56 - Gus Ku!

436 14 0
                                    

H A P P Y R E A D I N G


***
Beberapa bulan kemudian.....

Kini usia kandungan Ulfa sudah berumur tujuh bulan.

Dan kini seluruh keluarga hadir dalam acara tujuh bulanan atau biasa dikenal dengan istilah Tingkeban, yang diselenggarakan di ponpes Nurul Jadid (di ndalem nya umi Ana, dan abah Hasan).

Hal ini dilaksanakan agar bayi yang berada didalam kandungan sang ibu lahir dengan selamat. Tingkeban berasal dari kata tingkeb yang artinya tutup.

Hari ini, lebih tepatnya hari ahad malam senin. Kedua pasangan tersebut (Ulfa & Zaki) tampak sangat bahagia dengan senyuman yang tak pernah luntur dari wajah mereka.

"Aunty! kira-kira adiknya laki-laki apa perempuan?" tanya seorang anak kecil yang berumur 5 tahun. Anak kecil itu adalah sepupu Zaki, ia mempunyai nama Muhammad Friski Arhana atau biasa dipanggil dengan panggilan Arhan.

"Aunty juga gatau sayang." ucap Ulfa sambil membelai rambut Arhan yang duduk disampingnya.

Arhan yang mendengar itu pun hanya mengangguk.

"Kalo misalnya adik bayinya perempuan, nanti Arhan mau jadi suaminya adik bayi." ucap Arhan sambil menatap kearah Ulfa.

Ulfa yang mendengar itu pun hanya bisa terkekeh pelan.

"Emang kamu bisa setia sama perempuan?." tanya Zaki yang berada disamping Arhan. Dan lebih tepatnya Arhan berada ditengah-tengah Ulfa, dan Zaki.

"Bisa dong!." ucap Arhan.

"Masa?" ucap Zaki.

"Iya, kan Arhan-" belum selesai berbicara, tiba-tiba ia dipanggil oleh orangtuanya.

"Arhan sini, jangan ganggu aunty Ulfa sama om Zaki berduaan." ucap orangtua Arhan yang mempunyai nama Kayla.

Arhan yang mendengar itu pun mengangguk, kemudian mulai meninggalkan kedua pasangan tersebut, dan berjalan kearah sang mama yang berkumpul bersama para tamu dan juga santriwati.

Zaki yang melihat ponakannya sudah pergi pun mulai membungkukkan badannya, dan menyamakan tingginya dengan tinggi perut Ulfa.

"Assalamualaikum, anak baba." ucap Zaki kearah perut Ulfa.

"Lah, kok baba sih mas?" tanya Ulfa kearah Zaki.

"Saya baba, kamu bubu." ucap Zaki sambil berdiri seperti semula.

"Ulfa gak pengen dipanggil bubu, Ulfa pengennya dipanggil umma." ucap Ulfa.

"Yaudah gini aja deh biar adil, saya dipanggil baba, kamu dipanggil umma. Gimana, udah adil kan?" usul Zaki.

"Em, gimana ya?...." ucap Ulfa sambil berfikir.

"Hm, iya deh." ucap Ulfa menyetujui usul dari Zaki.

Setelah itu Zaki pun mulai mengusap-usap perut Ulfa yang mulai buncit itu.

Disaat Zaki tengah mengelus-elus perut Ulfa, tiba-tiba ada santri yang memanggil Zaki.

"Assalamualaikum gus Zaki, Afwan gus ganggu waktunya." ucap santriwan itu, yang bernama Aldi.

"Wa'alaikumussalam." sahut mereka berdua kompak.

"Ada apa manggil saya?" tanya Zaki.

"Samean di timbali kyai, disuruh buat temuin tamu abi di sana." ucap Aldi.

Zaki yang mendengar itu pun mengangguk, kemudian ia pun mulai berpamitan kearah istrinya dan sang istri pun mengiyakannya. Dan Aldi pun ikut pergi kearah lain untuk membantu teman-temannya yang sedang sibuk.

Tepat pukul 19.30

Acara tujuh bulanan itu pun dimulai, dan diawali dengan bacaan surat Al-fatihah, kemudian ayat-ayat suci Al-Qur'an lainnya.

Sudah dua jam, acara tujuh bulanan itu berlangsung, dan acara tersebut berjalan dengan lancar.

Setelah acara tersebut selesai, kini para tamu undangan yang tadinya hadir dalam acara tersebut sudah banyak yang kembali kerumah mereka masing-masing, dan kini tertinggal kedua keluarga Zaki, dan Ulfa yang berada di ndalem sana.

Ulfa yang merasa jika badannya capek pun berpamitan kepada kedua keluarganya untuk beristirahat.

"Mi, bi, bah, dek. Kita pamit pergi ke kamar duluan ya." pamit Ulfa kearah kedua keluarganya.

"Na'am." sahut mereka berlima kompak.

"Zaki istrinya dijaga, jangan sampai kecapekan." ucap umi Nisa memberi peringatan kepada putranya.

"Siap umi." ucap Zaki sambil menggendong tubuh Ulfa.

Ulfa yang melihat kejadian itu pun terkejut, dan memberontak.

"Mas, turunin Ulfa. Malu tau diliatin keluarga." ucap Ulfa pelan, namun masih terdengar jelas ditelinga umi Nisa, dan umi Ana yang berada didekat mereka.

Umi Nisa dan umi Ana yang mendengar ucapan Ulfa pun terkekeh pelan.

"Ngapain malu?, kan udah halal toh?" ucap umi Ana.

Sedangkan disisi lain Zahra yang melihat adegan itu pun baper.

"Aaaaa.... umi, Zahra mau nikah juga." ucap Zahra sambil memeluk umi Nisa, karena melihat keromantisan kedua kakaknya.

"Heh! masih kecil ga boleh mikirin nikah, sekolah dulu yang bener, baru boleh nikah." ucap umi Nisa kearah Zahra sambil menutup pandangan Zahra yang sedari tadi melihat Zaki yang sedang menggendong Ulfa.

"Ih... umi, awas dong tangannya, Zahra gak keliatan tau." ucap Zahra.

"Hust! buruan bawa istrimu kekamar nya, sebelum adikmu ngomong yang aneh-aneh." ucap umi Nisa kearah Zaki.

Zaki yang mendengar itu pun mengangguk, kemudian mulai berjalan kearah kamar tidur mereka dengan keadaan masih menggendong tubuh Ulfa.

"Mas capek gak barusan udah gendong Ulfa sama debay nya kesini?" tanya Ulfa yang sudah berada diatas ranjangnya.

"Ga ada cape-cape nya, soalnya kamu ringan." ucap Zaki enteng.

"Yang bener mas?" tanya Ulfa tak percaya setelah mendengar jawaban dari Zaki.

"Yang berat itu bukan kamu, tapi cintaku padamu." ucap Zaki menggombal.

"Aaaa....., Gak baper." ucap Ulfa sambil mengubah raut mukanya, yang tadinya ingin tersenyum, kini menjadi masam.



BERSAMBUNG

Gus Ku! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang