RUNTUH

1.1K 219 156
                                    

CHAPTER 20
RUNTUH

Bagian-bagian tubuh yang membiru itu menjadi bukti, sebagaimana gigihnya Akaashi dalam mempertahankan hidupnya.

"Gawat... Gue gabakal bisa bertahan lebih lama." Akaashi mulai membatin. Ia sadar dengan kondisi Tsukishima yang masih sangat bugar.

Usai tangannya merogoh kedalam tas, Akaashi mulai sadar kalau jumlah peluru yang ia miliki tak lagi banyak.

Tidak satupun tembakan yang Akaashi lalukan mengenai Tsukishima. Sugawara selalu menjadi tameng baginya.

Hal itu, juga merupakan salah satu rintangan bagi Akaashi. Tiap kali Sugawara mendekat, Akaashi selalu berusaha keras untuk menyerangnya.

Akaashi lupa, bahwa ia hanya bisa melihat.

Tapi tidak bisa menyentuhnya.

"Tsukishima-!" Pekik Akaashi begitu Tsukishima menodongkan pistol ke arahnya.

Memang, Akaashi sengaja mengulur waktu. Ia ingin memulihkan sedikit tenaganya.

Sebisa mungkin, Akaashi tengah mencegah agar dirinya tidak terbunuh.

"Apa Lo lupa, sebesar apa kebencian Lo sama Mary?" Tanya Akaashi sembari memegangi Sling bag. Tangannya merasakan kalau ponselnya tengah bergetar.

Yang bisa Akaashi lakukan, hanyalah membuat Tsukishima bernostalgia pada hari-hari dimana mereka berjuang bersama menghancurkan cermin.

Bahkan emosi yang Tsukishima miliki membuatnya ingin buru-buru mengakhiri malam mengerikkan itu. Tsukishima tampak frustasi ketika ia kehilangan satu matanya, dan Akaashi ingat betul bagaimana raut wajahnya itu.

"Diem! Gue gabutuh diceramahin sama lo." Sambar Tsukishima yang terkesan tidak perduli dengan ucapan yang keluar dari bibir Akaashi.

"Baik, gue bakal berhenti bicara." Sahut Akaashi kemudian.

"... Elo dan Kageyama berhasil ngegiring gue sama Kak Yaku sampe masuk ke lantai dua dan tiga gedung asrama."

"... Semoga Lo nggak nyesel sama hasil dari perbuatan yang Lo lakuin kali ini."

Setelah bicara panjang lebar, Akaashi merasa sedikit lebih tenang. Ia sudah berusaha sejauh ini, hingga akhirnya rasa putus asa mulai meraung-raung didalam hatinya.

Akaashi hampir terpojok. Kalaupun ingin melarikan diri, cara satu-satunya adalah masuk kedalam salah satu kamar lalu melompat keluar jendela.

Kedengarannya memang mudah, jikalau ia berada di lantai dasar.

Dengan kondisi tubuh yang tak lagi bugar, melompat dari lantai dua hanya akan membuat Akaashi mendapati cidera yang lebih serius.

"HEY... HEY... HEY...!!!" Gema itu mulai terdengar samar-samar. Mata Akaashi yang semula membulat sempurna, kini menyipit sejenak karena ada seutas senyum diwajahnya.

Tsukishima terpekik, lalu langsung membalik badan. Ia kenal betul siapa pemilik sorakan yang begitu keras dan riang itu.

"Brengsek-! Jadi yang tadi itu, dia ngasih tau lokasi ke temen-temennya!" Tsukishima menggigit bibir, sambil menggerutu didalam hati.

Ya, Akaashi memang begitu cerdik. Tsukishima dengan bodohnya mendengarkan bualan yang sengaja dibuat oleh Akaashi, yang sebenarnya diucapkan untuk memberitahu dimana keberadaannya.

Tsukishima tidak paham bagaimana cara Akaashi melakukannya.

Padahal, Akaashi sempat menjawab panggilan telepon tadi yang rupanya berasal dari Bokuto.

Bloody Mary : Unpleasant Reunion [ END ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang