Selama makan itu tatapan Jaehyun selalu pada kedua orang yang berada di pojok itu. Untuk apa mereka seperti itu ditengah-tengah kerumunan orang seperti ini?
Apa tidak cukup di Instagram membagikan kebulolan mereka?
Dalam hati Jaehyun menyumpahi mereka berdua.
"Ini dua orang bulolnya gak selesai-selesai ya. Gak di IG, gak di RL. Lo rasanya dulu gak gini deh, Gyu." Akhirnya ada yang sependapat dengan pikiran Jaehyun.
"Tau nih, kita pada makan biasa lo kenapa pakai suap-suapan segala. Ini bukan tempat pacaran ya, Gyu." Kali ini Yugyeom yang angkat bicara.
Para perempuan yang lain hanya bisa terkekeh saja menanggapinya.
"Suka-suka gue, gak suka keluar lo," usir Mingyu.
Jihyo sih tidak perduli dengan perdebatan di meja ini, yang terpenting perutnya kenyang. Sudah cukup.
Sekitar tiga puluh menit kurang lebih waktu yang mereka gunakan untuk makan sekaligus beristirahat. Sebentar lagi mereka juga akan sampai di Villa tersebut.
Sebelumnya, mereka mampir ke supermarket untuk belanja makanan dan minuman yang akan mereka konsumsi disana.
"Gak usah masuk semua. Repot nanti berujung gak selesai-selesai. Gue sama Jihyo aja yang masuk-"
"Sama gue, gue mau nyari sesuatu." Jaehyun memotong ucapan Mingyu sambil turun dari motornya.
"Nyari apaan lo?" tanya Yugyeom.
"Gak usah mau tau aja lo," hardik Jaehyun.
Mingyu hanya tersenyum. Bilang saja dia keberatan kalau mereka berdua yang pergi. Jaehyun ini memang sangat gengsi mengucapkan kata cemburu sepertinya. Memangnya Mingyu gak tahu kalau laki-laki itu terus memperhatikannya dengan tatapan ingin membunuh?
"Ya udah, sama lo," final Mingyu.
Mereka bertiga masuk ke dalam minimarket dan berpisah di dalam. Mereka memang sengaja membagi tugasnya.
Jaehyun tidak mau ikut campur tangan dalam membeli barang-barang, memang menyebalkan sekali laki-laki itu.
Jihyo pergi ke bagian makanan ringan, sementara Mingyu membeli bahan-bahan yang akan mereka pakai untuk bakar-bakar nanti malam.
Ditengah kegiatan memilih makanan ringan itu, Jaehyun berdiri di sampingnya dan membawakan keranjang berwarna biru yang semula berada ditangan Jibyo.
"Kamu ngapain, Jae? Udah dapat barangnya?" tanya Jihyo sambil menoleh pada laki-laki itu.
"Udah," balas Jaehyun.
Jihyo kembali mengambil beberapa makanan ringan dan meminta keranjang ditangan Jaehyun kembali kepadanya.
"Ya udah, sana duluan aja. Sini," katanya.
Tapi, Jaehyun hanya menatapnya dengan tatapan tak terbaca.
"Kenapa lihat aku begitu?" tanya Jihyo, melihat penampilannya ke bawah. Jaehyun masih bungkam sampai tangannya mengangkat dagu Jihyo.
"Sampai kapan lo mau main sandiwara kayak gini?" tanya Jaehyun.
Sandiwara apa? Jihyo tak mengerti dengan ucapan Jaehyun. Gadis itu malah terbengong-bengong.
"Lo sama Mingyu. Berhenti sama hal-hal gak berguna yang-"
"Jaga jarak dari perempuan gue." Mingyu menarik tangan Jihyo, mundur dari tubuh Jaehyun yang berada di depannya.
Mingyu datang dari belakang Jihyo. Sudah ia duga. Jaehyun ikut masuk hanya karena ingin berbicara dengan gadis disampingnya ini.
Jaehyun tersenyum meremehkan sambil menaruh keranjang biru itu di lantai supermarket. Berjalan ke arah Mingyu, berhenti tepat di sebelahnya dan menepuk pundak sahabatnya itu sambil berkata kalimat mengejek. "Yakin kalau dia perempuan lo? Bukan milik orang lain?" bisiknya.
