EPILOG

1.4K 192 52
                                    

Beberapa bulan, sebelum menerima permintaan dari perusahaan bouching ball.

"Klient kali ini punya masalah sama tempat tinggal barunya. Mereka minta kita datang buat meriksa." Kata Akaashi. Membaca rangkuman yang telah ia susun.

"Lokasi?" Tanya Shinsuke yang datang dengan empat cangkir cokelat hangat. Malam itu, diluar apartment mereka sedang turun hujan.

"Makasih..." Oikawa langsung menyambar cangkir itu, menggenggamnya kuat-kuat dengan kedua tangan.

Shinsuke ingin menegur, sebab cangkir itu masih sangat panas. Tapi sepertinya, Oikawa sedang tidak ingin dikomentari. Jadi Shinsuke menahan dirinya, dan memilih untuk mengambil tempat duduk di sisi sofa yang kosong. Ia siap untuk mendengarkan penjelasan Akaashi lebih lanjut.

"Perumahan biasa, masih satu kota sama kita." Begitu Akaashi menjawabnya, ia mulai menyorot satu-persatu rekannya. Mereka masih diam. Seakan tahu kalau Akaashi belum selesai berbicara.

"Tapi setelah gue cari tau, rumah klient kita ini dulunya ditempati sama satu keluarga." Usai mengatakannya, Akaashi memampangkan layar laptopnya kepada tiga rekannya. Disana ada foto rumah milik yang dikirim oleh klient mereka.

Rumah dengan nuansa Eropa, dengan dua lantai.

Mata Shinsuke, Oikawa, dan Semi terbuka sempurna begitu melihat potret rumah tersebut. Akaashi jadi semakin yakin, kalau informasi yang ia gali sudah pasti benar.

"Ini..." Akaashi juga menyodorkan berkas-berkas transaksi waktu sang klient membeli rumah tersebut.

Semi segera menyambarnya, kemudian Oikawa dan Shinsuke ikut melihat apa yang sedang dibaca oleh Semi.

"Bisa dibilang, pihak perumahan ini sengaja ngejual rumahnya dengan harga murah? Dan si klient kita gatau kalo rumah ini berhantu." Semi mengasumsikan demikian.

"Yup, benar!" Kata Akaashi.

"Firasat gue gak enak..." Gumam Oikawa yang kembali meniup-niup cokelat panasnya.

Semi meletakkan lembaran dokumen itu ke atas meja. Meskipun gerakannya terkesan seperti melempar lembaran-lembaran kertas itu.

"Kapan sih elo punya firasat baik." Celetuk Semi kemudian.

"Pasti ada alasan kenapa rumah itu angker, kan?" Takut akan terjadi pertengkaran, Shinsuke segera mengalihkan kembali topik pembicaraan.

"Yaa... Lumayan susah gali informasinya." Akaashi menggaruk sejenak pelipisnya. Menandakan kalau ia sangat bekerja keras untuk bagian yang satu ini. "... Udah bertahun-tahun lamanya, dan dulu satu keluarga yang tinggal didalam rumah itu ditemukan tewas." Jelas Akaashi kemudian.

Rekannya tak terkejut, mereka semua sudah yakin kalau rumah-rumah itu dipenuhi oleh arwah-arwah yang tidak tenang.

"Oikawa, Lo mending libur dulu aja." Kata Semi tiba-tiba.

Tak lama kemudian, Oikawa meletakkan kembali cokelat panasnya di atas meja.

"Maksud Lo apa?" Sambar Oikawa

"Kalo Lo ikut, yang ada langsung kesurupan pas sampe disana." Balas Semi tanpa menatap kearah Oikawa sedikitpun.

"Kurang ajar Lo!" Tangan Oikawa menggebrak meja dihadapannya. Ia kemudian berdiri, sementara Semi masih memegangi bibirnya yang melepuh. Ia terkejut akibat suara meja yang dipukul itu, hingga tangannya kehilangan keseimbangan ketika memegang cangkir.

"Lo itu apa-apaan sih?!" Semi melempar cangkirnya, hingga pecah berkeping-keping di lantai. Sekarang ia berdiri berhadap-hadapan dengan Oikawa.

Sebelum terjadi aksi pukul-memukul, Shinsuke sudah menahan Semi dari belakang, begitupun Akaashi kepada Oikawa.

Meskipun begitu, adu argumentasi tak bisa dihindari.

"Gausa ngerasa sok paling bisa! Udah berapa kali kita hampir sial gara-gara prediksi Lo yang salah?!" Gerutu Oikawa sembari menunjuk-nunjuk kepada Semi. Urat-urat di kepalanya seakan menegang, tanda bahwa dirinya sangat murka.

"Minimal Lo bisa jaga diri supaya ga kesurupan terus! Bangsat Lo!" Balas Semi tak mau kalah. Apa salahnya jika rencana yang ia susun tak berjalan dengan lancar? Semi merasa ia sudah sangat berpikir keras untuk itu.

"Semi, udah cukup!" Bisik Shinsuke sedikit menekan kalimatnya. Ia tahu kalau belakangan ini hubungan diantara Semi dan Oikawa sedang tidak baik. Ia khawatir kalau Holy Night sampai bubar nantinya.

"Lepas!" Oikawa menepis kuat tangan Akaashi. Ia masih berdiri disana sembari mengatur emosinya yang naik turun tak karuan.

"Di tugas kali ini, gue gabakal mau nolongin Lo, Sem." Oikawa serius. Setelah mengatakannya, ia langsung melangkah menuju kamar.

"Gue juga gabakal mau nolong Lo kalo sampe kesurupan. Mati-pun, gue gabakal peduli sama Lo!" Balas Semi yang juga ikut meninggalkan ruangan itu.

°°°°° END °°°°°

NGOBROL-NGOBROL BARENG CHARA HQ + AUTHOR

Hinata : Anu... Lai, kamu gajadi gambar aku?

Laila : sho, maaf yaa... Hp ku error belakangan ini.

Tsukishima : udah nih, tamat?

Kageyama : gak sih, epilognya mencurigakan.

Semi : gausah heran... Laila ga gantung, ga hore...

Laila : makasih ya pujiannya.

Atsumu : emang agak lain ini author satu ini...

Oikawa : omaygaattt gue berantem sama semi semihhhh.

Semi : Lo mau gue tampol beneran?

Oikawa : hehe, jangan dong...

Laila : padahal tinggal up dua chapter ini, tapi aku kebanyakan mager dari kemaren.

Akaashi : gak apa-apa, yang penting sekarang fanficnya udah end.

Sakusa : udah ya, jangan ada yang dendam lagi sama gue.

Kuroo : selamat, Mi... Haters Lo makin bertambah.

Sugawara : jadi readers, gimana reaksi kalian waktu baca epilog ini?

Daichi : apa fanfic selanjutnya bakal bahas holy night dirumah berhantu itu?

Iwaizumi : eitsss, tidak boleh.

Laila : apa sih, wa...?

Iwaizumi : noh, backroom sama resist judgement butuh lanjutan.

Laila : oh, iya... Hehe...

Kenma : oke, udah diputusin kalau resist judgement bakal mulai up lagi tanggal 18 Januari.

Shinsuke : up berapa kali seminggu? Hemm, kayaknya tergantung mood nya Laila.

Laila : hehe...

Tendou : kami selaku karakter dalam fanfic ini mengucapkan terimakasih banyak kepada readers yang setia baca sampe selesai.

Ushijima : sabar terus ya sama kelakuan author kalian.

Nishinoya : sampe ketemu di resist judgement!!

Laila : vote, komen, share! Terimakasih! 💞

Bloody Mary : Unpleasant Reunion [ END ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang