22 | Tatapan

529 137 38
                                    

--------------------------------------------------

Sorry for typos and happy reading.

--------------------------------------------------

- 22 -

Semester dua berlalu begitu saja dan awal semester baru di mulai bulan Maret.

Cuaca tidak sedingin sebelumnya, namun tetap saja harus menggunakan jaket tebal ketika di luar ruangan. Suzy keluar dari mobil dan menutup pintu, tanpa menatap ke belakang dia berjalan memasuki perkarangan sekolah.

Semenjak bercerai, ibunya menggunakan uang yang ada untuk membuka bisnis salon. Untuk beberapa asalan, Suzy senang ibunya memiliki kesibukan sendiri. Selain baik untuk dirinya sendiri; agar tidak kesepian, Suzy juga merasa sang ibu tidak seketat sebelumnya.

Beberapa kali Suzy pulang kelas tambahan dengan taksi karena ibunya tidak bisa menjemput, itu sebuah kemajuan, karena sebelumnya Suzy tidak bisa pergi kemana-mana sendiri.

Naik tingkat, kini Suzy sudah duduk di kelas dua belas. Tingkat dimana semuanya memiliki kesan yang serius. Bahkan teman-temannya yang dulu banyak bermain, kini cendrung sangat fokus.

"Pagi." Meski sudah pindah kelas, Suzy masih duduk dengan orang yang sama. Teman sebangku lamanya. Kim Myungsoo.

"Pagi." Myungsoo membalas sembari menguap lebar.

Pria Kim itu masih sibuk dengan kerja paruh waktunya. Suzy bahkan tidak heran jika tiba-tiba saja melihat Myungsoo tertidur saat ada kesempatan. Dia malah menganggap itu lucu, bagaimana bisa Myungsoo tidur dengan begitu mudah?

"Untukmu." Suzy menyondorkan tempat bekal transparan yang terdapat sandwich telur goreng dan daging asap di dalamnya. "Kau suka daging asap, kan?" Ketika melihat menu sarapannya tadi pagi, Suzy tiba-tiba teringat akan Myungsoo. Pria itu suka daging asap. Jadi, dia membawa beberapa ke sekolah.

Myungsoo menatap Suzy kemudian tersenyum, "terima kasih."

Banyak waktu berlalu, tapi hubungan antara Suzy dan Myungsoo masih sama seperti sebelumnya. Mereka teman.

-oOo-

"Kenapa? Kenapa kau tidak mau ikut? Ayolah Myung." Howon masih membujuk Myungsoo, seingat Sungyeol pria itu sudah membujuk Myungsoo dari dua hari yang lalu. Tapi jawaban Myungsoo masih sama. Dia tidak mau ikut.

"Sungyeol! Apa kau tidak mau bantu bujuk Myungsoo? Kita kurang satu orang tau, kalau kurang orang pertemuannya batal." Howon uring-uringan. Seorang teman mengajaknya ke pertemuan dengan wanita-wanita dari salah satu club dancer, namun sayangnya kelompok mereka kurang satu orang lelaki. Dia ingin mengajak Myungsoo, tapi pria Kim itu menolak.

"Aku tidak mau ikut campur." Sungyeol angkat tangan. Sejujurnya, dia mau ikut juga karena di paksa Howon yang kekurangan orang. Berbeda dengan Myungsoo, dia tidak bisa menolak. Lagi pula, ini bukan pertemuan aneh-aneh. Hanya pertemuan bisa untuk saling kenal. Kalau ketemu jodoh, berarti takdir.

"Myung, ayolah." Howon dan sikap pantang menyerahnya membuah Sungyeol kagum. "Kau hanya ikut saja dan duduk, tidak ada yang menyuruhmu untuk mengencani mereka. Ini hanya pertemuan biasa."

"Aku ada kerja paruh waktu jam segitu hyung."

"Minta izin satu hari, kau kan tidak pernah tidak masuk."

Myungsoo menggeleng, pertanda bahwa keputusannya tidak berubah.

"Sudahlah hyung, besok aku cari teman yang lain." Sungyeol menepuk pundak Howon. "Myungsoo mah susah, ada hati yang harus dia jaga." Howon menatap Sungyeol, lalu menatap Myungsoo lagi.

Crossing The Line [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang