#29 : Tangisan

49 10 0
                                    

DILARANG KERAS PLAGIAT!!!
Happy reading guys!

_____

7 hari kemudian...

Hari ini, Arga sudah diperbolehkan untuk pulang dan satu minggu ini pula ia belum melihat batang hidung Adira.

Arga masih tidak tahu jika Adira sudah tidak ada lagi di dunia. "Woi kesayangan gua, udah sembuh lu?" tanya Niko.

Niko masih dengan seragamnya, ia mendengar kabar jika Arga pulang hari ini dan berinisiatif untuk menjemputnya.

Niko bergelayut di lengan Arga dengan manja, membuat si empunya bergidik ngeri. "Anjay bau kecut lu, pulang sekolah bukannya mandi dulu malah bawa virus ke sini." Arga menutup hidungnya sambil mendorong pelan Niko.

"Yaelah gitu amat lu ah, masih wangi gini juga."

"Lu ke sini sendirian? Adira mana?" tanya Arga.

"Oh itu Adira," jawab Niko gelagapan.

"Arga ayo kita pulang sekarang." Devan muncul dari balik pintu.

"Eh ada Niko."

"Hehe iya nih om, Niko mau ajak Arga ketemu Adira." Devan membulatkan matanya.

Ia memberi kode lewat mata, supaya Niko mengurungkan niatnya untuk membawa Arga ke tempat peristirahatan terakhir Adira.

"Kok tatap-tatapan gitu sih? Pah aku pulangnya sama Niko aja, lagian aku udah nggak sakit lagi kok."

"Tapi kan kamu baru aja sembuh Arga." Devan nampak cemas.

"Nggak apa-apa Pah lagian ada Niko kok."

"Iya om, kan ada saya hehe," timpal Niko mencoba meyakinkan Devan.

"Yasudah Niko tolong jaga Arga yah. Saya akan kembali ke kantor."

"Siap om." Setelah itu Devan pergi dan menyisakan Arga dan Niko yang masih berada di kamar rawat.

"Yuk ikut gue," ajak Niko lalu mereka keluar dari kamar tersebut menuju tempat peristirahatan terakhir Adira.

^•^

Arga mengernyitkan dahi, ia bingung. Kenapa Niko justru mengajaknya ke permakaman?

"Perasaan gue nggak enak," batin Arga.

"Ngapain kita ke sini Ko? Gue maunya ketemu sama Adira bukan ke kuburan kayak begini," cerocos Arga. Ia menghentikan langkahnya.

"Iya gue tahu, buruan jangan diam di situ."

Mau tidak mau Arga kembali mengikuti Niko dari belakang. Beberapa makam sudah mereka lewati. Lalu Niko berhenti di salah satu makam yang terlihat masih baru.

"Apa lagi? Kok berhenti sih?" tanya Arga sedikit kesal.

Niko hanya diam dengan raut wajah sedih. "Kita sudah sampai, ini Adira Ar."

Arga melirik batu nisan berwarna putih tersebut, tertera jelas nama 'ADIRA AURORA'.

Mata Arga memanas, pandangannya seketika kabur karena air matanya sudah berada di pelupuk dan siap jatuh kapanpun.

Aku dan Semesta✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang