Dix

1.3K 247 9
                                    

Seperti biasa. Vote dulu~ Tadi pagi nggak sengaja publis padahal belum selesai, gara-gara kucing main injak hp:)

Happy Reading!

Taehoon merenung, mencerna segala kebaikan Gyeoul akhir minggu ini. Dia merasa ada yang berbeda, semua perbuatan yang gadis itu lakukan berhasil membuat jantungnya berdegup kencang. Ladang bunga seolah mekar di benaknya, mengisi kesunyian yang pernah ada.

Jujur, dia menyukai sikap Gyeoul yang perhatian dan tulus. Namun tetap saja, ia merasa ada yang janggal. Gadis itu sendiri mengenakan topeng yang tak pernah terlepas dari wajahnya. Contohnya saat ini.

Gyeoul tiba di kelasnya sambil membawa sebungkus roti dan susu strawberry. Taehoon pun mengalihkan pandangan, menatap penuh minat makanan yang dibawa gadis itu. "Wah.. rambut kau dikuncir dua!" kagumnya saat menyadari gaya rambut Gyeoul berubah.

Gyeoul tersenyum sombong, memainkan rambutnya yang dikuncir dua hari ini. "Gimana? Bagus nggak?" Dia bertanya pada Taehoon yang terpaku pada makanan di tangannya. Padahal tadi pemuda itu sempat kagum padanya. Sekarang netranya sudah beralih ke yang lain.

"Bagus kaya anak kecil!" balas Taehoon seraya mengulurkan tangan kanannya.

"Itu untukku?" Taehoon bertanya sembari menunjuk roti dan susu yang dipegang Gyeoul. Dia ingin memastikan, apakah itu untuknya atau tidak.

Gyeoul mendengus lalu memberikan susu dan roti yang dibelinya di kantin ke tangan Taehoon yang menampah. Pemuda itu pun tersenyum manis, matanya membentuk eye smile yang membuatnya terpana. Dia baru tahu jika omega di depannya bisa berekspresi seperti itu.

Karena sehari-hari ekspresi yang dibuat Taehoon kepadanya adalah ekspresi kesal, marah, datar, dan takut. Itu semua imut, cuma bikin dia ikutan sebal.

"Manis banget omegaku ini~" puji Gyeoul seraya tersenyum lebar. Kemudian dia mengubah ekspresinya saat Hyungseok masuk ke kelas seraya membawa sebungkus roti.

"Oh, udah dibeliin Gyeoul?" Pertanyaan retorik keluar dari mulutnya. Membuat gadis berambut merah di sampingnya mendecih.

Hyungseok melirik sinis kemudian menyenggol kaki Gyeoul dengan sepatunya hingga meninggalkan jejak. "KOTOR IH!" protes gadis itu sembari mendorong Hyungseok hingga terjatuh.

"Ngajak berantem kau?!"

"Ayo, siapa berani!"

"Bego!" kata Taehoon saat mendengar Gyeoul membalas tantangan Hyungseok. Dia merasa gadis ini memiliki tombol switch yang membuatnya gampang mengubah ekspresi.

"Orangtua kau pasti bangga, punya anak bodoh level idiot!" sarkas Hyungseok tanpa menyadari tatapan tajam Taehoon.

"Mereka sudah ditanam. Tak lupa ditaburi kembang tujuh rupa serta air suci supaya wangi! Mereka pun tumbuh menjadi tanaman yang buruk rupa."

Ekspresi ini lagi. Datar dan tenang seolah tak menyembunyikan goresan luka. Taehoon ingin sekali bertanya mengapa, tetapi hatinya enggan menyetujui pemikirannya. Akhirnya dia hanya membiarkan air sungai mengalir sewajarnya.

"Dark jokes," celetuk seseorang dari ambang pintu. Ketiganya pun serempak menoleh, memandang Hobin yang berjalan mendekati mereka. Taehoon menggeram, dia tak sudi melihat pemuda itu lagi semenjak kejadian itu.

Hobin tersenyum, melambaikan tangan kepada Taehoon seolah mereka berteman. "Halo, selamat pagi!" sapanya ramah.

"Kamu mau apa ke sini?" Taehoon bertanya dengan sinis. Dia tak nyaman jika pemuda itu datang ke kelasnya. Rasanya ada hawa aneh yang menyelimuti pemuda itu.

"Melihat calon mate-ku." balas Hobin.

"Siapa yang calon mate-mu heh?!" sanggah Gyeoul jengkel. Taehoon itu calon pasangannya, enak saja main klaim milik orang seenak jidat.

Mon Alpha {Fem!Dom}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang