PERTEMUAN HINATA DAN KAGEYAMA

1K 248 84
                                    

CHAPTER 24
PERTEMUAN HINATA DAN KAGEYAMA

Hinata Shoyo. Pria berperawakan mungil itu, kini terbaring didalam ruang kecil berbahan kayu.

Iya, peti mati.

Kageyama masih berdiri dihadapannya, sembari memanjatkan doa yang cukup panjang.

Pihak rumah sakit berpesan, bahwa peti mati itu tidak boleh dibuka karena kondisi jasad yang sudah tak layak. Jadi, meskipun sudah jauh-jauh datang dari Surabaya. Kageyama tetap tidak dapat melihat rupa Hinata, untuk yang terakhir kalinya.

Tentu saja hal itu mendatangkan rasa sedih yang hebat. Tujuannya datang ke Bali adalah melihat rupa Hinata untuk yang terakhir kalinya.

Setidaknya, Kageyama sempat berharap bisa meminta maaf dihadapan Hinata langsung, tanpa dibatasi oleh papan kayu.

Sayangnya, semua itu mustahil terjadi sekarang.

"Oy, bego... Udah gue bilang, jangan sampe mati." Gumam Kageyama tanpa suara. Pelan-pelan, tangan Kageyama bergerak dan bertengger diatas peti itu.

Ia meletakkan seikat bunga.

Bunga matahari dengan warna yang amat menyilaukan.

Kesukaan Hinata.

"Hng...?" Tak lama kemudian, Kageyama berjalan mundur. Ia mengizinkan pelayat lain untuk maju memanjatkan doa.

"Nak, Tobio..." Panggil ibu dari Hinata Shoyo. Ia muncul lagi dihadapan Kageyama dengan linang air mata yang tak kunjung surut.

"Shoyo... Kita nggak bisa denger ocehan dia lagi." Sang ibu menggeleng tak berdaya. Bagaimanapun juga, ia sangat terpukul atas kematian putra tertuanya itu.

Kalimat sang ibu juga menandakan bahwa ia merindukan suara Hinata.

Sekolah asrama sudah cukup membuat ibunya rindu, dan sekarang ia harus mengunci rasa rindu itu dalam-dalam, karena sudah tidak mungkin untuk bertemu dengan anak tertuanya lagi.

"Ibu..." Kageyama membentangkan kedua tangannya, lalu memeluk wanita tua itu. Ia yakin, penghiburan apapun tak dapat membuat ibu dari Hinata bisa cepat melupakan rasa sakitnya.

Ini bukan luka yang bisa dilihat.

Sangat sulit untuk menyembuhkannya.

"Jangan sedih... Kasihan Natsu..." Ucap Kageyama sebab ketika ia melirik, ada Natsu yang duduk di kursi dengan mata berkaca-kaca.

Pastinya, Natsu juga sangat kehilangan sosok kakak laki-laki yang selalu setia mengajaknya bermain.

Kageyama tersenyum kecil padanya, dan Natsu buru-buru melengkungkan bibirnya juga.

Meskipun dengan sedikit paksaan.

"Tapi ibu gak siap kehilangan Shoyo..." Rengek sang ibu yang malah semakin terisak. Kageyama juga bisa merasakan kalau bajunya sudah dibasahi oleh air mata.

Tak apa.

"Ibu..." Kageyama melepas pelukannya, menatap sang ibu lekat-lekat. "... Nggak ada manusia yang siap untuk kehilangan. Itu alasan, kenapa kita gak pernah tau kapan seseorang akan mati. Kematian itu, bukan hal yang bisa kita hindari." Usai Kageyama melontarkan kalimat itu, sang ibu akhirnya mengangguk sembari melempar senyum.

Pastinya, hati sang ibu tersayat ketika mendapatkan kenyataan bahwa Hinata tak lagi bernyawa. Hal itu membuatnya lupa, kalau Hinata sangat tak suka melihatnya menangis.

"Bilang, siapa yang bikin ibu sedih?! Biar Shoyo pukul orangnya!" Hinata kecil sering bicara begitu setiap ia melihat ibunya murung.

"Makasih, Tobio..." Seru ibu yang langsung menepuk-nepuk lengan Kageyama. "... Kamu belum pesan penginapan, kan?" Tanya sang ibu lagi.

Bloody Mary : Unpleasant Reunion [ END ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang