16

577 10 0
                                    

Aku dan para pihak kepolisian sedang mendalami kasus kecelakaan yang dialami deren.
Semua bukti mengarah pada kasus pembunuhan berencana.

Karna benar2 di TKP tidak ada satupun sidik jari dari deren. Deren sama sekali tidak mengendarai mobil itu.
Luka yang deren dapat pun itu bukan karna luka selayaknya tabrakan.

Banyak hal2 janggal yang ada di TKP. Deren benar-benar murni tidak sadar ketika sedang mengendarai mobil. Aku tidak tau knpa orang2 begitu jahat pada suamiku.

Yang jelas aku sangat ingin tau siapa yang melakukan itu. Sangat menjadi tanda tanya dalam batinku terus menjerit siapa yang setega itu.

Lalu apa yang Deren lakukan hingga nyawanya menjadi taruhan?

Aku benar2 merasakan semua hal dalam diriku, marah, sedih, denda, semuanya menumpuk dalam hatiku.

Aku berusaha berpikir waras demi anakku, aku tidak mau mencelakai nnya, dia adalah hadiah yang Deren berikan padaku untuk terakhir kalinya. Seseorang yang akan menemaniku selamanya setelah Deren pergi.

"Sepertinya kasus ini akan memakan lama, setidaknya 1 atau 2 bulan mendatang. "

"Apakah tidak bisa lebih cepat lagi? "

"Ca aku udah semaksimal mungkin mencari, tim ku pun sudah mencari semua bukti2 yang ada, uji  visum, dll sudah ada jga. Tapi blom ada yang dapat menemukan siapa. Dan motif apa ca" aku menunduk lemas. Begitulah perkembangan kasus ini. Sebanyak apapun uang yang kumiliki tidak bisa menguak siapa pelakunya.

Aku terlalu polos selama ini, hidup dibawah lindungan Deren dan keluarga ku. Tanpa kusadari nyawa Deren sudah menjadi korban dalam ke egoisan yang aku buat.

Harusnya aku lebih bisa membantu Deren, harusnya aku lebih peka terhadap Deren. Harusnya aku tidak usah terlalu naif seolah2 di dunia ini tidak ada rasa dendam.

Aku mencoba mengingat2 kembali krnanganku bersama Deren adakan satu hal yang mungkin menjadi pertanda atau petunjuk untuk menguak kasus ini.

-masa lalu-

"Apakah kau terlalu sibuk mister? " Deren menatapku. Deren yang sedang asik membaca berkasnya seketika menatapku dan menyuruhku duduk di pangkuannya.

"Aku bosan, dan aku ingin pergi jalan2" Deren mengusap2 perutku dari belakang.

"Memang kamu mau kmna malem2 gini? " tanya Deren lembut.

"Makan sate taichan boleh gk? "

Beberapa menit Deren seperti memikirkan sesuatu tetapi akhirnya Deren mengangguk.

Aku langsung mencium bibir Deren dan pergi ke kamar, aku ingin bersiap2 terlebih dahulu.

"Ayok" ajakku pada Deren

"Maaf sayang, aku tidak bisa keluar malam ini, mungkin aku akan keluar membeli itu besok"

Aku mengernyit bingung. Knpa tiba2 Deren membatalkan janjinya. Aku yang kesalpun akhirnya pergi ke kamar untuk tidur saja.

"Aku tidak bisa" ucap Deren yang masih sedikit ku dengar.

Entah jam brapa, aku tadi tertidur.

"Kapan? " itu suara Deren lagi.

"Oke itu yang menjadi akhir karirku di sana" ucap Deren padaku.

Karir apa? Bukankah dia seorang bisnismen? Perusahaan dia kah?

Aku berusaha berpikir dan berpikir.

Tetapi sate taichan memutus semua pikiranku yang menuju ke arah sana.

Ku lirik jam ternyata ini pukul 5 pagi. Siapa orang yang pagi2 menjual sate taichan? Shitt aku benci jika seperti ini.

Deren masuk dengan tersenyum.

"Ini sate taichan, kemarin aku suruh pak seto beli" aku senang sekali.

CACA (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang