--------------------------------------------------
Sorry for typos and happy reading.
--------------------------------------------------
- 17 -
Biasa memiliki jadwal yang padat, Suzy tidak terbiasa tidak melakukan sesuatu. Rasanya aneh hingga ia gelisah. Puas berkeliling dan menikmati pemandangan sekitar, Suzy duduk sendiri di tempat bersantai dengan payung yang berada cukup jauh dari bibir pantai. Meski demikian, dia masih bisa melihat pemandangan pantai pasir putih yang indah.
Myungsoo masih bekerja. Suzy memperhatikannya sebelum berpisah dengan Honey Lee setelah pembicaraan singkat mereka. Pria Kim itu bekerja dengan sungguh-sungguh. Suzy kagum padanya.
Memikirkan tentang Seoul― Suzy mengkhawatirkan ibunya. Apa yang sedang ia lakukan sekarang? Apakah dia berkeliling dan bertanya untuk bisa menemukannya? Atau duduk di rumah dan menunggu dengan marah? Suzy tidak bisa membuat tebakan sama sekali.
Pagi tadi, sebelum ia menyelinap keluar, Suzy menulis sebuah memo yang ia tempelkan di meja belajar― Maaf ibu, tapi aku butuh waktu sendiri. Aku akan kembali, jadi jangan khawatir.
Entah memo itu bisa membantu ibunya menjadi sedikit lebih tenang entah tidak.
Bicara tentang hubungan mereka, beberapa hari terakhir ini keduanya tidak saling bicara. Lebih tepatnya Suzy yang mendiamkan sang ibu. Bukan tanpa sebab, dia mendiami sang ibu karena wanita itu tidak mengatakan apapun padanya perihal perceraian. Jika malam itu Suzy tidak mendengar pembicaraan serius mereka di kamar, Suzy tidak akan tau.
Bohong jika Suzy bilang keluarganya baik-baik saja. Tidak ada lagi cinta di rumah itu hingga ketika orangtuanya bercerai, Suzy pikir dia tidak akan terkejut. Ya, awalnya dia pikir demikian. Namun nyatanya tidak. Dia tetap terkejut dan merasa sedih.
Ayahnya berselingkuh, sejak dulu dan berganti-ganti wanita. Ibunya sulit mengendalikan emosi dan mereka selalu bertengkar setiap kali bertemu. Pernikahan mereka sudah lama hancur, tapi keduanya bertahan karena dirinya. Tidak― Suzy tidak berpikir itu karena dirinya, tapi karena ego dan harga diri masing-masing.
Semakin Suzy dewasa, semakin Suzy mengerti, bahwa pernikahan kedua orangtuanya tidak dapat lagi terselamatkan. Amarah dalam diri keduanya kian hari kian besar. Setiap kali bertengkar, kata cerai selalu keluar dari mulut keduanya namun tidak pernah terjadi.
Seperti harapan yang menjadi kenyataan, kini keduanya sedang mengurus perceraian. Lee Tae Ran akhirnya melepaskan sang suami karena selingkuhannya hamil, tentu dari setujunya ia untuk bercerai, ada perjanjian yang keduanya tanda tangani. Suzy cepat mengerti, jadi ia yakin ibunya mendapat uang cukup besar hingga akhirnya berani bercerai.
Suzy pikir dia baik-baik saja, toh selama ini dia tidak mendapatkan sosok ayah dalam keluarga. Tapi seakan ada sesuatu yang salah dengan emosinya, dia terus mengeluarkan air mata meski dia tidak ingin menangis. Suzy rasa dia juga rusak. Sama rusaknya dengan pernikahan kedua orangtuanya.
Dia terus menangis ketika di rumah, meski ia berulang kali berkata pada dirinya sendiri untuk tidak menangis.
Suzy lelah. Lelah akan dirinya sendiri yang tidak bisa berhenti menangis. Karenanya, ide gila untuk menjauh dari Seoul dan mengunjungi Gangwon terlintas di benaknya begitu saja.
Suzy langsung mengusap air mata ketika ia tersadar karena deringan ponsel yang ia bawa. Itu bukan ponselnya, melainkan ponsel Myungsoo.
"Bawa ponselku. Jika terjadi sesuatu kau bisa menghubungi nomor ini. Ini nomor temanku, kau tau dia kan? Pria yang tadi pagi."