Setelahnya Jaehyun meninggalkan mereka berdua. Mingyu masih diam di tempatnya berdiri, menoleh pada Jaehyun yang sudah menjauh bagai tak terjadi apapun.
"Gyu, aku mau buat pengakuan. Sebenarnya, aku sama Jaehyun udah tunangan. Lihat!" Jihyo memamerkan cincin di jari manisnya.
Mingyu melongo dengan ucapan Jihyo, tapi sedetik kemudian tertawa.
"Yang benar aja lo! Jaehyun aja selalu bete tiap deket sama lo. Tunangan?" tawa Mingyu meledak, sepertinya Jihyo memang benar-benar terobsesi dengan Jaehyun sampai-sampai mengaku-ngaku kalau mereka sudah bertunangan.
Tapi ... reaksi Jihyo malah menatapnya dengan ekspresi polosnya.
Dan Mingyu sadar kalau Jihyo serius tentang hal ini.
"Ekhem, serius?" tanya Mingyu walau masih tak percaya dengan apa yang di dengarnya beberapa detik lalu.
"Iya, aku ama Jaehyun tunangan waktu kelas sebelas. Waktu Ayah Jaehyun mau tinggal di Jepang beberapa bulan."
Saat itu, Mingyu benar-benar terdiam. Mencoba menelisik kebenaran dibalik sorot mata milik Jihyo. Hal yang pertama di katakan Mingyu setelah puas mencari kebenaran lewat ekspresi Jihyo adalah ...
"Kok bisa?"
"Bisa, orang tuaku sama orang tua Jaehyun memang punya usaha bersama dan sejujurnya mereka sahabat dari SD kalau kata Mama."
Mingyu pikir, tunangan saat sekolah itu hanya omong kosong. Ternyata ada yang seperti ini di kehidupan nyata?
"Karena itu aku makin tergila-gila sama dia, karena merasa dia udah milik aku sepenuhnya. Tapi ... ternyata memang garis takdir tak semulus itu, 'kan? Aku cuman dapat raganya, tapi hatinya sama sekali enggak. Dia bahkan gak mencoba lihat aku sampai detik ini."
"Mingyu, kamu kenapa?" tanya Jihyo sambil menggerakkan lengan laki-laki di sampingnya itu.
"Sebentar lagi lo akan dapat semuanya dari dia, semua keinginan lo tentang dia dalam waktu cepat akan tersampaikan. Mungkin, saat itu juga gue bakal relain lo buat dia. Ralat, relain lo buat kejar cinta lo." Batinnya.
Mingyu menatap Jihyo dengan tatapan tak bisa diartikan. Mendekap Jihyo tanpa perduli dengan situasi di sekitar mereka.
"Gyu?" tanya Jihyo sekali lagi, tapi tangannya tetap membalas pelukan Mingyu.
Harusnya sebelum terlambat, Mingyu sudah membuang rasa ingin memiliki gadis ini. Takdir mereka akan semakin kusut jikalau Mingyu ikut bergabung di dalamnya.
Jihyo ... akan tetap menjadi milik sahabatnya.
Jaehyun bisa berubah, tapi tidak dengan cincin yang melekat dengan indah di jari manis gadisnya. Gadisnya sangat menghargai cincin itu mungkin lebih dari apapun di dunia ini.
"Cincin ini yang buat aku tetap kuat sama Jaehyun, karena tandanya mau Jaehyun dengan siapapun, cuman aku yang bisa punya ini. Cuman aku yang bisa dititik ini lebih dulu daripada beribu perempuan yang ada di sekitar dia."
Ya, Jihyo benar.
Siapapun tak ada yang sampai mendapat gelar tunangan dengan Jaehyun.
Dan Jihyo mendapatkan itu entah bagaimanapun latar belakang dibalik kisah pemaksaan pertunangan itu.
-TBC-
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever Only
FanficJaehyun bilang dia tak akan pernah mengakui Jihyo sebagai tunangannya karena mereka dipaksa bertunangan beralasan bisnis kedua orang tuanya masing-masing. Sementara Jihyo mati-matian mencintai Jaehyun. Entah dengan alasan apa. "Kalau kamu gak suka s...