24 - Gus Ku!

2.1K 82 2
                                    

H A P P Y R E A D I N G

“Ilmu adalah cahaya bagi jiwa manusia.”

-Imam Syafi'i-

***

Matahari bersinar memancarkan cahayanya menyinari bumi. Semua orang tengah sibuk dengan aktivitasnya masing-masing, sama halnya dengan Ulfa yang tengah bersiap-siap untuk belajar ke sekolah.

"Nduk?" panggil Umi Ana yang berada di ruang makan.

"Dalem, umi?" Sahut Ulfa sambil memakan nasi goreng yang berada di piringnya.

"Lulus SMA kamu mau lanjut kuliah di mana?" Tanya Umi Ana

Ulfa yang mendengar itu pun menghentikan aktivitas makannya dan beralih menatap ke arah uminya.

"Punten mi, apa umi mengizinkan Ulfa untuk kuliah di luar?" Tanya Ulfa

Umi Ana yang mendengar itu pun menoleh ke arah Abah Hasan.

"Coba tanyain dulu sama abah. Kalo Abah mengizinkan, maka Umi juga akan mengizinkan." jawab Umi Ana.

Ulfa yang mendengar itu pun mengangguk, kemudian mulai bertanya kepada sang Abah.

"Em, bah-" ucapan Ulfa terpotong.

"Iya abah bolehin." potong Abah Hasan.

"Tapi sambil nyantren ya..." lanjutnya

Ulfa mendengar itu pun mengangguk, daripada ia berdebat lagi seperti beberapa bulan yang lalu.

"Tapi kamu akan melanjutkan kuliah itu di pondok pesantren Nurul Qodim." ucap Abah Hasan.

"Kebetulan di sana juga ada jurusan yang kamu inginkan." Ucap Abah Hasan

Ulfa yang mendengar itu pun hanya bisa mengiyakan permintaan abahnya.

"Ya sudah kalau gitu sekarang lanjutin makannya habis ini kan kamu langsung berangkat sekolah." Ucap Umi Ana.

Lagi-lagi Ulfa menganggukkan kepalanya.

Setelah itu ia pun mulai berpamitan kepada kedua orang tuanya untuk berangkat sekolah.

"Mi, bah, Ulfa berangkat dulu ya," pamitnya, sambil mencium punggung tangan keduanya secara bergantian.

"Iya, nduk." sahut Umi Ana sedangkan Abah Hasan menganggukkan kepalanya pelan.

"Assalamualaikum," ucap Ulfa sambil mulai melenggang pergi dari ruang tamu dengan membawa buku tulis kosong dan bolpoin yang ada di tangannya.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh." Sahut keduanya.

Ulfa sudah sampai di sekolahnya tetapi keadaan sekolah begitu sepi karena siswa-siswi sudah masuk ke dalam kelas karena sebentar lagi bel masuk berbunyi.

Ulfa berjalan santai melewati koridor sekolah menuju kelasnya. Sesampainya di depan pintu kelas Ulfa mulai melangkahkan kakinya ke dalam kelasnya dengan mengucapkan salam.

"Assalamualaikum" Ucap Ulfa sambil masuk kedalam kelas 12 IPS.

"Wa'alaikumussalam." Sahut penghuni kelas itu.

Ulfa mulai duduk dibangku yang sudah disediakan oleh guru-guru.

"Ning?" Panggil seorang siswi yang tak lain Asiyah, Siti Asiyah. Dia duduk di belakang Ulfa.

"Dalem mbak?" Sahut Ulfa menoleh kearah lawan bicaranya.

"Maaf mau nanya, mbak Imah kemana ya ning, kok akhir-akhir ini saya gak pernah ngelihat mbak Imah?" Tanya Asiyah.

Ulfa menarik sudut bibirnya, yang membuat lawan bicaranya itu kebingungan.

"Loh, mbak belum tahu?" Tanya Ulfa balik.

"Tahu apa ning?" Tanya Asiyah.

"Imah sudah boyong." Jawab Ulfa.

"Loh, kenapa kok tiba-tiba boyong, ning?" Tanya Asiyah yang mulai menyerbu Ulfa dengan seribu pertanyaan.

"Menikah." Jawabnya singkat.

"Hah, menikah?!" Asiyah terkejut mendengar jawaban dari Ulfa.

"Kapan nikahnya ning? Terus nikah sama siapa?" Tanya Asiyah lagi.

"Sudah 3 Minggu yang lalu" jawab Ulfa.

"Terus-terus, nikah sama siapa?" Tanya Asiyah yang benar-benar penasaran, karena dirinya ketinggalan berita, dikarenakan pulang saat ada berita tersebut.

"Nikah sama-" belum selesai menjawab, tiba-tiba ada guru yang memasuki kelas mereka.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh" salam bu Sheila, selaku guru Bahasa Indonesia.

Ulfa yang mendengar itu pun mulai mengalihkan pandangannya, sedangkan Asiyah hanya membuang nafasnya gusar.

"Ish, belum selesai bicara udah ada gurunya." Batin Asiyah.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh." Sahut mereka.

Setelah itu, mereka mulai membaca doa sebelum memulai pelajaran.

Aamiin,,, aamiin,,, ya rabbal 'alamin...

Selesai berdoa, pelajaran pun dimulai.

"Baik, anak-anak sekarang kita lanjutkan materi kemarin..."

"Sekarang kita akan bahas mengenai cara membedakan cerita fiksi dan non-fiksi," ucap bu Sheila.

"Untuk membedakan buku fiksi dan non fiksi cukup gampang. Satu di antara perbedaan buku fiksi dan nonfiksi bisa ditinjau dari bagian isi buku." Jelas bu Sheila.

"Buku fiksi ditulis berdasarkan imajinasi sehingga isi dari jenis buku ini lebih banyak berupa cerita yang menghibur dan membangkitkan emosi. Sementara, buku nonfiksi adalah buku yang ditulis berdasarkan kenyataan. Buku jenis ini menyajikan suatu informasi dan pengetahuan baru." Lanjutnya.

"Ada beberapa contoh buku fiksi yang biasa kita lihat di Gramedia ataupun perpustakaan seperti, cerpen, novel, dongeng, drama, puisi, hikayat, fabel, mitos, komik, dan cerita rakyat."

"Dan contoh buku non Fiksinya, karya tulis ilmiah, skripsi, tesis, disertasi, buku pelajaran, jurnal, buku ensiklopedia, biografi, esai, opini, dan pidato." Ucap bu Sheila menjelaskannya dengan panjang didepan sana.

"Jadi, untuk tugas hari ini. Ibu minta sama kalian buat tulis tentang cerita fiksi yang kalian ketahui, dari nama pengarang, penerbit, tokoh, alur yang kalian sukai, serta sinopsis dari cerita fiksi tersebut." Pinta bu Sheila.

"Bu?" Panggil Asiyah.

"Iya, kenapa Tari?" Tanya bu Sheila.

"Apa tugasnya tidak bisa diganti dengan yang lain bu?" Tanya Asiyah.

"Kenapa memangnya, kamu keberatan?" Tanya bu Sheila.

Asiyah terdiam sejenak, ia tak berani menjawab. Jika ia menjawab maka tugasnya akan di tambah oleh bu Sheila.

"Tidak bu." Jawab Asiyah.

"Bagus." Ucap bu Sheila.

"Kerjakan tugas kalian sekarang juga, jika tugas kalian belum selesai juga. Maka ibu tidak akan memperbolehkan kalian untuk beristirahat." Ucap bu Sheila yang membuat para murid kelas 12 itu bergegas mengerjakan tugas mereka.



BERSAMBUNG

Gus Ku! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang