Sementara Jihyo mati-matian mencintai Jaehyun. Entah dengan alasan apa. "Kalau kamu gak suka s...