Part-nya pendek.
Bacanya sambil dengerin lagunya Keisya Levronka — Tak Ingin Usai yah biar dapat rasanya xixi :v
🎶🎶
DILARANG KERAS PLAGIAT!!!
Happy reading guys!_____
Ini hari ketiga setelah kepergian Adira. Dan malam ini Arga sedang di kedai milik mendiang Adira. Sebelumnya ia ditelpon oleh Bu Tiwi karena ada yang ingin disampaikan.Sekarang ini Arga dan Bu Tiwi duduk berhadapan sedangkan kedainya itu sendiri sudah tidak buka seperti biasanya karena Bu Tiwi tidak bisa membuat kue atau semacamnya, ia hanya asisten Adira yang membantu membersihkan kedai dan melayani pembeli.
"Ada hal penting apa ya Bu?" tanya Arga.
"Jadi begini nak, sebelum nak Adira meninggal. Nak Adira nitipin ini sama Ibu," jawab Bu Tiwi meletakkan sebuah buku bersampul ungu di meja.
Bu Tiwi masih ingat dengan jelas ketika Adira datang ke kedai sambil tersenyum manis dan membawa sebuah buku.
"Bu, Adira titip ini yah. Kalau Adira sudah pergi tolong kasihkan ini sama Arga," kata Adira sambil menyerahkan buku.
Bu Tiwi sebenarnya heran tetapi ia mengambil buku yang Adira kasih. "Baik nak, tapi nak Adira mau pergi kemana?"
Adira berpikir sejenak, ia nampak sedang merangkai kata supaya Bu Tiwi tidak mengetahui tentang penyakitnya.
"Eumm pokoknya ada, nanti kalau aku sudah tidak ada tolong kasih buku ini ya Bu." Bu Tiwi mengangguk lalu Adira pergi ke dapur untuk membuat pesanan.
Arga melirik buku tersebut. "Hah? Buku? Buku apaan itu Bu?"
"Ibu juga kurang paham nak, yasudah ibu ke belakang dulu ya nak ada beberapa yang harus ibu bereskan," pamit Bu Tiwi. Setelah mendapat anggukan dari Arga Bu Tiwi pergi meninggalkan Arga yang masih menatap buku yang ada di depannya.
Setelah berpikir sejenak, tangannya perlahan membuka buku tersebut. Menampakkan foto masa kecil Adira dan tunggu.
Ada foto Arga semasa kecil juga di sana, sejak kapan Adira mengambil gambar dirinya?
Lalu Arga membuka lembaran selanjutnya, terdapat tulisan tangan Adira yang terpampang rapi.
Perlahan Arga mulai membaca tulisan tersebut. Matanya memanas, butiran air matanya sudah menggenang di pelupuk.
Tes tes...
Air matanya jatuh mengotori buku Adira. Baru saja lembar pertama ia buka tetapi rasanya begitu sesak sampai ke relung hati. Tulisan tersebut berisikan.
'Dear deary.
Malam ini aku terbangun, lagi, mimpi itu datang menghantuiku. Teman masa kecilku yang harus merenggut nyawa demi menyelamatkan diriku, aku menyesal. Maafkan aku atas apa yang sudah terjadi. Maaf dulu aku tidak sempat untuk berpamitan denganmu karena aku harus berpindah ke Semarang. Di sini aku sekarang, di rumah nenek yang jauh dari Ibu kota di mana dulu kita sering menghabiskan waktu bersama. Sekali lagi aku minta maaf.'
"Vanila," panggilnya lirih.
"Kenapa? Kenapa lu salahin diri lu sendiri hah? Gue nggak berpikir ka-lau kejadian dulu bisa bikin lu trauma sampai kayak gini. Maaf karena mimpi itu ternyata mengganggu setiap malam mu..," kata Arga sesegukan.
Isakannya terdengar memenuhi ruangan kedai. Adira memang sudah pergi meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya akan tetapi tidak dengan kenangan, yang akan selalu membekas dan tidak akan luntur.
Lagi, Arga kembali membuka lembar selanjutnya tetapi secara acak, ia tidak membuka lembar kedua melainkan secara acak. Ini sepertinya tulisan yang Adira tulis beberapa minggu lalu.
Benar saja, ini ketika mereka menunggu matahari terbenam bersama. Kali ini tulisannya berisikan.
'Terima kasih semesta, sekarang aku tidak lagi berjalan di bawah hujan sendirian. Ada seseorang yang bersedia untuk menjadi payung di saat aku kehujanan. Orang itu Arga, terima kasih Arga karena sudah memberi warna di kehidupanku yang gelap ini. Hari ini aku senang karena bisa lihat senja bareng kamu.'
Arga menarik sudut bibirnya membaca tulisan Adira, bayangan Adira yang tersenyum manis ketika di laut masih bisa ia rasakan sampai detik ini.
Adira sangat senang waktu itu padahal ia hanya mengajaknya menunggu matahari terbenam.
Senyum di bibir Arga memudar seiring dengan ia membaca isi buku diary Adira di halaman selanjutnya yang berisikan.
'Dear deary.
Sakit. Hari silih berganti dan penyakit yang ku derita juga semakin leluasa menggerogoti tubuh ini. Aku tidak tahu apa rencana Tuhan selanjutnya. Aku tidak kuat, aku tidak bisa bertahan lebih lama lagi. Arga, maafkan aku jika aku pergi meninggalkanmu terlebih dahulu. Percayalah, dirimu cinta pertama dan terakhirku. Terima kasih Arga.'
Arga kembali menitikkan air matanya.
"Vanila."
Arga mendekap erat buku diary bersampul ungu tersebut, seolah ia sedang mendekap erat Adira.
Sekarang Adira tidak lagi merasakan sakit, ia juga tidak perlu terbangun di tengah malam karena mimpi buruk yang selalu hadir menghantui setiap malamnya.
Semesta hanya mengizinkan Adira dan Arga tuk bertemu bukan bersama. Dulu, mereka dipisahkan oleh keadaan. Namun, sekarang ajal yang memisahkan mereka.
Cerita mereka sampai di sini. Arga tidak bisa memiliki Adira seutuhnya karena orang tersebut milik Tuhan.
.
.
.
.
.==============END==============
Update : 29 November 2022
Janlupa votemen yaww.
Yang mau tanya-tanya seputar cerita ini boleh banget, silahkan tinggalkan jejak di komentar yaa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku dan Semesta✔️
Teen Fiction#1-traumatic (19 November 2022) #1-astrophile (23 November 2022) ^•^ Adira Aurora, remaja berusia 17 tahun yang selalu dihantui mimpi buruk. Menemani tidurnya dan mengusik raganya yang sudah rapuh. Akankah Adira tetap bertahan? Walaupun raganya tak...