SENIOR VS JUNIOR

1.1K 228 79
                                    

CHAPTER 19
SENIOR VS JUNIOR

Seonggok tulang dan daging itu hampir menyatu dengan tanah.

Bola matanya lepas, dan salah satunya menggelinding entah kemana.

Otaknya yang rapuh juga ikut terurai kemana-mana.

Kondisi kepala Futakuchi sudah tidak dapat dikenali lagi. Entah seberapa besar kekuatan Kageyama ketika menginjaknya.

Yaku yang masih tak percaya hanya bisa mematung. Sepasang kakinya yang tak lagi bertenaga membuat lututnya segera tertekuk duduk.

"Futa... Futakuchi..." Suara Yaku bergetar. Ada amarah, sedih, dan kecewa yang menjadi satu dalam iramahnya itu. Ia kerap bertanya-tanya, bagaimana bisa jasad Futakuchi yang sudah dikebumikan mendadak ada ditangan Kageyama.

Jasad Futakuchi harus merasakan sakit sekali lagi. Setelah kepalanya dibuat berlubang oleh senjata api, Kini menjadi semakin tak berbentuk setelah diinjak-injak oleh Kageyama.

Bahkan setelahnya, Kageyama dan Tsukishima kembali melarikan diri kedalam gedung asrama.

"Gabakalan..." Gumam Yaku yang tangannya terus mencengram tanah-tanah itu. Ia sungguh geram dan tak dapat menahan diri lagi. "... Gue gabakalan pernah maafin Kageyama!" Air matanya ikut menetes, setelah bibirnya melontarkan sumpah yang sangat serius.

"Akaashi." Panggil Yaku kemudian.

"Eh, iya?" Akaashi terpekik. Ia melihat Yaku yang kini berdiri kembali.

"Temuin mereka, lalu bunuh!" Lirikan mata Yaku tampak dipenuhi oleh dendam.

Ini sudah yang keberapa kali, ya? Yaku masih ingat betul ketika dirinya menemukan Sugawara yang tak bernyawa.

Bisa dibilang, Yaku adalah orang pertama yang mengetahui akan kematian Sugawara.

Begitupun ketika Futakuchi menghembuskan nafas terakhirnya. Saat itu Yaku sedang berkomunikasi dengannya melalui telepon, kan.

Sekarang, Yaku harus melihatnya lagi. Matanya merekam langsung bagaimana teman-temannya yang sudah tak bernyawa.

"Tapi Kak Shin dan yang lainnya..." Akaashi berhenti bergumam begitu Yaku memelototi dirinya lagi.

"Semakin cepat kita nyingkirin Kageyama dan Tsukishima, maka semakin besar peluang buat menang." Yaku menggunakan alasan demikian. Padahal, ia didorong oleh dendam didalam hatinya yang tak dapat dibendung lagi.

Kepala Akaashi menoleh, ia masih mendengar dentuman-dentuman dari arah gedung sekolah.

Akaashi tahu betul, kalau bangunan itu tak sekokoh dulu. Dan ia begitu khawatir, karena kemungkinan gedung itu akan roboh.

"Gue duluan." Yaku memungut senjata api yang tadi ditinggalkan oleh Tsukishima. Melihat Akaashi yang ragu membuatnya enggan untuk menunggu lebih lama. Jadi, Yaku memutuskan untuk masuk kedalam gedung asrama lebih dulu.

Ia tidak perduli meskipun Tsukishima dan Kageyama memiliki kekuatan yang diluar nalar manusia.

"Dia bakal mati kalo pergi sendirian." Sambar Suna yang sedaritadi berdiri disamping Akaashi. Meskipun begitu, pandangannya menyorot jasad Futakuchi disana.

Kondisi jasadnya lebih mengenaskan dibandingkan dengan Suna.

"Ayo bergerak!" Lama berdiam diri disana, Akhirnya Akaashi memutuskan untuk menyusul Yaku.

Suhu dimalam itu semakin dingin. Akaashi bisa merasakan butiran uap yang keluar ketika ia menghembuskan nafas dengan mulutnya itu.

Kakinya terus melangkah, berlari kembali menaiki tangga dengan tergesa-gesa.

Bloody Mary : Unpleasant Reunion [ END ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang