EMPAT MATA

1.7K 291 143
                                    

CHAPTER 2
"EMPAT MATA"

Anggota Holy Night, beristirahat di sebuah penginapan. Mereka menyewa dua kamar yang diisi masing-masing dua orang.

Semi baru saja selesai mandi. Masih ada handuk yang tergantung di leher dan sesekali ia gunakan untuk mengeringkan rambutnya yang basah.

Tepat didepan jendela yang terbuka, ada Oikawa duduk bertengger disana. Pandangannya terkunci pada langit malam, dimana ada sangat banyak bintang diatas sana.

Belum sempat mendekat, Semi mendapati Oikawa melipat kedua tangannya. Bibirnya bergumam sesuatu.

"Jaga aku baik-baik, Tuhan. Aku gak mau dimarahi Iwaizumi lagi." Itulah permohonan yang keluar dari bibir Oikawa. Sepertinya, ia lebih takut dimarahi oleh Iwaizumi, daripada bertemu hantu-hantu diluar sana nantinya.

Karena mendengarnya, Semi hampir saja tertawa. Akan tetapi, ia menahannya- dan berpura-pura tak mendengar apa yang digumamkan oleh Oikawa.

Detik kemudian, Semi melihat sesuatu. Iya, ada aura hitam yang perlahan-lahan mendekat kearah Oikawa.

"Mandi gihh, gue udah selesai." Ucap Semi begitu ia duduk diatas ranjang.

Oikawa menoleh, kemudian menggeleng pelan.

"Gak dulu, deh... Dingin." Sahut Oikawa singkat. Matanya melirik kearah jendela, seperti sedang memberikan isyarat kepada Semi.

"Iya, dingin... Makanya gausa deket-deket jendela." Ucap Semi. Ia  segera menunjuk ranjang di seberangnya, agar Oikawa segera bergerak kesana.

Begitu duduk, Oikawa sempat mengacungkan jempolnya sesaat. Ia senang karena Semi peka dengan kode yang tadi dilakukan olehnya.

Semi hanya tersenyum sebentar, lalu menatap kosong kearah jendela. Ia tak mengintenskan pengelihatannya hanya pada satu titik, sebab Semi tahu apa yang ada disana.

Ingat, kalau banyak tempat yang menjadi sarang bagi hantu atau arwah-arwah penasaran.

Semi tidak begitu heran kalau ia menemukan satu yang ada didalam kamarnya. Arwah seorang gadis, yang tampaknya tak beristirahat dengan tenang.

Gadis itu berkali-kali berteriak keras, berkata bahwa dirinya lelah. Dengan sekujur tubuhnya yang dipenuhi darah, ia gemar duduk bertengger di jendela.

Sedikit terkejut begitu menyaksikan arwah gadis itu melompat, dan menghilang dari pandangannya.

"Sejak kapan dia ada dibelakang gue?" Tanya Oikawa usai memastikan kalau arwah gadis yang tadi, kini tidak sedang berada didekatnya dan juga Semi.

"Baru..." Semi kembali bangkit, lalu menggantung handuknya pada hanger baju yang disediakan oleh petugas penginapan.

"Baru juga doa, malah hampir kerasukan." Oikawa tak habis pikir. Apakah Tuhan enggan mengabulkan permohonan kecilnya itu.

Melihat Oikawa yang lesu, membuat Semi mendapatkan satu ide. Ia buru-buru mendekat, lalu duduk tepat di samping Oikawa.

"Pinjem tangan lo dong." Pinta Semi sembari melepas sesuatu yang melingkar di pergelangan tangannya. Terlihat seperti gelang. Bahkan, ada gantungan berbentuk salib sebagai hiasannya.

"Ini apa?" Tanya Oikawa ketika Semi sudah selesai memakaikan gelang di pergelangan tangan milik Oikawa. Ia segera mengangkat lengannya, melihat gelang yang bentuknya mirip dengan tasbih itu.

Oikawa memang ingat, kalau Semi selalu menggunakan gelang itu. Ia tak paham, mengapa Semi malah memberikan gelang itu kepadanya.

"Pendeta yang buat jimatnya. Lo bakal aman selama pake itu." Ucap Semi begitu antusias. Meskipun kesannya seperti memberikan barang bekas, Semi masa bodo. Ia jarang mendapatkan hal buruk tiap kali mendapat panggilan klient. Bahkan ketika pergi bekerja seorang diri.

Bloody Mary : Unpleasant Reunion [ END ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang