#3 : Terkunci

106 48 23
                                    

DILARANG KERAS PLAGIAT!

Happy reading!
_____

"Ngapain sih lu mau banget temenan sama cewe es itu?" tanya Niko, teman dekat Arga. Yang Niko maksud 'es' itu Adira, lantaran sikap dingin dan cueknya Adira membuatnya mendapat julukan 'si es'.

Arga menyeruput jus jeruknya dengan santai. Sepulang sekolah mereka berdua mampir ke kafetaria. "Masalah buat lu hah?" jawab Arga sewot.

"Wait jangan-jangan lu suka sama Adira ya?" tanya Niko penuh selidik. Mengingat kejadian di perpustakaan Arga duduk berdua dengan Adira pasti ada apa-apa dan tak hanya itu, sebelum mereka pergi ke kantin Arga meminta informasi yang Niko tahu tentang Adira. Ya, semuanya berhubungan dengan Adira.

"Dia nolongin gue dari copet, sampai tangannya luka gara-gara gue."

"Si es itu bela-belain nolong lu? Ngga nyangka gue, ternyata dia tau caranya nolong orang." Niko menggelengkan kepalanya tak percaya.

"Namanya Adira Ko bukan es," tegas Arga sedikit kesal.

"Iya bawel, tapi ini bisa viral nih si es— eh maksud gue Adira rela nolongin seseorang yang nggak di kenal dan nggak khawatirin dirinya sendiri loh, soalnya pernah nih ya dia papasan sama siswi yang jatuh karena nginjek tali sepatunya sendiri. Tapi Adira langsung melengos gitu aja tanpa ada niatan bantuin si cewe tadi yang jatuh Ar." Tutur Niko, Arga sempat terkejut tetapi langsung menormalkan mimik wajahnya seperti biasa.

"Adira baik, cuman orang-orang bodoh yang nge-judge seseorang dari covernya." Kesalahan fatal yang kerap terjadi ketika orang-orang hanya menilai dari sampulnya tanpa tahu isi di dalamnya.

"Set dah Ar pedes amat mulut lu."

"Gue ngomong fakta kali."

"Ar lu itu baru pindah jadi ngga tau apa-apa," ucap Niko tak kalah akal. Arga memang siswa pindahan dan baru dua kali bertemu dengan Adira tetapi firasatnya mengatakan jika Adira berbanding terbalik dengan pemikiran Niko dan yang lain.

"Gue tau, emang lu deket sama Adira? Sampai ngomong gitu? Omongan lu itu menandakan kalo gue ngga boleh deket-deket sama Adira," jawab Arga, apa-apaan ini? Niko ingin menghasut Arga supaya ikut membenci?

"Udahlah gue mau pulang." Arga bangkit dari duduknya, mengambil kunci motornya yang ada di meja, sedikit dongkol dengan Niko.

"Yaudah sono hati-hati." Meskipun kerap kali berbeda pendapat, mereka berdua tetap saling peduli satu sama lain.

Arga hanya melambaikan tangannya sebagai jawaban 'iya'.

Setelah keluar dari kafetaria, Arga merogoh saku celananya mencari sesuatu. Namun, ia tidak menemukannya membuatnya mau tak mau membuka tas. Nihil, ia tidak menemukan apa yang ia cari.

"Arkh kemana sih tu hape, ceroboh banget gue arkh sial!" Rutuknya pada diri sendiri.

"Bentar, jangan-jangan ketinggalan di perpus lagi."
Arga teringat, terakhir kali ia memengang handphonenya ketika sedang menyusun buku bersama Adira siang tadi. Dan menaruhnya di atas jejeran buku yang berdiri rapi.

"Yaelah masa gue harus balik lagi ke sekolah. Mana mendung lagi, bentar lagi hujan nih pasti." Tebaknya. Hari masih sore hanya saja awan mendung menyelimuti langit yang seharusnya nampak cerah.

Aku dan Semesta✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang