Vingt cinq

1.4K 239 135
                                    

Hi! Jangan lupa vote dulu^^ kalau boleh, follow akun typhoon juga.

Nggak mau spoiler di kalimat pembuka, tapi ini maybe membuat pembaca emosi

Happy Reading

"Taehoon.. lepas.."

"Nda mau!"

Gyeoul menggelengkan kepala lelah sebelum mengukir senyum di wajahnya. Ia memandang pemuda yang sedari tadi memeluknya. Lantas terkikik tatkala geli menyerang lehernya.

Taehoon mendusel layaknya anak kucing. Helaian rambut coklatnya menggelitik kulit leher Gyeoul yang tak terlapisi oleh apapun. Dia tidak keberatan, hanya saja mereka mulai digunjing oleh beberapa siswa yang melintas di sebelah kanan dan kiri mereka.

Rasanya gerah menjadi pusat perhatian. Dia berasa berjemur di terik mentari ketika dilihat dengan tatapan menghakimi. Walaupun ia terlihat biasa-biasa saja. Namun dalam hati Gyeoul merutuk, mendumel tentang beberapa siswa di sekolah Taehoon yang menyindirnya secara terang-terangan.

Memang berat menjadi kekasih seorang primadona. Selain dijadikan buah bibir oleh semua siswa, akan ada banyak tatapan tak suka yang diterimanya ketika orang merasa dia tak pantas memiliki Taehoon. Padahal belum tentu orang tersebut pantas untuk pacar manisnya ini.

Kendati ia juga belum pantas bersanding dengan Taehoon. Namun Gyeoul akan berusaha memposisikan diri supaya layak berada di sisi kekasihnya selamanya. Dia hanya ingin membuat omega manisnya bahagia bukan meratap sedu yang menggores batin.

"Gyeoul.. jangan mau didekatin sama omega mana pun! Kamu punyaku!" kata Taehoon posesif.

Ia mendusel, menempelkan aroma manisnya pada tubuh alpha-nya. Dia tak ingin kekasihnya didekatin oleh omega manapun. Miliknya adalah miliknya, jangan sampai disentuh atau diklaim sama orang lain.

Apalagi Taehoon ingat kalau tipe idaman Gyeoul adalah Bomi. Gadis cantik itu masih menjadi saingan terberatnya, mengingat betapa anggun dan nuraninya omega tersebut. Dia ingin seperti jadi seperti itu. Namun ia tak ingin kehilangan jati dirinya.

Gyeoul kemarin pernah bilang kalau dirinya mencintainya apa adanya bukan ada apa-apanya. Jadi, Taehoon tak perlu susah payah menjadi orang lain. Ia sudah menyukai dirinya yang seperti ini.

Just be yourself, begitulah jawaban hatinya ketika ditanya olehnya. Mengapa harus menjadi orang lain bila ada satu orang yang mencintaimu dengan tulus dibanding disayangi ribuan orang lantaran topengnya?

"Seharusnya aku yang bilang begitu, sayang~" sanggah Gyeoul lembut sembari mengusap rambut coklat Taehoon yang sehalus sutra.

Setelah itu keduanya saling pandang, menghantar sengatan listrik putih yang menggelitik perut mereka. Taehoon membuang muka, menyembunyikan warna cabai yang terlukis di pipinya. Gyeoul tersenyum, menilik semburat merah yang muncul di telinga kekasihnya.

'Imut,' batinnya.

Gyeoul tak tahan dengan rasa yang bergelora dalam diri. Dia ingin melampiaskannya pada pemuda di depannya. Ia pun menarik kerah seragam Taehoon, menyuruh menunduk secara paksa sebelum mencium tepat di bibirnya.

Taehoon membulatkan mata, terkejut dengan tindakan Gyeoul yang terlalu tiba-tiba. Dia sampai tak sempat meredakan panas di pipinya yang kian menjalar ke seluruh wajah hingga telinga. Ia malu. Namun enggan menolak lantaran ingin menikmati momen indah mereka.

Gyeoul menjauhkan wajah, memirsa rupa semerah cabai milik Taehoon yang menggemaskan. Lantas ia terkikik, tersenyum geli melihat pemuda itu mengerucutkan bibirnya. Kekasihnya tak terima jika ciuman mereka terhenti begitu saja.

Mon Alpha {Fem!Dom}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang