#17 : Self harm

38 15 7
                                    

Kenapa sih Adira pake menghindar gitu pas tahu Arga ternyata temen masa kecilnya?

Humm tau ah heran deh saya.

Jangan lupa vote & coment, jangan jadi pembaca gelap awoksawoks canda deng ah.

DILARANG KERAS PLAGIAT!!
Happy reading guys!

_____


Setelah kejadian kemarin malam, Arga mencoba menghubungi nomor Adira tetapi tidak ada jawaban. Berkali-kali ia sudah menelpon Adira. Dan hari ini ia mencari Adira di sekolah. Namun, nihil sedari tadi ia seperti sudah keliling sekolah tetapi batang hidungnya tidak terlihat juga sampai sekarang.

Ia sudah mencari di perpustakaan, tetapi tidak menemukan Adira di sana. Arga memilih mencarinya sendiri daripada bertanya dengan teman satu kelas Adira, ia takut nanti Adira di jadikan bahan gosip.

"Dimana sih Adira? Berasa lagi patroli gue huft," monolognya lalu menyeka keringat di pelipis.

"Loh itu kan Pak Wito, apa gue tanya ke Pak Wito aja ya? Toh Pak Wito juga dekat kelihatannya sama Adira." Pak Wito yang sebelumnya melewati Arga sekarang berjalan ke arah taman.

Buru-buru ia menyusul Pak Wito sebelum makin jauh. "Pak!" panggilnya sedikit berteriak. Pak Wito membalikkan badannya mencari sumber suara.

"Eh iya nak kenapa?" tanya Pak Wito.

"Hari ini Adira nggak berangkat ya Pak?"

"Sepertinya begitu nak, eh bukannya nak ganteng ini yang dulu pulang bareng sama neng Adira kan?" tanyanya, memanggil Arga dengan sebutan nak ganteng. Pak Wito seperti tidak asing dengan wajah Arga.

"Eh hehe iya Pak, yasudah saya permisi dulu ya." Arga tersenyum malu.

Ia memutuskan untuk kembali ke kelasnya. Dugaannya benar, hari ini Adira tidak masuk sekolah.

"Apa dia sengaja nggak berangkat karena buat menghindari dari gue ya?" tanyanya pada diri sendiri.

"Siapa yang menghindar?" celetuk Niko yang tiba-tiba muncul dan sekarang sudah merangkul Arga.

"Mau tau aja lu,"

"Mau dong. Ihh mas Arga ayo kasih tahu Niko hemm," ujar Niko dengan nada manja di buat-buat membuat bulu kuduk Arga langsung berdiri.

"Jangan seperti itu, daku juga tidak akan memberitahukan," jawab Arga ikut-ikutan.

Lalu mereka tertawa terbahak-bahak menertawakan kekonyolan yang telah diperbuat.

"Adira nggak berangkat ya?" tanya Niko, kini serius. Arga mengangkat bahunya pertanda ia tidak tahu.

"Kayaknya sih iya," jawabnya dengan raut wajah sedih. Mereka sekarang sedang menaiki anak tangga.

"Loh masa nggak ngasih tahu elu sih? Lu kan orang tersayangnya," pancing Niko.

"Coba telpon aja lu nanya langsung," lanjutnya.

"Udah gue telpon tetap aja nggak diangkat." Niko hanya ber'oh' ria.

"Lu samperin aja langsung ke rumahnya," saran Niko.

"Niatnya sih iya nanti pulang sekolah."

"Nah good."

"Eh lu masih belajar ilmu psikologi diam-diam?" tanya Niko dan mendapat anggukan dari Arga.

"Kalau Papah lu tahu pasti lu nggak di izinin buat masuk jurusan psikolog."

"Maybe." Walaupun ia sudah tahu jika Ayahnya mengetahui Arga ingin masuk jurusan psikologi pasti tidak akan setuju. Secara Arga adalah anak pertama yang diharuskan untuk melanjutkan jejak Ayahnya, mengelola perusahaan yang sudah Ayahnya rintis bertahun-tahun.

Aku dan Semesta✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang