31 - Gus Ku!

2.1K 96 2
                                    

H A P P Y R E A D I N G

"Seindah apapun kita merencanakan
masa depan, tetap sisakan ruang ikhlas bahwa hari
esok memang diluar kehendak kita."

"Kadangkala, rancangan kita tidak
sesuai dengan rancangan-Nya."

“Tidak ada proses yang mudah
untuk mencapai tujuan yang indah.

-Ulfaira Anatasya-

***
Drt! Drt!

Suara deringan ponsel berbunyi sejak tadi.

"Nduk, ponsel kamu bunyi daritadi." Ucap umi Ana yang melihat Ulfa baru saja keluar dari dapur.

"Siapa yang nelpon, mi?" Tanya Ulfa.

"Umi juga ndak tau." Jawabnya.

Ulfa hanya mengangguk kecil, dan membulatkan mulutnya.

"Em, ngomong-ngomong ponsel Ulfa dimana ya mi kok Ulfa ndak lihat?" Tanya Ulfa.

"Astaghfirullah, nduk,,," Ucap umi Ana mengelus-elus dadanya pelan.

"Itu ponsel kamu ada di meja." Lanjut umi Ana.

Ulfa menepuk dahinya pelan, "hehe lupa mi." Ucapnya dengan diiringi cengiran khasnya.

Setelah itu Ulfa mulai membuka ponselnya, dan disana ada pesan yang dikirim oleh kakak pertamanya.

=•=•=•=•=

Mas Abi 😤
Assalamualaikum 08:57

Mas Abi 😤
Dek? 08:57

Mas Abi 😤
Dek Ulfa?!! 08:57

Today Missed voice call at 08:57

Today Missed voice call at 08:58

Today Missed voice call at 08:58

Mas Abi 😤
Dek, kamu lagi dimana?? 08:58

Mas Abi 😤
Dek, mbak mu udah mau lahiran 09:00

Sent photo Bunda Citra Hospital.

Mas Abi 😤
Ini mas lagi ada di RS Bunda yang
ada di sebelahnya Indomaret 09.01

You🌷
Wa'alaikumussalam

You 🌷
MasyaAllah, akhirnya
keponakanku udah mau launching😍

You 🌷
bentar mas,
Ulfa kasih tahu umi

Mas Abi 😤
Iya, jangan lama-lama ya.
Soalnya mbak mu
udah mau pembukaan 9

You 🌷
Oke


=•=•=•=

"Umi!!" Panggil Ulfa dengan kegirangan.

"Ada apa, nduk? Kok kayak seneng banget?" Tanya umi Ana yang penasaran.

"Umi tau, ndak?" Tanya Ulfa.

"Gimana mau tau, kalau belum dikasih tau sama kamu." Ucap umi Ana.

Ulfa menarik sudut bibirnya membentuk bulan sabit, "bentar lagi keponakan Ulfa udah launching!" Jawabnya dengan perasaan senang.

"Launching apa toh, nduk? Kok umi ndak paham?" Tanya umi Ana.

"Mbak Aisyah lahiran, mi." Jawabnya dengan senyuman yang masih merekah di bibirnya.

"Wah,,, MasyaAllah." Ucap umi Ana yang ikut terharu sekaligus bahagia.

"Nduk, cepat telpon abahmu, kita jenguk mbak mu sekarang!" Titah umi Ana yang diangguki oleh Ulfa.

Ulfa mulai mengetikkan nama abah Hasan yang ada di kontaknya, kemudian ia menekan tombol telepon berwarna hijau.

Drt! Drt!
Drt! Drt!

Tak menunggu waktu yang lama, telpon itu pun terangkat.

"Assalamualaikum, hallo, bah?" Ucap Ulfa mengawali percakapannya.

"Wa'alaikumussalam, maaf ini siapa ya?" Sahut seorang wanita yang terdengar asing ditelinga Ulfa.

"Suara cewek?" Batin Ulfa saat mendengar suara tersebut.

"Hallo??" Ucap seseorang diseberang sana, yang membuyarkan lamunan Ulfa.

"I-iya." Sahutnya.

"Ini siapa ya?" Tanya orang tersebut.

Ulfa tak berani menjawabnya, karena didekatnya masih ada umi Ana.

Ulfa mulai menjauhkan telponnya beberapa cm, lalu mulai berpamitan pada uminya.

"Mi, Ulfa ke kamar dulu ya..." Pamitnya.

Umi Ana menganggukkan kepalanya pelan, "iya," jawabnya.

Setelah mendapatkan persetujuan dari sang umi, Ulfa bergegas pergi ke kamarnya tanpa menutup teleponnya, dan mengunci pintu kamarnya.

"Hallo?" Sapa Ulfa.

"Iya, hallo." Sahut orang tersebut.

"Maaf, mbak siapa ya? Kenapa handphone abah saya ada di mbak?" Tanya Ulfa.

"Abah, abah siapa yang mbak maksud?" Tanya orang itu.

"Abah saya mbak, namanya abah Hasan." Ucap Ulfa yang mulai merasa kesal.

"Loh, ini handphone ayah saya mbak, namanya juga sama." Ucap orang disana.

Deg!

Dengan cepat Ulfa menggelengkan kepalanya.

"Gak! Gak mungkin abah mendua!" Batinnya menolak dengan keras.

"Tolong kasihkan handphone abah saya ya mbak, sebelum kesalahpahaman terjadi." Ucap Ulfa yang tak ingin basa-basi, karena mood nya hilang begitu saja.

"Sebelumnya mohon maaf nih ya mbak, pemilik handphone ini itu ayah saya, bukan abah mbak!" Tekan gadis itu.

"Oh, iya satu lagi, ayah saya lagi ada di cafe sama mami saya, dia lagi gak ada waktu, dan kebetulan handphone nya ketinggalan dirumah." Jelas gadis itu sebelum pada akhirnya ia mematikan telepon itu begitu saja.

"Kan, saya-" belum selesai bicara, telpon sudah diakhiri begitu saja.

Tut! Tut! Tut!

Ulfa menggertakkan giginya keras, "gak mungkin abah yang ku kenal setia itu, berselingkuh." Ucapnya yang bersikukuh keras membuang pikiran negatifnya.

"Astaghfirullah, ya Allah..." Gumamnya yang tersadar dengan api amarah yang mulai memanas pada dirinya.

Ulfa yang merasa amarahnya belum juga reda pun meletakkan handphone nya, lalu pergi ke arah kamar mandi untuk mengambil air wudu' agar lebih tenang dari sebelumnya.



BERSAMBUNG

Gus Ku! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang