Huit

1.4K 303 14
                                    

Teruntuk reader yang masukin book ini ke reading list tanpa nge-vote : good, authoon cuma bisa senyum sambil nahan sesuatu yang mau buncah. Sulit ya tekan vote di awal atau akhir? Btw.. terimakasih yang sudah vote cerita ini^^ yang belum vote, ayo vote! Jangan cuma masukin ke reading list atau perpustakaan saja.

Happy Reading

Taehoon bersenandung, mengiringi setiap langkahnya dengan melodi. Dia nampak bersemangat untuk memulai hari hingga membuatnya berangkat sekolah sebelum matahari menyingsing. Bukan tanpa alasan, ia sebenarnya ingin mengungkap dalang dibalik barang misterius yang diterima olehnya setiap hari.

Ia merasa tak nyaman jika diberi makanan atau barang setiap hari. Ditambah Gyeoul mulai sering memberinya makanan. Rasa nggak enaknya semakin besar jika harus memakan salah satu dari bekal yang diberikan padanya. Kini dia bertekad untuk mengungkap identitas dalang tersebut.

Sesampainya di gerbang sekolah. Ia berusaha membangun satpam yang tertidur di pos nya. Agak sulit karena penjaga tersebut mendengkur terlalu kencang, membuat siapapun mengerti betapa pulasnya dia tidur. Taehoon pun menggunakan berbagai cara, dimulai  dari berteriak, menggoyangkan  gerbang  sampai  melempar batu ke arah kaca jendela.

Namun sayang, usahanya tak membuahkan hasil yang manis. Satpam tersebut masih menyelam dalam dunia mimpinya. Membuat ia mendengus kasar dan mulai memanjat gerbang. Dia tak peduli disangka maling atau penyusup, dirinya cuma mau masuk secepat mungkin.

Setelah berhasil melewati gerbang yang menghalangi aksesnya masuk. Ia segera berlari ke dalam sekolah, tak menghiraukan sepasang mata yang menatapnya tajam dari salah satu jendela kelas. "Ah, sial.. gelap!" gerutunya saat penglihatannya menangkap cahaya minim di kegelapan.

Ia sebenarnya takut karena kegelapan banyak menyimpan misteri yang membuat bulu kuduknya merinding. Konon katanya para makhluk tak kasat mata menyukai tempat-tempat gelap, apalagi yang belum terjamah tangan manusia. Makanya dia paling anti tidur gelap-gelapan.

Namun hari ini ia justru berhadapan dengan kegelapan. Dia pun bersenandung, menetralkan degub jantungnya ketika bulu kuduk mulai terjaga dari tidurnya. Taehoon merasa ada seseorang yang mengawasi dari kejauhan, tapi kedua matanya sama sekali tak menangkap sosok apapun saat berbalik.

Klotak.

Ia terhenyak lalu mengedarkan pandangan ke segala penjuru, menatap satu per satu kelas yang ditemani cahaya remang-remang. Taehoon pun menelan salivanya gugup saat melihat sosok hitam berdiri tegak di ujung koridor. Setelah itu dia berlari secepat mungkin ketika menyadari kilat merah di mata makhluk tersebut.

"Ah.. bajingan," umpatnya sebelum berbelok di pertigaan. Dia harus segera sampai di kelasnya dan bersembunyi. Ia tak mau tertangkap oleh sosok yang menciptakan derap langkah di belakangnya.

"Taehoon!"

Pemuda berambut karamel itu tersentak kemudian menoleh ke kanan. Dia menangkap siluet seseorang yang mendekatinya dari arah kamar mandi. Ia pun mundur ke belakang membuat sosok itu berhenti.

"Kau ngira aku hantu?"

Suara ini.

"Gyeoul?" Taehoon bertanya dengan hati-hati sebelum berlari, menerjang tubuh gadis tersebut.

"Uh.. iya ini aku. Kau kenapa?" Giliran Gyeoul yang bertanya saat merasakan tubuh pemuda itu bergetar pelan.

Taehoon tak menjawab. Dia justru mempererat pelukannya pada sang gadis. "Takut.. " cicitnya pelan.

Gyeoul menghembuskan napas perlahan kemudian menepuk-nepuk punggung yang lebih tua darinya. "Salahmu sendiri, datang pagi-pagi. Untung suruhanku ngasih tahu kalau kamu berangkat jam segini." Dia mengomel sembari membeberkan fakta bahwa ia menaruh mata-mata di sekitar rumah Taehoon.

Mon Alpha {Fem!Dom}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang