04 - Gus Ku!

3K 145 0
                                    

H A P P Y R E A D I N G

"Kebaikan seorang ayah lebih tinggi dari gunung, kebaikan seorang ibu lebih dalam dari lautan."

-Umi Anatasya Almeira-

***
Sore ini, hujan mengguyur wilayah malang. Ulfa merasakan ketenangan saat mencium bau tanah yang sudah terkena hujan.

"Allahumma shoyyiban nafi'an." Ucap Ulfa mengangkat tangannya berdoa.

Selesai berdoa, pandangan Ulfa tak luput dari seorang lelaki yang memakai payung, yang tengah menyingkirkan kayu yang menghalangi jalan.

Ulfa menatap kagum kearah lelaki itu. Ia jadi teringat dengan salah satu hadits yang pernah ia dengar saat kajian rutin di hari Rabu.

Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa sallam telah bersabda, "Singkirkanlah gangguan dari jalan, karena hal tersebut merupakan sedekah bagimu." (HR. Bukhari).

"MasyaAllah, walaupun hujan-hujan gini ndak ada halangan untuk beliau berbuat kebaikan." Gumam Ulfa, sambil menatap kepergian lelaki tersebut.

"Assalamualaikum, ning?" Salam seorang ustadzah, yang seumuran dengan Ulfa.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh." Sahut Ulfa, sambil menatap kearah lawan bicaranya.

"Eh, ustadzah, Ada apa ustadzah?" Tanya Ulfa yang melihat kehadiran ustadzah Raina didepannya.

"Niki wonten payung dugi umi." Ucap Raina, yang artinya ini ada payung dari umi.

"Oh nggeh, matur nuwun nggeh ustadzah." Ucap Ulfa menerima payung itu dengan senang hati.

"Nggeh, sami-sami ning" ucap Raina.

"Nggeh pon, ngoten mawon. Kulo pamit balik nggeh ning. Assalamualaikum" pamit Raina sebelum melenggang pergi dari sana.

"Nggeh, wa'alaikumussalam." Jawab Ulfa.

Setelah kepergian Raina, Ulfa pun ikut pergi juga kearah ndalem.

Sesampainya di ndalem. Ulfa mulai meletakkan payung yang basah itu dipojok teras, kemudian ia pun mulai berjalan masuk ke ndalem.

"Assalamualaikum," ucap Ulfa sembari membuka knop pintu.

"Wa'alaikumussalam." Sahut umi Ana yang sedang membaca kisah perempuan surga.

"Udah pulang nduk?" Tanya umi Ana yang melihat keberadaan putrinya.

Ulfa membalasnya dengan anggukan kecil, dan ia mulai mengambil tangan kanan uminya untuk dicium.

"Umi?" Panggil Ulfa yang sudah duduk disebelah sang umi.

Umi Ana menoleh kearah putrinya.

"Abah mana?" Tanya Ulfa.

"Abah lagi ada di luar, katanya sih lagi ngurus cafe di seberang." Ucap umi Ana.

Ulfa yang mendengar itu pun menganggukkan kepalanya pelan, dan kali ini ia merasa gugup.

"Ya Allah, per lancarkanlah niat hamba untuk meminta maaf pada kedua orangtua hamba." Batin Ulfa.

Kesunyian menimpa kedua perempuan yang ada diruang tamu sana.

"Assalamualaikum" ucap abah Hasan yang baru saja memasuki ndalem.

Kedua perempuan itu menoleh kearah sumber suara, kemudian mulai menjawab salamnya "wa'alaikumussalam."

Gus Ku! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang