Quatre

2K 266 5
                                    

Cakrawala biru. Mentari nampak berjalan perlahan, naik ke singgasana dan duduk dengan anggun. Lalu tersenyum pada makhluk hidup yang menanti kehangatannya.

Kilau emasnya pun memancar, menyelinap ke segala celah yang ada di muka bumi. Termasuk ke jendela yang agak terbuka. Di dalamnya terdapat sepasang remaja berbeda jenis yang tidur berpelukan. Menghadap satu sama lain sembari terpejam damai.

Mereka terlihat akur ketika sedang tertidur, berbanding terbalik saat terjaga yang sudah seperti simulasi perang dunia ketiga. Namun kedamaian tak berlangsung lama karena seorang pemuda berambut hitam kini tengah berdiri di depan pintu rumahnya. Sepertinya dia hendak bertamu, tetapi sang pemilik masih terlelap dalam bunga tidurnya.

Tok.. tok.. tok..

"Taehoon..!" Pemuda itu berseru sopan sembari mengetuk halus pintu rumah tersebut.

Namun tak ada sambutan dari sang pemilik rumah. Ia sudah menduga bila Taehoon pasti belum terjaga dari tidur cantiknya. Dia pun memutuskan untuk menggunakan cara rahasianya.

Cara yang terbilang cukup gila dan nggak sopan, tapi ini satu-satunya hal yang bisa dilakukannya untuk membangun putri salju. Walau pada akhirnya ia tak jadi menggunakannya karena suara gaduh yang terdengar dari kamar Taehoon.

"Anjing, kau berat! Minggir!"

"Nggak mau, oh ya.. ada tamu!"

"Ya, makanya minggir!"

"Gendong!"

Buagh.

"Aw.. aww.. KENAPA KAU MENENDANGKU?!" Teriakan menggelegar sampai ke telinga pemuda itu. Membuatnya geleng-geleng kepala dengan tingkah tamu Taehoon.

Sepertinya dia salah mengusulkan niat baiknya untuk menampung anjing terlantar tersebut kepada Taehoon. Ia sebenarnya nggak begitu baik, tapi tidak jahat juga. Dirinya hanya terganggu dengan jeritan gadis itu yang mengalahkan suara emak-emak mengamuk.

Namun ternyata itu berdampak buruk bagi Taehoon. Pasti pemuda manis itu kesusahan menghadapi tingkah tamu bar-barnya.

Ceklek.

"Ah.. PeHaEs.."

Plak.

Pemuda tampan itu memukul kepala teman cantiknya. Dia agak sebal kalau dipanggil seperti itu. Padahal namanya sudah bagus, tapi Taehoon memang senang mengubah-ubah nama panggilan.

"Sekali lagi manggil kaya gitu, aku pukul kau!" ancam Hyungseok sembari masuk ke dalam rumah Taehoon.

Dia memang belum diizinkan masuk, tapi sang pemilik rumah telah terbiasa dengan tingkah nggak sopannya. Mereka itu sahabat dari kecil, makanya Taehoon biasa saja ketika ia bertindak semaunya di depan pemuda itu.

"Ngapain kau ke sini?" tanya Taehoon sembari menutup pintu. Lalu mengekori temannya yang sudah duduk di sofa depan TV.

"Tentu saja untuk mengunjungi sahabatku," jawab Hyungseok.

"Jangan bohong, katakan!" sangkal Taehoon seraya menggeram pelan.

Hyungseok tertawa kemudian mengusap mencubit pipi pemuda yang duduk di sampingnya. "Nggak bohong, aku merindukamu, Taehoon-ah," ungkapnya membuat si empuh bergidik.

"Jangan membuatku merinding!" ujar Taehoon ngeri. Lalu mendorong pemuda tampan itu hingga terjungkal.

Brukh.

"Woah, suara apa itu?" tanya Gyeoul sembari keluar dari kamar Taehoon. Lalu menatap seorang pemuda yang terbaring di lantai sambil meringis.

Ah, ada tamu! Gyeoul harus menyapanya dengan ramah. Siapa tahu dapat restu dari teman omega manisnya.

Mon Alpha {Fem!Dom}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang