1

1.6K 21 0
                                    

"Deren kita menikah yok! "
Deren mengabaikan ucapanku, dia malah sibuk mengemudi mobilnya.

"DEREN!" Deren menatapku lalu mengangguk.

"Aku serius Deren" rengek ku padanya.

Maklum saja kami sudah berteman cukup lama, hampir aku dan Deren berteman selama 10 tahun, itu karna waktu itu aku dan Deren tidak sengaja berpapasan di perpustakaan.

Deren yang saat itu sedang menempuh S3 sedangkan aku masih sebagai mahasiswa. Deren dulu begitu culun tetapi tetap saja seculun apapun Deren, dia tetap mempesona.

" bisa gk kmu dengerin aku! " ucapku agak merajuk pada Deren.

"Aku gk tau mau ngomong apa ca" ucap Deren padaku.

"Kita nikah! "

"Tapi kamu tau aku gk mau menikah"

"Tapi orang tua kita mau kita nikah Deren!"

"Orang tuaku gk memaksaku ca"

Aku menghela nafas sejenak, rasanya ingin mencabik2 tubuh Deren. Ya memang benar orang tua Deren sangat membiarkan Deren untuk berpegang teguh pada prinsip hidup jomblo abadinya itu.

Tapi bagaimana dengan diriku? Keluarga ku menentang, bahkan terakhir kali aku harus bertemu dengan brondong tengil sok asik di minggu lalu hanya untuk melakukan kencan buta bersama dia. Iyuhh sungguh aku iri dengan Deren.

"Kau kandidat paling cocok Deren! "

"Aku tidak cocok ca"

"Kau tidak impoten kan? " Deren menatapku tajam.

"Aku normal" ucap Deren dengan mendengus.

"Aku tau kau normal, kau bisa menikah denganku kan"

"Ca menikah itu perkara yng sulit"

"Yang sulit itu cuman ngelupain reyhan! " sanggah ku

"Iya" jawab deren.

"Kau tidak kasihan denganku? "

"Aku kasihan pada diriku sendiri ca"  Deren itu memang menyebalkan sekali.

Hening beberapa menit, lalu aku sengaja menyetel suara musik kencang agar Deren merasa terganggu dengan suara itu.

Tetapi dia diam saja, hingga akhirnya sampai lah aku di rumahku.

CACA (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang