Trente Quatre

1.1K 199 66
                                    

Jangan lupa vote

Happy Reading

"Gyeoul bodoh!"

Taehoon memaki. Kedua kakinya berpacu dengan waktu, menembus lautan insan menuju kegelapan yang menanti di depan matanya.

Dia menggembara, memasuki setiap tempat-tempat hitam demi menemukan keberadaan Gyeoul yang menghilang bagai ditelan bumi. Ia risau bercampur gerun tatkala memori memutar rekaman tadi pagi.

"Sudahlah berhenti."

"Kenapa? Kau takut?"

Gyeoul tersenyum miring lalu mundur beberapa langkah. "Tentu tidak, buat apa takut denganmu? Aku lebih takut ditinggal Taehoon kawin daripada mati di tanganmu," timpalnya seraya melirik kekasihnya yang merona.

Taehoon mengumpat, merutuk dalam hati karena ucapan Gyeoul yang tak mengenal tempat dan situasi. Lalu ia memirsa, menilik Dowoon yang mengeraskan rahangnya. Pemuda itu telah dimakan amarah, siap meledak tatkala api mematik.

"Nanti malam—" Gyeoul menggantungkan ucapannya, membuat Taehoon dan Dowoon mengernyit bingung dimakan keki.

"Kau pergi ke gang yang aku beritahu nanti. Di sana, kau bebas mau melakukan apapun! Termasuk membunuhku," jelas Gyeoul sembari menyeringai.

"Itupun kalau kau mampu," lanjutnya.

Dowoon menggeram, gigi-giginya saling beradu, mencerminkan api merah yang berkobar dalam dirinya. Dia paling tak senang diremehkan. Taehoon tahu hal itu lantaran pemuda tersebut sering menunjukkan emosi tatkala bersamanya.

"Aku terima tantanganmu nanti malam, siap-siap mati!" ucapnya dengan napas memburu.

Gyeoul terkikik pelan lalu mengangguk. Membuat Taehoon yang menatap dari kejauhan mendadak gusar.

"Sial, gang yang mana, sih?"

Taehoon bertanya pada diri sendiri seraya mengedarkan pandangan. Menelisik satu per satu gang yang dilaluinya. Ia tadi siang sempat bertanya kepada Gyeoul tentang lokasi yang akan digunakan gadis itu untuk bertarung.

Namun kekasihnya justru tersenyum, mengusap kepalanya lembut sebelum menggendongnya ke kamar. Gadis itu memakannya, membuatnya lumpuh di ranjang untuk sementara waktu. Meskipun pada akhirnya, Taehoon tetap bisa bergerak, menyusul Gyeoul yang sudah lebih dulu menuju lokasi.

Pada awalnya ia memang berniat mengekori. Akan tetapi kecepatan Gyeoul tak mampu diimbanginya. Kekasihnya sangat lihai, bahkan mampu mengebalui pandangannya yang berusaha fokus mengejar langkahnya.

Tiba-tiba Taehoon teringat dengan sebuah gang yang hampir mustahil dilewati masyarakat. Tempat itu terkenal seram nan angker. Konon katanya lokasi tersebut pernah terjadi sebuah pembunuhan yang menewaskan belasan remaja.

Maka dari itu masyarakat gemang melewati gang tersebut. Memilih memutar daripada menapak kaki ke area terlarang. Tak masalah jikalau jarak tempuhnya melebar. Itu lebih baik dibanding bertemu malapetaka yang menghantui.

Taehoon pun bergegas ke sana, berharap intuisinya tak salah dalam menunjuk. Dia tak ingin waktunya kembali terbuang sia-sia lantaran berkelana ke segala tempat. Ia lelah, tenaganya berangsur-angsur lenyap dimakan asa.

Namun semangat juangnya tak pernah luntur darinya. Ia pun menambah kecepatan kemudian berbelok ke kiri setelah melihat papan nama gang tersebut. Akhirnya dia berhasil menemukan tempat  ini dan disambut oleh cahaya remang-remang yang menyinari.

Tak lama kemudian suara tangkisan pedang menyapa gendang telinganya, membuat dadanya bergemuruh tiba-tiba. Dia semakin menambah kecepatan lalu berhenti saat kedua netra coklatnya menangkap gambar sekumpulan badut yang mengepung seorang gadis.

Mon Alpha {Fem!Dom}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang