2 | Kerja Paruh Waktu

877 200 76
                                    

--------------------------------------------------

Sorry for typos and happy reading.

--------------------------------------------------

- 2 -

Kim Myungsoo pulang ke rumah hanya untuk mengganti pakaian. Tidak ada siapapun saat dia sampai, ketika dia ke dapur, tidak ada makanan. Alhasil, pria itu hanya meneguk segelas air kemudian buru-buru keluar.

Mengambil ponselnya dari dalam saku hoodie, Myungsoo menatap jam yang tertera di layar depan. Dia pulang sekolah pukul delapan malam; setelah kelas tambahan berakhir. Setelah itu, dia akan kerja paruh waktu.

Dia punya dua pekerjaan di malam hari. Satu, di tempat agen flier brosur― dia menyebarkan brosur dan sejenisnya, entah itu brosur kecil untuk supir pengganti, pinjaman cepat, rumah bordil, serta lainnya. Dia biasanya masuk ke toilet-toilet umum, menyelipkannya di mobil orang-orang. Sejenis itu.

Kedua, setelah pekerjaan menyebarkan flier brosur selesai, Myungsoo akan mengambil shift malam di minimarket yang buka dua puluh empat jam. Dia akan pulang setelah pegawai shift pagi datang; itu sebelum jam sekolahnya di mulai.

"Kau pulang ke rumah?"

Myungsoo mengangguk. Dia mengunyah kimbab dengan lahap, duduk di kursi tanpa kepala di balik gerobak jualan sang nenek. Nenek Myungsoo menjual beragam jajanan street food tidak jauh dari area rumahnya. Ada kimbab, tteokbokki, odeng dan beberapa jenis hot bar. Myungsoo selalu mampir sebelum pergi kerja paruh waktu untuk mengisi perut.

"Ayahmu tidak di rumah?"

"Tidak ada."

Kim Hae Sook; nenek Myungsoo, menatap cucu sematawayangnya itu dengan helaan napas. "Bagaimana sekolahmu?" Myungsoo melirik, kemudian tersenyum simpul. "Semuanya baik-baik saja, nenek tidak perlu khawatir." Hae Sook kembali menghela napas. Tidak lagi menatap Myungsoo, dia mengaduk kuah tteokbokki.

"Tidakkah sekolahmu terganggu kalau kau kerja paruh waktu?"

Myungsoo berdiri, mengambil sosis goreng dan langsung mengunyahnya. Pria itu menggeleng, "aku baik-baik saja. Nenek terus mengkhawatirkan hal yang tidak perlu." Dengan mulut yang masih mengunyah, Myungsoo menyandang tas.

"Aku pergi dulu." Dia keluar dari balik gerobak, "jangan tutup terlalu larut." Kemudian melambai sembari melangkah lebar. Melihat itu, Hae Sook lagi-lagi menghela napas. Myungsoo tidak pernah beruntung.

-oOo-

Myungsoo sadar ada banyak rumor jahat tentangnya yang tersebar di sekolah, namun dia mencoba untuk tidak memikirkan itu. Dia juga merasa tidak perlu memberikan penjelasan atas rumor itu satu persatu. Selama pihak sekolah tidak mengeluarkannya, dia baik-baik saja.

Soal teman, dia tidak masalah walaupun tidak punya teman. Bagaimanapun juga, setelah selesai sekolah, semua akan jalan sendiri-sendiri. Myungsoo masuk ke sekolah itu dengan melewati tes yang cukup sulit. Meski hidupnya tidak pernah beruntung, setidaknya ia ingin lulus dari sekolah yang tidak memiliki reputasi buruk.

Bekerja sebagai seseorang yang menyebarkan flier brosur beragam jenis, Myungsoo memang diharuskan pergi ke tempat-tempat seperti bar dan motel. Bahkan dia punya teman-teman yang bekerja di bar-bar kecil yang memberi izin dia masuk lewat pintu belakang hanya untuk memberinya akses menempelkan flier brosur itu di toilet. Tapi semua hanya sebatas itu.

Myungsoo tidak mengerti, kenapa orang-orang membuat postingan jahat tentangnya hanya untuk menyebarkan rumor jelek. Dia bahkan bukan trainee sebuah agensi hiburan atau bahkan selebriti. Tapi kadang, manusia memang bisa menjadi sangat tidak punya kerjaan seperti itu. Mengurusi hidup orang lain mungkin sangat menyenangkan bagi mereka.

Crossing The Line [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang