twenty six

322 37 6
                                    

Jisoo dan wendy telah memasuki ruangan rahasia tersebut dan mereka merasakan badannya benar benar lemas. Pandangan mereka juga mulai kabur, sampai dimana mereka terduduk di sofa yang berada di ruangan tersebut lalu mereka tak sadarkan diri di atas sofa tersebut.

Seseorang yang mengikuti mereka membuka pintu ruangan rahasia tersebut dengan perlahan lahan, ia melihat sekitar sebelum memasuki ruangan tersebut. Setelah ia merasa situasinya aman, dengan tergesa gesa ia memasuki ruangan tersebut.

Setelah ia memasuki ruangan tersebut, ia melihat jisoo dan wendy sedang tertidur pulas di sofa yang berada di ruangan tersebut. Dengan perlahan ia menghampiri mereka dan mencoba membangunkannya. Setelah ia merasakan bahwa mereka tidak sama sekali terusik akan kegaduan yang telah ia buat, ia memutuskan untuk melihat sekitar ruangan tersebut.

Ia mendengus kesal dikarenakan diruangan tersebut tidak ada ruangan lagi, akhirnya ia memutuskan untuk menyeret jisoo. Membawanya ke pojok ruangan dan menjauh dari keberadaan wendy. Setelah itu ia pun mengikat pergelangan tangan dan kaki jisoo, lalu ia membuka tutup botol air yang ia bawa sedari tadi dan menyiramkannya ke wajah jisoo.

Jisoo tersentak akibat prilakuan tersebut, akhirnya ia membukakan matanya yang terasa berat dan ia melihat seseorang tersebut dengan wajah khawatirnya. Jisoo menyipitkan matanya agar bisa mengenali wajah seseorang tersebut dikarenakan pandangan jisoo masih kabur.

"yeri?" ujarnya.

Yeri memasang muka khawatir, "ya ampun ka.. ka jisoo kenapa?" ujarnya dengan nada khawatir yang dibuat buat.

"ugh.." jisoo hendak menggerakan kaki dan tangannya, tetapi ia tidak bisa dikarenakan kaki dan tangannya di ikat.

"kenapa tangan sama kaki gue di iket gini?" ujarnya.

Yeri yang memasang ekspresi wajah khawatirnya itu pun langsung merubah ekspresi wajahnya menjadi datar. Lalu ia menangkup rahang jisoo kuat dengan satu tangannya, "denger ini baik baik jisoo, lo itu milik gue, ga ada yang bisa orang lain rebut apa yang milik gue, dan kalau lo nolak.." ujarnya sembari mengeluarkan senyuman miringnya.

Jisoo menenggak menatap yeri, "kalau gue nolak apa?! kenapa?! gue kira lo beneran tulus minta maaf sama gue! gue sampe kapan pun ga akan pernah mau sama lo bitch!" ujar jisoo penuh amarah.

"oh you'll regret it" ujar yeri masih dengan senyuman miringnya.

Yeri mengeluarkan ponselnya yang berada di saku seragamnya, lalu membuka galeri. Ia memilih video paling teratas yang berada di dalam galeri tersebut dan memperlihatkan kepada jisoo isi dari video tersebut.

"kalau lo nolak kemauan gue, orang yang ada di video ini bakalan mati, liat? udah ada pistol di samping kepalanya" ujar yeri.

Jisoo melihat video tersebut, ia tersentak setelah melihat siapa orang yang berada di dalam video tersebut. Ia menyipitkan matanya untuk memutuskan kembali bahwa yang dia liat itu benar. Tetapi yeri langsung mengalihkannya begitu saja, yeri menaruh kembali ponselnya ke sakunya.

"so ikutin kemauan gue mulai dari sekarang. jisoo." ujar yeri.

Jisoo menatap yeri kembali, "dont you fucking dare to hurt her! bitch!" ujar jisoo penuh amarah.

"oh i dare honey, kalau kamu gamau dia kenapa napa tinggal nurut sama aku sayang, jadi pacar aku mulai detik ini, tinggalin rose" ujar yeri tersenyum.

Jisoo terdiam, ia melihat sekitar dan pandangannya menangkap wendy yang sedang tertidur pulas di sofa. "WEN!! WENDY!!" ujar jisoo meneriaki wendy dan berharap bahwa wendy terbangun dari tidurnya.

"ssttt sayang.. percuma, dia ga akan bangun, so deal ga nih hm?" ujar yeri.

Jisoo menatap yeri, setelah cukup lama ia terdiam akhirnya ia membuka suara. "okay! okay.. tapi lo jangan apa apain rose" ujar jisoo pasrah.

HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang