twenty three

556 45 1
                                    

Jisoo terkejut bukan main, ia kira hanya sakit biasa ternyata ia mengidap kanker darah seperti alm kakeknya. Tubuh jisoo melemas setelah mendengar penuturan dari sang ayah.

"hey babe.. kita bisa lewatin ini bareng bareng, semangat ya? jangan pantang menyerah" ujar rose kepada sang kekasih sembari mengusap kepalanya.

Jisoo menjadi melamun dan matanya berkaca kaca membuat yang melihatnya pun ikut ingin menangis. Appa kim menenggak agar air matanya tidak turun di ikuti oleh lisa, sedangkan eomma kim ia mengalihkan pandangannya di ikuti oleh jennie.

Rose menyadarkan jisoo dari lamunannya. "sayang jangan melamun, you'll be okay we can through this babe okay?" ujar rose.

Jisoo menatap rose dan air matanya lolos begitu saja, sehingga rose menghapus air mata jisoo.

"pantes aku selalu kecapean terus dan badan aku kerasa ga enak ternyata aku punya kanker sama kaya kakek, aku udah sadar sih sama tanda tandanya tapi aku selalu berpikir positif taunya.. hiks.." ujar jisoo terisak tangis.

Air mata mereka pun ikut turun setelah mendengar isakan tangis dari jisoo yang jarang menangis bahkan bisa dibilang ia tidak bisa menangis.

"sssttt hey sayang tenang ya? gapapa ko kita bisa lewatin ini" ujar rose sembari menangkup pipi sang kekasih.

"how?" ujar jisoo.

"rajin buat berobat ke rs ya, kita harus percaya kalau kamu bisa sembuh okay? banyak orang diluaran sana yang sembuh dari cancer" ujar rose sembari mengusap air mata jisoo.

Jennie menggenggam jemari jisoo lalu ia mengusapnya. "eonnie bisa ko.. semangat ya kita semua ngedukung eonnie buat sembuh" ujar jennie

"kita semua pasti dukung kamu.. semangat buat sembuh ya?" ujar appa kim.

Pagi harinya, mereka masih tetap menunggu jisoo di rumah sakit. Dokter masuk ke ruangan jisoo lalu memeriksanya. Rose yang duduk di sebelah kasur jisoo pun akhirnya ia menjauh agar dokter memeriksanya lebih leluasa.

"keadaan jisoo sekarang sudah membaik dan obat kemo nya juga sudah masuk ke dalam dirinya, jika jisoo mual, muntah muntah, itu efek dari obat tersebut, pasien boleh pulang, jika efek sampingnya makin parah dateng ke rs secepatnya ya?" ujar sang dokter yang di angguki oleh mereka semua.

Infusan jisoo sudah di cabut oleh dokternya, lalu dokter tersebut keluar dari ruangan jisoo. Jisoo perlahan turun dari kasur pasien di bantu oleh rose. Mereka semua pun pergi dari rumah sakit setelah membayar tagihan.

Sesampainya di rumah, jisoo hendak berbaring di kasurnya tetapi ia merasa mual sampai akhirnya ia masuk ke kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya. Rose memijit tengkuk leher jisoo sembari memegang rambut jisoo.

Sesudah itu, jisoo duduk di lantai sembari meringis kesakitan. Rose memeluk jisoo sembari mengusap kepalanya.

"sakit banget ya? kita ke kamar yu? jangan disini" ujar rose khawatir yang di angguki oleh jisoo.

Hingga akhirnya jisoo berbaring di kasurnya, jenchulichaeng bolos sekolah dikarenakan mereka khawatir dengan keadaan jisoo dan baru pulang juga dari rs.

Jenlisa berada di kamar jisoo, sedangkan ortu jensoo sedang berada di ruang tengah. Mereka tengah mengobrol tentang penyakit jisoo.

"masih sakit badan nya ga eonnie?" ujar jennie.

"engga terlalu cuman lemes aja" ujar jisoo.

"jennie buatin bubur ya buat eonnie?" ujar jennie.

"engga--" ucapan jisoo terpotong dikarenakan jennie sudah keluar dari kamarnya dan berjalan menuju dapur.

Tidak ada percakapan apapun dari rose, lisa maupun jisoo dikarenakan mereka sibuk dengan pikirannya masing masing. Sampai akhirnya jennie datang dengan nampan berisi segelas air putih dan semangkuk bubur.

Jennie menaruh nampan tersebut di nakas lalu ia mengambil mangkuk tersebut dan hendak menyuapi sang kakak tetapi aksinya tertahan akibat ucapan rose.

"aku aja" ujarnya.

Jennie mengangguk lalu memberikan mangkuk berisi bubur tersebut kepada rose, rose pun langsung menyuapi sang kekasih dengan telaten.

"eonnie jangan sekolah dulu ya? jennie temenin" ujar jennie yang mendapatkan gelengan dari jisoo.

"engga, kita sekolah aja, eonnie janji ga akan kecapean di sekolah" ujar jisoo.

"tapi--" ucapan jennie terpotong dengan ucapan jisoo.

"eonnie gapapa, kita sekolah aja ya? kamu, rose sama lisa bisa awasin eonnie di sekolah jadi tenang aja.. eonnie ga akan aneh aneh disekolah" ujar jisoo.

Mereka pun terdiam dengan pikirannya masing masing, bubur yang di makan jisoo pun sudah habis lalu rose menaruh mangkuk tersebut di nampan, rose mengambil segelas air putih dan memberikannya kepada jisoo.

Jisoo menerima segelas air putih tersebut lalu ia meminumnya, setelah itu ia menaruh gelasnya di atas nampan.

Rose memperhatikan jisoo, ia merasakan dejavu terhadapnya dikarenakan alm nenek angkatnya pun mempunyai penyakit kanker.

Jisoo melihat ke arah rose lalu ia melihat mata rose yang berkaca kaca. Jisoo menggenggam jemari rose lalu ia mengecupnya.

Rose yang diperlakukan seperti itu pun terkejut, lalu ia menatap mata jisoo. Jisoo pun menatap maya rose sembari tersenyum dan tatapannya menandakan bahwa semua bakalan baik baik saja.

Rose pun ikut tersenyum lalu ia mengangguk. "everything is gonna be fine, right?" ujar jisoo sembari menatap mereka semua.

Mereka semua mengangguk dan tersenyum. "tentu.. semua bakalan baik baik aja, semangat buat sembuh ya? kita semua disini selalu ngedukung kamu" ujar lisa.

"njir pake aku kamu ga tuh geli woy" ujar jisoo sembari bergidik.

"anjir tadi salah ngomong" ujar lisa.

Chaennie tersenyum melihat kelakuan jisoo yang sudah bisa bercanda kembali dengan lisa.

"oh iya, aku mau kalian keep ini sendiri ya? jangan di umbar ke temen temen lain kalau aku punya kanker" ujar jisoo.

"loh kenapa?" ujar jennie.

"gapapa, janji ya keep sendiri?" ujar jisoo dan mereka pun mengangguki perkataan jisoo.

Malam harinya, chaelisa berpamitan untuk pulang. Sesampainya di rumah, mereka pun masuk ke kamar masing masing dan membersihkan diri untuk pergi ke ruang makan.

Pagi harinya, mereka semua bersiap siap memakai seragam lalu menyantap sarapan mereka. Jisoo membunyikan klakson mobilnya menandakan dia sudah berada di depan rumah.

Rose dan lisa pun langsung keluar rumah setelah berpamitan dengan orang tuanya. Jennie tersenyum menatap lisa lalu mereka masuk ke mobil lisa, sedangkan rose masuk ke mobil jisoo.

Rose menatap jisoo dengan khawatir, sang empunya yang di tatap begitu hanya tersenyum menandakan bahwa dirinya tidak kenapa napa.

Sesampainya di sekolah, mereka memakirkan mobilnya lalu mematikan mesinnya dan keluar dari mobil. Jisoo baru saja keluar dari mobil langsung di hampiri oleh yeri, ia memeluknya.

Jisoo terkejut lalu ia melepaskan pelukannya. Rose merasa cemburu ia pun langsung menggandeng lengan jisoo.

"ada apa ya main peluk pacar orang aja?" ujar rose.

"apasih orang kak jisoo pacar gue!" ujar yeri dengan percaya diri.

"masa? chat lu ga pernah jisoo bales tuh dan yang read chat nya juga bukan jisoo tetapi gue sama jennie, emang pantes ya lu ngirim hal begituan ke jisoo? perlu gue sebar biar lu ngejauh dari jisoo?" ujar rose.

Yeri terdiam menahan malu dan emosinya hingga akhirnya ia pergi dan menelpon sang kakak, jaehyun.

























hii author balik lagii
semoga suka sama ceritanya
maaf kalau flop ceritanya ya
vote comment jangan lupa
see ya!
14 november 2022

HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang