06 - Gus Ku!

2.8K 137 0
                                    

H A P P Y R E A D I N G

“Jangan terlalu berharap kepada manusia, karena manusia adalah tempatnya kecewa.”

-Story by Frazabela-

"Sebaik apapun kamu mencintai, jika bukan karena Allah hatimu pasti akan terluka."

-Muhammad Zakir Hussain-


***
Selesai sholat subuh berjamaah, Ulfa mulai berpamitan ke arah teman-temannya untuk kembali ke ndalem.

Hari ini sekolah Ulfa diliburkan satu hari, dikarenakan tanggal merah.

"Assalamualaikum umi," ucap Ulfa sambil membuka pintu ndalem.

"Wa'alaikumussalam." Sahut umi Ana dan abah Hasan secara bersamaan.

"Putri umi udah pulang toh? Gimana nginepnya, betah ndak?" Sambut umi Ana.

"Alhamdulillah, betah mi" Sahut Ulfa sambil mencium punggung tangan kedua orangtuanya secara bergantian, kemudian mulai mendudukkan dirinya di sofa yang ada di ruang tamu sana.

"Mau umi ambilkan minum?" Tawar umi Ana.

Ulfa yang mendengar itu pun menggelengkan kepalanya pelan "ndak usah mi." Ucap Ulfa pelan.

Umi Ana yang mendengar itu pun menganggukkan kepalanya pelan "yasudah kalo gitu umi buatin jus alpukat aja ya biar gak lesu." Ucap umi Ana yang mengerti jika mood putrinya sedang tidak baik-baik saja.

"Tapi mi-" ucapan Ulfa terhenti ketika melihat uminya sudah berjalan kearah dapur.

"Yasudah lah, terserah umi saja." Lanjutnya pelan sambil menatap kepergian sang umi.

Sedangkan disisi lain abah Hasan hanya sibuk menyimak perbincangan kedua perempuan yang ada didepannya.

"Bah?" Panggil Ulfa kearah abah Hasan yang sibuk meminum kopi.

"Iya, kenapa nduk?" Sahut abah Hasan.

Saat hendak bertanya, tiba-tiba tatapan Ulfa terhenti tepat pada sebuah undangan pernikahan yang ada di atas meja.

Wedding Invitation Photos

Muhammad Zayn Hussain

dengan

Fatimah Humairah

"Zayn dan Imah?" Gumamnya saat tak sengaja membaca nama yang tersemat di undangan pernikahan sana.

"I-ini undangan dari siapa, bah?" Tanya Ulfa memperlihatkan undangan yang sudah berada ditangannya dengan perasaan yang tak karuan.

"Ustadz Zayn sama Imah." Jawab abah Hasan singkat, padat, dan juga jelas.

"Maksud abah Imah temen dekat Ulfa, bah?" Tanya Ulfa memastikan.

Abah menganggukkan kepalanya pelan.

Deg!

Jantung Ulfa berpacu dengan cepat ketika mendengar kedua nama yang sudah tak asing lagi di telinganya.

"Berarti laki-laki yang Imah maksud tadi malam itu ustadz Zayn?." Batin Ulfa sambil menahan dirinya agar tak menampakkan wajah sedih didepan abahnya.

Ulfa sibuk berkutat dengan apa yang ada dipikirannya kali ini.

"Permisi, jus alpukat datang." Ucap umi Ana sambil meletakkan minuman berwarna hijau itu di meja sana.

Ulfa yang mendengar itu pun berusaha untuk menampilkan senyumannya didepan sang umi.

"Wah, wah, wah, pasti enak banget nih jus alpukat nya." Puji Ulfa sambil mengambil minuman favoritnya.

Umi Ana yang mendengar pujian putrinya pun mulai tersenyum "semoga suatu saat nanti kamu bisa mendapatkan suami yang benar-benar sayang sama kamu ya nduk, biar kamu selalu bahagia." Batin umi Ana menatap kearah putrinya yang tengah menikmati minuman kesukaannya.

"Umi?" Panggil abah Hasan.

"Iya, kenapa bah?" Sahut umi Ana.

"Kenapa ya Imah nerima perjodohan itu dengan mudah?, padahal Imah tau sendiri kalo selama ini aku suka sama ustadz Zayn." Batin Ulfa dengan perasaan kecewanya.

Disaat Ulfa sibuk melamunkan ustadz Zayn dan Imah, tiba-tiba ia tersedak minumannya.

Ukhuk! Ukhuk!

"Astaghfirullahal'adzim, minumnya pelan-pelan, ndak usah keburu gitu." Ucap umi Ana yang melihat putrinya tersedak minumannya sendiri.

Ulfa yang mendengar itu pun berusaha untuk menetralkan jantungnya yang benar-benar merasa terkejut dengan dua kabar yang menimpa ustadz Zayn.

"Kamu lagi mikirin apa sih nduk, kok sampek tersedak minuman?" Tanya umi Ana yang curiga melihat putrinya yang suka melamun.

"Hah? Ndak kok mi, Ulfa ndak lagi ngelamunin apa-apa." Alibinya.

"Beneran??" Tanya umi Ana memastikan.

"Iya, umi..." Jawab Ulfa, sambil meletakkan gelasnya, dan mencium pipi kanan uminya.

"Makasih ya mi udah buatin Ulfa jus, kalo gitu Ulfa pamit ke kamar dulu." Ucap Ulfa sebelum benar-benar melenggang pergi dari sana.

Umi Ana dan abah Hasan yang melihat perlakuan putri bungsunya pun hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya pelan.

***
Ulfa termenung menatap pohon mangga yang ada didepan rumahnya dari balkon kamarnya.

"Kenapa sesakit ini, ya Allah??" Batinnya bertanya-tanya.

"Padahal Imah sudah tahu kalo aku suka sama ustadz Zayn, lantas kenapa dia malah mau menikah dengan ustadz Zayn?" Batinnya lagi yang masih tak terima dengan keadaannya.

Tes!

Buliran air mata mulai jatuh dari pelupuk mata Ulfa.

"Ya Allah,,," gumamnya yang merasa sesak di dadanya.

"Astaghfirullahal'adzim, astaghfirullahal'adzim, astaghfirullahal'adzim..." Ucapnya menenangkan pikirannya yang mulai tak terkontrol.

"Ya Allah,,, ya Allah,, kenapa hamba selalu kepikiran tentang ustadz Zayn yang jelas-jelas sebentar lagi akan melepas masa lajangnya bersama perempuan yang beliau cintai?" Gumam Ulfa bertanya-tanya.

"Seharusnya aku seneng dong, denger kabar kalo ustaz Zayn berjodoh sama Imah, yang notabenenya temen deket aku, sekaligus perempuan yang baik dan pas buat beliau." Ucap Ulfa berusaha menutupi kesedihannya.

"Tapi kenapa secepat ini untuk berpisah dengan ustaz Zayn?" Batin Ulfa yang masih belum rela jika ada seseorang yang menggantikan posisi laki-laki yang ia cintai.

Diluar sana Ulfa menampakkan senyumannya, sedangkan didalam lubuk hati terdalamnya ia benar-benar merasakan sedih, kecewa, dan perasaan campur aduk lainnya.

"Ya Allah,,, bantulah hamba untuk mengikhlaskan apa-apa yang bukan milik hamba." Batinnya, sambil menatap kearah foto bersama dengan para ustadz-ustadzah beberapa bulan lalu.

Setelah di rasa sudah mulai tenang, Ulfa mulai pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dan mengganti pakaiannya.



BERSAMBUNG

Gus Ku! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang