34 - Gus Ku!

1.9K 84 3
                                    

>> HAPPY READING <<

Menikahlah dengan dia yang bisa melihat
tiga hal darimu, yaitu kesedihan dibalik senyumanmu, cinta bersembunyi dibalik kemarahan,
bahasa diam (penyebab diam mu).”

***

Hari yang dinanti-nantikan kini telah tiba, didalam pantulan cermin sana, ada sesosok gadis yang tengah mengenakan baju pengantin berwarna putih dengan polesan make up syar'i diwajahnya.

"Masyāallah, cantik banget sih kakak ipar Zahra," puji Zahra menatap kagum kearah Ulfa.

"Makasih, kamu juga cantik kok." Balas Ulfa, sambil mencubit pelan pipi chubby milik Zahra.

"Ish, jangan dicubit-cubit dong mbak!" ucap Zahra yang kesal, karena hampir setiap keluarganya suka mencubit pipinya yang chubby.

"Hehehe maaf, lagian kenapa sih kamu bisa selucu ini." ucap Ulfa diiringi cengiran khasnya.

"Mbak baru tahu ya kalo Zahra lucu?" ucap Zahra kearah Ulfa yang tengah menatap dirinya.

Ulfa yang mendengar itu hanya mengangguk.

Disaat mereka masih asik berbincang-bincang didalam sana, tiba-tiba ada yang membuka kamar itu.

Ceklek!

Mereka berdua yang mendengar itu pun sontak langsung melihat kearah pintu kamar yang terbuka itu.

"Astaghfirullahal'adzim umi, Ulfa kirain tadi siapa." ucap Ulfa sambil mengelus dadanya pelan.

Umi Ana yang mendengar itu pun hanya tersenyum.

"Masyāallah, cantik sekali anak umi." ucap umi Ana.

"Siapa dulu dong MUA nya mi." ucap Zahra tiba-tiba.

Memang benar, yang memoleskan make-up syar'i itu bukan orang lain, melainkan Zahra sendiri yang tak lain adik kandung dari mempelai pria (Zaki). Walaupun Zahra masih berusia 16 tahun, tapi ia sudah mempunyai skill dalam merias wajah dengan makeup yang syar'i.

Mereka berdua yang mendengar itu pun terkekeh pelan.

"Sudah dulu ya, umi ke bawah dulu." Ucap umi Ana menyudahi candaannya.

Kedua gadis itu mengangguk pelan, "inggeh, mi." Jawabnya.

Setelah kepergian umi Ana, jantung Ulfa berdetak lebih kencang dari biasa.

"Astaghfirullah, kenapa ya kok deg-degan banget?" Batin Ulfa.

***
Sedangkan didepan pak penghulu sana, sudah ada laki-laki yang sibuk membaca sholawat berulang-ulang kali. Laki-laki itu adalah Zaki, ia merasa dag-dig-dug dengan acara yang paling sakral dalam hidupnya.

"Gimana gus Zaki, apakah sudah siap untuk memulai ijab qobul nya?" tanya Pak penghulu kearah Zaki.

Zaki yang mendengar itu pun mulai menoleh kearah lawan bicaranya.

"Bismillahirrahmanirrahim, insyāallah saya siap pak." jawabnya sembari mengangguk mantap.

"Silahkan dijabat tangan mertuanya." ucap pak penghulu memberikan aba-aba kepada mereka.

Gus Ku! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang