PERPISAHAN

1K 245 134
                                    

CHAPTER 22
PERPISAHAN

"Hosh... Hosh..." Atsumu terengah-engah. Semua tulang belulang itu berserakan, dan tak lagi berbentuk.

Apakah semuanya sudah selesai? Pertanyaan itu masih terus bersarang didalam kepala Atsumu.

Melihat kakak kembarnya yang masih larut dalam kepanikan, Osamu segera menggapai wajah Atsumu.

"Hey, gue mau pamit." Kata Osamu dengan pandangannya yang terkunci kepada Atsumu.

Pertemuan mereka sangat singkat. Bahkan, Osamu tidak bisa berkeluh-kesah tentang apa saja yang pernah ia alami.

Juga, Osamu sangat ingin mendengar bagaimana Atsumu tumbuh seorang diri.

Osamu merindukan keluhan-keluhan yang seling terlontar dari bibir Atsumu, dikala ia sedang mengalami hari yang buruk.

Apapun, Osamu selalu membayangkan hari-hari yang selalu ia habiskan bersama dengan Atsumu.

"Atsumu... Makan yang benar, ya." Pesan Osamu sembari mencubit-cubit pipi Atsumu. Begitu berisi, dan sepertinya Osamu tak perlu mengkhawatirkannya lagi.

"Gak ada makanan yang lebih enak, selain buatan adek gue!" Balas Atsumu. Ia ingat saat dirinya dan Osamu menghabiskan waktu di ruang tata boga.

Selain bisa menjahili Osamu, disana Atsumu bebas mencicipi rasa masakan buatan adiknya itu.

TEP-!

Tak ingin merusak suasana, namun Suna segera datang begitu ia melihat tubuhnya memancarkan cahaya.

"Ah, udah waktunya ya..." Osamu menoleh. Ia mendapati Suna tersenyum ramah kepada Atsumu. "... Makasih udah nepatin janji buat nyelametin gue." Katanya lagi kepada Suna.

Melegakan, tapi kemudian Suna menggeleng pelan. Semua turun tangan dalam menyelesaikan masalah kali ini.

"Titip Osamu disana, ya." Pesan Atsumu kepada Suna.

Osamu dan Suna saling pandang sejenak. Mereka bisa melihat raut kehilangan tergambar jelas diwajah Atsumu.

"Atsumu, elo ikh..."

"Beristirahatlah dengan tenang, Osamu... Suna..." Atsumu yang semula sempat menunduk, kini mengangkat wajahnya lagi. Air matanya tidak bisa berbohong, tapi Atsumu tetap memaksakan diri untuk tersenyum. Ia berusaha keras untuk mengikhlaskan Osamu. Adiknya yang sudah seharusnya menuju dunia yang lain.

Jauh.

Atsumu bahkan tak bisa menelepon Osamu ketika merasa rindu padanya.

Namun, Atsumu juga percaya kalau Osamu akan senantiasa mendengarkan celotehannya.

Osamu tidak pernah meninggalkannya. Ia selalu hidup didalam hati Atsumu.

"Osamu..." Panggil Atsumu.

Osamu menaikkan alis. Senyumnya sedikit miring karena tahu apa yang akan dikatakan oleh Atsumu.

Yang jelas, kalimat itu jarang keluar dari bibir seseorang yang memiliki gengsi setinggi langit.

"Apa? Cepetan, ah... Gue mau pergi, nih." Desak Osamu sembari tergelak. Tubuhnya dan Suna lama-kelamaan menjadi semakin tembus pandang.

"Gue masih bisa hidup sampe saat ini, itu semua karena Lo nolongin gue waktu hampir jatuh ke jurang." Pahit untuk diingat, tapi Atsumu tetap harus mengucapkannya.

"Maka dari itu, gue bakal hidup baik-baik. Makasih, ya..." Kata Atsumu. Ia tak ingin Osamu mengkhawatirkannya.

"Gue sayang banget sama Lo, kembaran gue yang paling nyebelin." Atsumu bangkit, kemudian memeluk tubuh yang sebenarnya tak dapat lagi ia gapai.

Bloody Mary : Unpleasant Reunion [ END ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang