Malamnya, mereka datang ke acara peresmian cabang bisnis orang tua mereka. Ternyata lumayan banyak yang datang walau tak ada yang mereka kenal sama sekali dan berujung dibantu oleh staff yang ikut dari Jakarta juga.
"Ini anaknya Pak Park sekaligus calon mantu dari Pak Jung. Anak semata wayang."
Jihyo tersenyum dan menjabat tangan pria paruh baya di depannya. Sementara sedari tadi Jaehyun belum juga kembali.
Kemana laki-laki itu sebenarnya, padahal acara pemotongan pita akan segera dimulai.
"Tante, saya nyari Jaehyun dulu ya. Tadi izinnya mau nyari angin ke saya." Jihyo membisikkan itu pada staff perempuan yang menemaninya.
Perempuan itu tampak ragu. "Mau saya saja yang mencarinya?"
Jihyo langsung menggelengkan kepalanya dan melenggang pergi setelah berpamitan pada laki-laki paruh baya yang baru dikenalkan padanya.
Karena memakai gaun formal yang cukup ketat, jalannya menjadi gak leluasa.
"Jae!" teriak Jihyo.
Begitu sampai di parkiran justru Jihyo mematung. Pemandangan di depannya ini tidak bisa dipercaya.
Jaehyun ...
Sedang mencium seorang wanita di dekat mobil merah itu.
Detik itu rasanya hati Jihyo seperti dihantam batu besar, tangannya dengan cepat menutup mulutnya agar tak bersuara sekaligus reflek.
Nafasnya bahkan jadi tak beraturan saking terkejutnya.
Karena demi apapun, ini pertama kalinya Jihyo melihat Jaehyun berciuman. Jihyo masih bisa menerima kenyataan kalau Jaehyun punya banyak perempuan, tapi melihatnya secara langsung ternyata sangat menyesakkan.
Dan, siapa perempuan itu?
Bahkan kaki Jihyo lemas karenanya. Ternyata luar biasa sakit melihat orang yang dia suka bermesraan sampai seperti ini di depan mata.
Jihyo mengingat perkataan Mingyu, tidak boleh menangis di depan Jaehyun.
"Jae!" panggil Jihyo sambil berjalan mendekat. "Udah mau potong pita, bisa kita kesana?"
Akhirnya dua orang itu menghentikan aktivitasnya. Jaehyun menoleh pada Jihyo yang kini hanya berjarak beberapa meter.
"Ngapain sih lo? Nanti!"
"Acaranya gak nunggu kita. Kita yang ikutin jadwalnya."
"Yer, nanti lagi. Lo tunggu di Hotel ya. Habis acaranya selesai gue kesana." Jaehyun tersenyum dan menepuk bahu Yerin.
Perempuan cantik itu mengangguk dan memeluk Jaehyun sebelum membiarkan laki-laki itu pergi.
Jihyo hanya diam berjalan mendahului Jaehyun. Jihyo bisa mendengar jelas rencana Jaehyun dan perempuan itu tadi.
Sebelum mendekat ke tempat acaranya, Jihyo mendatangi Jaehyun. Memasang senyumnya dan menggenggam tangan laki-laki dengan tuxedo hitam itu.
Tapi sebelumnya Jihyo membenarkan kerah Jaehyun yang berantakan.
Jaehyun hanya diam, ia tahu jelas Jihyo sebenarnya sedang emosi karena melihat kejadian tadi. Tapi, Jaehyun malas membahasnya di depan gadis yang tak tahu apa-apa ini.
Bahkan sepanjang acara juga Jihyo memilih tak banyak bicara dengan Jaehyun.
"Kamu mau pergi, 'kan?" tanya Jihyo setelah acaranya selesai.
"Iya," singkat Jaehyun.
"Aku tunggu kamu di Villa. Jangan pulang pagi lagi, ya."
Jaehyun tahu arah dan maksud pembicaraan ini. "Gue gak janji."
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever Only
FanficJaehyun bilang dia tak akan pernah mengakui Jihyo sebagai tunangannya karena mereka dipaksa bertunangan beralasan bisnis kedua orang tuanya masing-masing. Sementara Jihyo mati-matian mencintai Jaehyun. Entah dengan alasan apa. "Kalau kamu gak suka s...