Vingt-et-un

1.4K 243 68
                                    

Jja! Udah part 21 aja. Pengen konflik lagi gak?:v — Biasakan vote!

Insiden malam hari😭 ke un-pub.

Happy Reading

Canda gurau menyesap sepi yang meratap. Menjalin keselasaan dalam jiwa yang temaram. Menafikan lara yang terkubur dalam benak.

Gyeoul tertawa, menyambut hangat teka-teki konyol yang Bomi lontarkan. Perangai gadis omega di sebelahnya sungguh tak terduga. Dibalik paras anggun nan ayunya. Rupanya ia memiliki selera humor yang rendah.

Tawanya seakan candu. Menular pada Gyeoul yang memiliki humor semahal dollar. Dia akui. Bomi memang menarik, cocok dijadikan pendamping hidupnya kelak.

Lamun hatinya belum rela melepas rasa. Benaknya masih terisi oleh pemuda yang pernah menoreh lara padanya. Dia belum siap membuka hati.

Benih amor yang ditanamkannya sendiri masih tumbuh, menjelma menjadi tanaman yang berlambak. Hampir berbunga jikalau pemuda itu tak menoreh lara padanya. Gyeoul menggelengkan kepala, menepis pikirannya yang senantiasa terbayang wajah pemuda itu.

Dia harus mencampakkan rasa sebisa mungkin. Meskipun Taehoon telah mengungkap asih padanya. Jikalau ia boleh jujur, dirinya ingin tersenyum bahagia. Menyambut ungkapan tersebut dengan sukacita.

Namun alpha bernama Dowoon seolah tak mengizinkannya berbahagia. Gyeoul masih ingat tatkala Taehoon ditarik, menjauh darinya. Lantas ia melihat pemuda itu melakukan scent intim pada orang yang disukainya.

Gangsi kopi yang memuakkan. Ia ingin muntah hanya dengan mengingat aromanya. Dia jengkel, embuh menuai lebam pada paras sok kegantengannya.

Masih ganteng Gyeoul dibanding pemuda itu. Orang yang menganggap Dowoon tampan pasti matanya katarak. Dia yakin 100%.

"Gyeoul.." Bomi memanggil.

Gyeoul pun berdeham sebagai balasan. Sikap dingin nan acuhnya telah kembali. Bomi mendengus, menyikut kasar lengan alpha di sebelah kanannya.

"Iya, apa, Bom?" sahut Gyeoul sebal.

"Bam.. Bom.. Bam.. Bom, panggil yang benar!!" protes Bomi seraya berkacak pinggang.

Gyeoul mendengus. Lantas menyebut nama gadis itu dengan benar, "Bomi.."

"Aduhai.. suaranya syahdu-nya~"

"Geli, Mi!"

"BOMI!"

Gyeoul terkikik. Kemudian menyubit pipi Bomi gemas. Ini hari kedua dia bersekolah di sini. Lamun ia telah lengket dengan omega di sebelahnya.

Tiba-tiba aroma yang familiar menyeruak ke dalam rongga paru-parunya. Tubuhnya menegang sebagai respon. Ia berhenti sejenak, lantas menilik ke segala arah tuk menemukan sang pemilik gangsi.

Manik merah delimanya pun terpaku pada sosok berjaket hijau dengan rambut coklat terang yang mencolok. Pemuda itu nampak berdiri di dekat gerbang sekolah. Tersenyum sendu tatkala menyadari Gyeoul yang menatapnya.

Gulana menyebar dalam benak, menyesak dada yang berdegup kencang. Gyeoul merutuk, mengapa jantungnya tetap milik pemuda itu? Padahal ia telah berjuang melupakan sosok tersebut.

'Ah, sial. Menyangkal tiada gunanya!' makinya dalam hati.

"Gyeoul, kenapa?"

Gadis itu terhenyak. Lantas menatap Bomi yang memandangnya gerun. Gyeoul menghela napas sebelum menjawab pertanyaan omega tersebut.

"Nggak papa.."

Setelah itu ia beralih ke sisi kiri Bomi, menggenggam tangan omega tersebut. Lalu berjalan berdampingan menuju gerbang. Gyeoul tak menyadari jikalau perbuatannya menuai benih rasa pada gadis di sebelahnya.

Mon Alpha {Fem!Dom}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang