JIMAT YANG HANCUR

1.1K 222 76
                                    

CHAPTER 18
JIMAT YANG HANCUR

Begitu semua orang telihat tak lagi percaya, Atsumu merasa sedikit ganjalan di batinnya berkurang disaat Oikawa melontarkan pembelaan untuknya.

Perasaan yang menggebu-gebu, mendorong Atsumu untuk banyak mengambil peran dalam misi menghancurkan cermin kali ini.

Pikir Atsumu, itu bukanlah tugas yang sulit. Ia hanya perlu menghancurkan cerminnya bukan?

Namun, Atsumu sampai lupa. Kalau dulu, ia ada di posisi orang yang menggunakan cermin untuk kabur.

Adalah sebuah kesalahan besar dikala Atsumu menyepelekan tugas tersebut.

Hingga pada akhirnya, begitu tangannya menyentuh gagang pintu UKS- Atsumu merasa ada sesuatu yang ikut menariknya.

Dia, sosok itu, adalah Sakusa Kiyoomi.

"Tidurlah, Atsumu." Bisikan dari seorang Sakusa sempat melintas didalam Indra pendengaran Atsumu.

Rasanya sudah amat lama, sampai akhirnya Atsumu mendengar suara Sakusa lagi.

Tidak ada cahaya diamanapun, membuat Atsumu semakin tidak mengerti dimana dirinya saat ini.

Samar-samar seutas suara kerap terdengar, namun terasa jauh sekali.

Kemanapun Atsumu berjalan, ia tak pernah menemukan secarik cahaya yang menandakan ujung dari tempat yang menjebaknya itu.

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

"Gue bakal nyusul Akaashi." Gumam Yaku begitu mereka selesai menghancurkan cermin di beberapa ruangan lantai dua. Ia begitu cemas karena Akaashi tak kunjung kembali.

Semi belum menjawab. Ia melihat kearah tangga, sembari berharap-harap Shinsuke muncul dari sana.

"Yaku." Panggil Semi begitu Yaku hendak berjalan menuruni tangga.

Yang dipanggil menoleh, setelah satu kakinya menginjakkan kaki pada anak tangga tersebut.

"Jangan sampe mati." Permintaan Semi membuat Yaku tersenyum kecil. Kalimat itu terdengar sedikit konyol baginya.

"Gak bakalan." Ucap Yaku, yang kemudian sepasang kakinya itu terus melangkah turun dengan amat santai.

Masih berada di area lantai dua. Semi kini membuka ponsel, namun yang ia dapatkan malah rasa kecewa.

Tidak ada satupun notifikasi disana. Baik dari Shinsuke, ataupun Akaashi.

"Oikawa, kita..." Ucapan Semi terhenti. Tepat setelah salah satu kakinya menginjak benda dengan bentuk seperti bola-bola kecil di lantai.

Semi berjongkok. Butiran-butiran lingkaran itu memiliki warna yang tak asing dimatanya.

Ungu.

Perlahan-lahan, Semi yang semula tertunduk kini melirik area pergelangan tangan Oikawa.

Rupanya benar. Jimat yang diberikan oleh Semi tak lagi melingkar disana.

Entah sejak kapan jimat itu hancur, tapi sekarang Oikawa menjadi sangat pendiam.

Semi sedikit merasa lega karena Yaku juga memutuskan untuk pergi menyusul Akaashi. Sebab menyelamatkan diri saja sudah cukup sulit. Ia khawatir tidak dapat melindungi Yaku dengan baik.

"Oikawa." Panggil Semi lagi, dan Oikawa tak menoleh sedikitpun kepadanya. Ia sibuk berdiri di lorong sembari menatap langit-langit yang gelap gulita.

"Mary." Begitu nama itu terucap dari bibir Semi, Oikawa membelokkan pandangannya dengan sangat cepat.

Bloody Mary : Unpleasant Reunion [ END ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang