Chapter 3

22 5 1
                                    

Benar saja, Giovani dan pasukannya sudah tiba di pulau untuk mencari putri Giovani--lebih tepatnya menghancurkan pulau--.

Sebagian perwira yang tidak ikut perang bersiap siaga untuk melawan pasukan Giovani di lokasi-lokasi yang telah ditentukan. Sebelumnya, sebagian warga-warga dievakuasi ke tempat yang aman.

Giovani mulai menembakkan api ke salah satu bangunan pasar yang telah kosong. Pasukan-pasukannya juga ikut menghancurkan bangunan di sekitarnya. Mereka kemudian tertawa jahat setelah melakukan penghancuran itu. Para pasukan pulau tentu saja tidak terima, mereka melawan pasukan Giovani dengan segala upaya mereka, namun apa daya, Giovani lebih kuat dari mereka. Ia dapat mengalahkan puluhan bahkan ratusan anggota pasukan dalam sekejap mata saja.

Karena itulah, banyak anggota pasukan yang menyerah karena ini.

"Apakah masa kejayaan Schönstadt dan Schönland akan berakhir sekarang? Dan kita semua akan mati?" ucap salah satu anggota yang nampaknya akan menyerah dengan keadaan ini.

Connor yang mendengar itu langsung merasa sedih. Dia sebenarnya ingin mempertahankan, namun apa daya. Dia hanya bisa berharap bahwa ada keajaiban yang hadir untuk menyelamatkan kerajaan yang tidak bersalah ini.

"Tuhan, tolong bantu kami," gumam Connor.

---

Elena menyiapkan barang-barang yang diperlukan nantinya selama dia dan Tracy dievakuasi. Setelah siap, mereka mengunci pintu rumah dan segera pergi ke lokasi yang telah ditentukan dengan kereta kuda yang menjemput mereka.

"Ayo Tracy, Elena. Kita harus ke tempat lokasi evakuasi. Ikutlah dengan kami!" Tracy dan Elena menaiki kereta kuda yang sudah disiapkan untuk evakuasi ini.

Sembari di perjalanan, tetiba saja kalung merah yang Elena pakai bercahaya terang sekali.

"Kenapa kalung ini bercahaya, Elena?"

"Aku tidak tahu."

Sialnya, disaat kalung itu bercahaya, pasukan Giovani berhasil mencegat kereta kuda itu.

"Mau pergi ke mana kalian ha?" Giovani mencoba untuk menembak lagi bola api ke kereta kuda. Namun, hal yang tidak disangka terjadi, bola api itu tidak bisa mengenai kereta kuda dan malah berbalik mengenai Giovani. Giovani tentu saja kesakitan dengan senjatanya sendiri.

"Aaaaahhhhh, sial!" Giovani geram dan kembali menembakkan bola api berkali-kali, namun tetap saja bola itu kembali mengarah ke Giovani. Giovani semakin kesakitan hingga ia tersungkur.

"Apa yang terjadi? Mengapa aku yang terkena bola api itu????" tanyanya diiringi perasaan geram. Giovani pun akhirnya melihat Elena dengan kalung bercahaya yang ia pakai. Giovani pun marah seakan ia tahu benda apa itu.

"Sial! Kurang ajar kau!!" Giovani berusaha untuk menyerang Elena yang berada di dalam kereta kuda dengan tombaknya. Namun tiba-tiba, kalung itu mengeluarkan cahaya lagi dan mengubahnya menjadi sebuah protektor.

Elena kebingungan. Giovani pun semakin marah. Daripada dia semakin emosi, lebih baik ia akhiri saja untuk hari ini dan mungkin akan datang lagi.

"Sudahi saja untuk hari ini, nanti kita akan cari lagi, sekarang suruh semua pasukan kita untuk kembali," minta Giovani pada salah satu anak buahnya. Yang diminta pun meniup trompet yang dapat didengar seluruh pasukan meskipun berjauhan. Para pasukan mengerti sinyal itu dan mereka berbondong-bondong pergi begitu saja.

"Apa yang terjadi sebenarnya? Mengapa mereka tiba-tiba saja pergi seperti itu?" tanya Connor dengan penuh keheranan.

"Jadi, bagaimana? Apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya salah satu pasukan ke Connor.

"Pertama, kau beritahu ke semua orang kalau situasi sekarang sudah aman. Mereka semua sudah boleh pulang ke rumah masing-masing. Untuk yang rumahnya hancur, mereka bisa menginap di tempat evakuasi," jelas Connor.

"Lalu, minta semua arsitek dan tukang bangunan untuk membangun dan memperbaiki bangunan yang sempat dihancurkan. Dan, kita urus pemakaman kepala perwira. Apa kau mengerti?" sambung dan tanya Connor.

"Aku mengerti." Yang bertanya mengangguk.

"Oh iya, kau saja yang membawa kereta kuda kepala perwira."

"Lalu, bagaimana kau pulang?"

"Aku akan pulang dengan kudaku." Orang itu mengangguk lagi dan segera berlalu dengan kereta kuda kepala perwira.

Setelah ia pergi, Connor menaiki kudanya. Ia melihat fotonya dengan seseorang yang lebih muda dari dia, namun tiba-tiba ia teringat suatu hal yang sempat ia lupakan.

"Ya ampun, aku lupa lagi! Aku tidak akan membuatnya kecewa lagi!" Connor bergegas menjalankan kudanya untuk pergi ke suatu tempat.

---

Tracy dan Elena dapat kembali hidup damai--yang bener?--di rumah yang masih utuh dan belum terjamah Giovani sekalipun, sehingga masih aman.

Karena malam ini sedang turun hujan, Elena memasak makanan penghangat tubuh yang tentunya lezat, yaitu sup kaldu. Setelah matang, dia menuangkan sup dari panci ke dalam mangkuk besar.

Tracy sudah siap dengan mangkuk makannya.

"Ini dia, sup kaldu spesial saat musim hujan!" ujar Elena dengan penuh semangat. Elena menaruh mangkuk sup ke tengah meja makan. Tracy memberi mangkuk makannya ke Elena. Elena mengisi mangkuk itu dengan sup lalu memberikannya lagi ke Tracy.

"Waw, kau sepertinya memasak lebih banyak dari biasanya."

"Iya, rencananya aku ingin memberikan sisa sup untuk warga yang berada di tempat evakuasi nantinya." Tracy tidak menyangka dengan ucapan anak tirinya. Benar-benar pantas untuk menjadi calon ratu. Tracy membalasnya dengan tersenyum bangga.

Kau memang orang yang baik, Elena. Raja Maximus dan Ratu Alice pasti sangat bangga dengan putri mereka, batin Tracy.

"Ayo kita makan, nanti supnya dingin."

Saat mereka menikmati makanan yang sangat lezat, Elena berpikir bahwa ia melupakan sesuatu. Tracy yang mengetahuinya pun bertanya.

"Ada apa, Sayang?"

"Aku lupa mengangkat jemuran!!" Tracy hanya membalas dengan tertawaan kecilnya.

"Aku akan mengangkatnya sekarang!"

"Nanti saja, makan dulu!" Elena keburu pergi dari ruang makan. Tracy masih tidak menyangka bahwa calon ratunya ini masih memiliki kecerobohan.

Elena mengambil jemuran di ruang cuci yang berada di samping teras rumahnya. Elena panik saat melihat jemuran-jemuran penuh dengan air. Segera saja ia mengangkat semua pakaian dan memeras pakaian itu untuk mengurangi air yang terserap di pakaian.

"Yaa, basah. Percuma aku menjemur dari tadi pagi." Elena menghela napas berat.

"Ya sudahlah, aku menjemurnya lagi besok." Elena memindahkan pakaian ke dalam kamar mandi untuk sementara. Tapi sebelum itu, pandangannya beralih ke seorang gadis yang nampaknya sedang berteduh di depan teras rumah Elena.

"Siapa dia?"

✨✨✨

BERSAMBUNG

✨✨✨

—————

Dear Readers,
Makasih buat yang masih nungguin aku untuk update AFTY. Semoga kalian ga bosen sama ceritanya dan selalu enjoy ya 💕

Happy reading! ✨

Album for the YoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang