10

571 11 0
                                    

Deren mulai menjauhiku, aku dan Deren mulai semakin asing.

Setiap hari bayi ini berulah, ada ajah tingkahnya, mual, muntah, panas, kram perut, flak darah.

Aku chat derenpun gk di bales.

Seminggu setelah kejadian itu aku dan Deren benar2 menjauh, Deren sibuk dengan berbagai bisnisnya sedangkan aku hanya sibuk dirumah saja.

Dengan berjalannya waktu aku mulai terbiasa, ditambah Deren hari ini akan pergi ke hongkong. Aku tidak perduli lagi dengan dia.

Aku terus menonton barbie di ipadku. Sambil tertawa2 karna melihat kelucuan barbie itu.

"Bi yam, belikan rujak mangga ya"

Bi yam pun pergi dengan pak bandi supir dirumah Deren ini.

"Bi yam aku mau makan pancak mangga ada gk?"
Bi yam merasa bingung dengan apa yang aku mau.

"Bi yam aku mau makan itu ya! " dengan terburu2 bi yam kembali menemui pak bandi dan minta di antarkan membeli apa yg aku mau.

Ketika dengan menonton tiba2 Deren masuk sambil menggebrak pintu kamar.

Aku mengabaikan Deren.

"Knpa kmu gk ngomong kemarin kmu di rawat di RS! "

Aku acuh tak acuh pada Deren, dia saja tak perduli dengan ku.

"Aku sedang berbicara! "

"Iya"

"Huh" Deren membuang nafasnya frustasi.

"Iya emang awalnya aku menikah dengan kamu karna itu! Rendra sedang meledek ku kemarin, Aku sama sekali gk meminta perusahaan dia! "

"Bodo amat"

"Ca.. "

Aku menatap sinis Deren, aku menatap mata itu dengan rasa benci, marah dan segala hal.

"Terus knpa 1 minggu kamu jauhin aku?! Knpa kamu gk jelasin malem itu! Knpa kmu milih  jauhin aku DEREN!! " Teriakku pada Deren.

"Karna aku bingung"

Aku mulai menangis.

"satu minggu aku nunggu kejelasan kmu, satu minggu aku di cuekin kamu, satu minggu aku stres mikirin itu!, dan keselnya lagi anak ini pun berulah setiap hari!! " tunjuk ku pada perut ku ini.

Deren melirik perutku.

"Aku takut kamu makin marah sama aku"

Aku mendekati Deren, mencium bibirnya.

"Aku marah dan benci sama kmu, kamu jahat! "

" tapi aku menikah denganmu jga tidak tulus, mungkin itu karma ku" imbuh ku di akhir kata dengan suara sayup2 yang masih bisa didengar.

"Aku tau"

"Maaf Deren" ucapku pada Deren

"Aku juga minta maaf ca" dengan begitu aku dan Deren pun berpelukan.

Deren tidak hentinya mencium puncak kepalaku. Dan tangannya mengelus2 lembut perutku.

CACA (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang