35 - Gus Ku!

433 20 0
                                    

H A P P Y R E A D I N G

“Ditangan orang yang tepat,
kamu adalah bunga yang istimewa.”

-Muhammad Zakir Hussain-

***
Hari ini, Zaki terbangun lebih awal dari biasanya, karena pagi ini ia akan pindah ke rumah yang akan ia tempati jika sudah menikah.

Sejenak ia melirik istrinya, Ulfa, yang masih terlelap di sampingnya. Tadi subuh, Ulfa sempat bangun untuk sholat subuh, namun setelah itu ia tidur lagi karena kelelahan berdiri saat menemui para tamu.

Zaki memutuskan untuk membiarkan Ulfa tidur lebih lama. Dengan hati-hati, Zaki bangkit dari tempat tidur dan memulai aktivitasnya.

Ia mulai mengambil handuk yang ada di kopernya, dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Selesai mandi, Zaki mulai membangunkan istrinya.

"Ning, bangun..." Panggil Zaki lembut, sambil menyentuh pipi chubby milik Ulfa.

Ulfa yang merasa terusik pun mulai membuka matanya secara perlahan, "eugh.." lenguhnya.

Ulfa terdiam sejenak, kemudian ia menatap kearah laki-laki yang ada didepannya.

Ulfa melototkan matanya tak percaya, lalu ia menjerit, "Aaaaa!!!! Kamu siapa? Ngapain ada dikamar aku?!!" Teriaknya menjauh dari suaminya sendiri.

"Saya ini suami njenengan, ning." Jelas Zaki, yang ikut berdiri dan berjalan mendekati Ulfa yang ada dipojokan.

"Ha-hah? Suami?" Beo Ulfa yang kebingungan.

Zaki mengangguk kecil, "ini cincin pernikahan kita, Ning." Ucap Zaki memegang tangan Ulfa dan tangannya yang tersemat cincin di jari manis mereka.

Ulfa yang mulai sadar pun mulai menjauhkan tangannya dari Zaki dengan perasaan gugupnya.

"E-eh, iya..." Ucap Ulfa diiringi dengan cengiran nya.

Jarak mereka begitu dekat, sehingga Ulfa bisa mencium aroma parfum Zaki.

"Gus nya sudah mandi?" Tanya Ulfa pelan.

Zaki mengangguk kecil.

"Oh, sudah mandi toh? Yasudah kalo gitu saya pergi ke kamar mandi dulu ya gus." Ucap Ulfa sebelum melenggang pergi dari sana.

Zaki yang melihat tingkah lucu istrinya pun mulai menggelengkan kepalanya pelan, "lucu." Gumamnya.

Tok! Tok! Tok!

Suara ketukan pintu terdengar jelas ditelinga Zaki. Zaki mulai membuka pintu kamar.

Ceklek!

"Eh, adek ipar?" Ucap Abizar yang melihat kehadiran Zaki disana.

"Inggeh, Gus." Jawabnya.

"Ulfa nya mana, kok gak kelihatan?" Tanya Abizar.

"Lagi mandi Gus." Jawabnya.

"Ayolah, jangan panggil ane gus, panggil mas aja kayak Ulfa." Ucap Abizar.

Zaki mengangguk kecil, "inggeh mas." Ia mengulangi perkataannya.

"Ente mau ke ruang makan bareng ane apa bareng istri ente?" Tanya Abizar sengaja menggunakan kosa kata ane-ente agar terlihat akrab.

"Bareng istri aja mas." Jawab Zaki.

"Yasudah kalo gitu ane pamit kebawah dulu ya, entar kalo udah siap langsung ke bawah soalnya udah ditungguin diruang tamu sama Umi, Abi, sama abah." Ucap Abizar sebelum pergi darisana.

"Inggeh, mas." Jawabnya.

Setelah kepergian Abizar, Zaki kembali masuk kedalam kamar.

"Udah selesai siap-siapnya?" Tanya Zaki kearah Ulfa yang tengah memakai jilbabnya.

Ulfa mengangguk kecil, "sudah Gus." Jawabnya menatap kearah suaminya.

Zaki berjalan kearah istrinya, dan mulai menggenggam tangan istrinya.

Ulfa terkejut melihat perlakuan Zaki.

"Gu-gus?" Panggil Ulfa dengan gugup.

"Kita sudah sah, Ning" ucap Zaki mengingatkan istrinya.

Ulfa hanya bisa menuruti ucapan Zaki.

Kini kedua pengantin baru itu mulai keluar dari kamarnya, dan berjalan kearah ruang makan dengan tangan yang masih saling menggenggam.

Keluarga pesantren Nurul Jadid yang melihat pengantin baru itu mulai menggoda mereka.

"Uhh... Pengantin baru lagi lengket-lengketnya, nih..." Goda Adnan.

Ulfa yang mendengar itu melototkan matanya tajam kearah kakaknya.

"Ish, malu kali aku nih..." Batinnya.

"Sudah-sudah, jangan suka goda adikmu Nan, kasihan nanti dia gak mood makan." Tegur abah Hasan yang membuat Adnan mengalah.

Setelah itu, Ulfa dan Zaki pun mulai duduk bersebelahan.

"Nduk, bantu suamimu ambil makanan." Ucap umi Ana.

Ulfa mulai mengambilkan piring, kemudian mengisinya dengan nasi.

"Mau pake lauk apa Gus?" Tanya Ulfa.

"Loh, kok masih manggil Gus?" Tanya umi Ana.

Ulfa mengangkat alisnya sebelah.

"Kalian ini sudah sah, setidaknya kamu manggil suamimu itu pake panggilan yang romantis, nduk." Ucap umi Ana memberikan nasihat untuk putrinya.

"Panggilan romantis?" Tanya Ulfa yang tak percaya.

Umi Ana menganggukkan kepalanya pelan, "panggilan romantis itu seperti mas, sayang, baba, habibi, zauji, dan masih banyak lagi." Jelas umi Ana yang membuat Ulfa terkejut.

Kakaknya yang melihat raut wajah Ulfa pun mulai tertawa dalam diam.

"Hah, emang harus ya manggil kayak gitu?" Tanya Ulfa dengan wajah polosnya.

"Wajib banget dong!" Sahut Adnan dan Abizar dengan penuh kekompakan.

"Kalo manggil Gus?" Tanya Ulfa.

"Udah, mending manggil Aa' aja biar romantis." Goda Adnan kearah adiknya.

Ulfa yang mendengar panggilan itu menjadi geli sendiri. Sedangkan umi Ana hanya terkekeh kecil.

"Sudah-sudah lebih baik kita sarapan sekarang, biar nanti berangkatnya tidak terlalu macet di jalan." Ucap abah Hasan yang membuat mereka kembali pada aktivitas mereka yang semula.



BERSAMBUNG

Gus Ku! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang