27 | Bicara

643 157 38
                                    

--------------------------------------------------

Sorry for typos and happy reading.

--------------------------------------------------

- 27 -

Myungsoo tidak ingat seperti apa wajah ibunya karena dia masih terlalu muda ketika sang ibu pergi. Semakin dewasa, Myungsoo mengetahui alasan kenapa dia tidak memiliki ibu. Masalah finansial. Memilih untuk hidup bersama dan memiliki anak ditengah masalah finansial adalah keputusan yang salah. Myungsoo belajar dari keluarganya sendiri.

Setelah sang ibu pergi, ayahnya langsung membawa Kim Hae Sook ke Seoul sebagai penjaga Myungsoo. Semenjak saat itu, ayahnya jarang pulang dan Myungsoo hidup dengan Hae Sook ―neneknya. Menyaksikan neneknya bekerja keras sebagai ganti peran kedua orangtuanya, Myungsoo semakin menyadari bahwa masalah finansial adalah masalah serius. Dia masih terlalu muda saat menyadari hal tersebut.

"Jangan menatapku begitu, wajahku sembab." Suzy bicara sembari mengaduk mangkuk udon. Dia lapar setelah menangis. Alhasil, Myungsoo membawanya di kedai tenda yang masih buka tidak jauh dari tempat mereka duduk dekat sungai Han.

Myungsoo tersenyum kecil. Meski dilarang menatap, dia tetap menatap lurus ke arah wanita itu. Ya― wajahnya memang sembab. Matanya bengkak. Tapi itu tidak mengurangi kecantikannya.

Melihat Suzy lagi seperti ini setelah sekian lama, membuat Myungsoo menyadari bahwa wanita itu tumbuh dengan sangat baik. Dia juga telah menjadi dokter di salah satu rumah sakit besar di Seoul. Kerja kerasnya dimasa lalu terbayar, Myungsoo ingat bagaimana dia selalu belajar dan pergi les hingga larut.

"Kenapa kau terus menatapku?" Suzy bicara demikian setelah meneguk air putih di gelas, dia menyadari tatapan lekat Myungsoo pada dirinya sedari tadi. Sebenarnya dia malu, tapi di sisi lain itu mengingatkannya pada masa lalu. Myungsoo selalu menatapnya seperti itu.

"Sudah selesai makan? Aku akan mengantarmu pulang." Mereka sudah terlalu lama berada di luar, cuacanya juga semakin dingin. Myungsoo baik-baik saja, tapi dia mengkhawatirkan Suzy.

Myungsoo berdiri dari kursi tanpa kepala yang ia duduki setelah meletakkan beberapa lembar uang di atas meja, berbeda dari dirinya― Suzy tetap duduk.

"Kenapa?"

Suzy mendongak menatap Myungsoo. "Tapi masih ada yang ingin aku bicarakan."

"Kita bisa bicara lain kali."

Suzy menggeleng.

"Sudah larut. Kau harus pulang."

"Aku akan kehilangan momennya jika kita tidak bicara sekarang."

Kening Myungsoo agak berkerut, dia tidak tau apa yang ingin Suzy bicarakan. Kenapa wanita itu sangat ingin bicara malam ini, mereka bisa bertemu lagi di lain waktu.

-oOo-

Sepanjang perjalanan menuju kediamannya, Suzy hanya diam. Menatap ke luar jendela taksi dengan kepala yang ia sandarkan pada kepala kursi. Myungsoo duduk di sebelahnya, mereka menaiki taksi yang sama. Myungsoo bilang dia akan mengantar Suzy pulang.

Selama perjalanan, tidak ada yang bicara. Untunglah supir taksi menyalakan music dengan tidak terlalu keras.

Suzy turun dari taksi terlebih dahulu, disusul oleh Myungsoo yang keluar setelahnya. Pria itu membayar taksi. Suzy sama sekali tidak ada mengeluarkan uang malam ini. Sebenarnya, Suzy pikir Myungsoo akan kembali dengan taksi itu setelah dia turun. Namun nyatanya tidak, pria itu ikut turun bersamanya.

Crossing The Line [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang