13

412 4 0
                                    

Setelah berjuang selama 14 jam untuk oprasi, Deren akhirnya dipindah ruangkan.

Deren benar2 lemah dengan segala alat2 yang menancap di tubuhnya.

Kemungkinan Deren sembuh adalah 40%. Aku tak kuasa tadi dokter mengatakan bahwa saraf bagian otak Deren lumpuh.

Dengan rasa sangat2 berat aku mendekati brangkat rumah sakit Deren.

Aku cium bibirnya. Bibir itu membiru, pucat, aku meneteskan air mataku.

"Hikss bangun yang" ucapku lirih.

Aku tak perduli ada siapa di ruangan ini, yang penting aku ingin menangis melihat kondisi suamiku.

Mamah mendatangiku, memelukku, biasanya mamah akan bertingkah aneh, tetapi kali ini mamah tidak melakukan hal aneh apapun.

"Sayang mamah tau kamu kuat, anak mamah pasti kuat" aku pun menangis di pundak mamahku.

"Mamah Deren hikss hikss" aku ditenangkan oleh mamah, mamah terus memeluk tubuhku dengan erat.

"Huss sayang.. Deren pasti sembuh ko" ucap mamah menguatkan aku.

Posisiku di sini aku sudah tidak tau lagi, aku lelah, hatiku begitu sakit melihat kondisi Deren.

Knpa harus Deren?

Aku dan dia baru saja saling mencintai, aku dan dia baru saja ingin memulai kehidupan pernikahan ini dengan baik. Aku mencintai deren. Aku ingin terus bersama Deren. Tuhan knpa harus deren. Ucapku dalam hati.

Mamah Deren pun menangis, tapi mamah Deren tak sanggup masuk ke dalam kamar inap Deren.

Mamah Deren di tenangkan di loby rumah sakit dengan papah Deren.

Aku dan mamah, papah yang berada di ruangan inap Deren.

Melihat Deren secara langsung dengan kondisinya saat ini memang begitu menyakitkan. Aku pun menangis tak henti2 apalagi mamah Deren yang melahirkan Deren.

Aku duduk di sofa. Aku terus menggenggam tangan mamahku. Mencoba mencari penguatan.

CACA (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang