Chapter 26

13 1 0
                                    

Mereka keluar dari portal. Mereka mendapati hutan dengan banyak pohon yang mati di sekeliling mereka.

"Aku heran sekali kenapa portal selalu berada di tepi hutan belantara seperti ini? Kenapa tidak di bangunan istana atau apa gitu? Tidak keren sekali!" kesah Sammy.

"Karena keluar masuk dunia merupakan hal yang ilegal. Maka dari itu, supaya aman dan tidak ketahuan harus ditempatkan di lokasi yang tidak banyak yang tahu keberadaannya."

"Sekarang apa yang harus kita lakukan?"

"Lebih baik kita keluar dari hutan ini dan cari tempat persinggahan." Yang lain mengangguk setuju.

Mai masih merasa sedih melihat bayang-bayang kekasihnya di hutan ini, saat ia melihatnya untuk yang terakhir kalinya.

Apa memang Julian telah dihabisi? Dan, jasadnya kemungkinan dibuang?

———

Mereka menyusuri hutan belantara. Sembari berjalan, mereka mengawasi flora dan fauna juga di hutan ini. Keanekaragaman hayati di tempat ini terbilang unik, karena rupa yang tidak biasa dibanding satwa dan tumbuhan pada umumnya. Contohnya..

"Unik sekali! Ada burung berkaki tiga dan bermata empat?"

"Bunga itu berbentuk seperti lonceng dan saat terkena angin malah berbunyi seperti kentut? Benarkah?"

"Macan tutul itu punya belalai?"

"Pohon pinus dengan batang berwarna pelangi? Aku penasaran apakah rasanya seperti permen?"

"Kita seperti tinggal di dunia fantasi atau apa?"

Mereka tercengang dan terkagum-kagum menyaksikan keindahan alam. Padahal ini baru hutan belantara biasa. Belum saja mereka melihat keajaiban apa lagi yang akan ada saksikan nanti.

"Begitulah dunia makhluk. Apapun bisa terjadi di sini dan kita bisa melakukan apa pun sesuka kita. Namun tetap semua itu ada batasnya." terang Leopold.

Perjalanan lumayan panjang, namun mereka tidak jenuh karena keajaiban-keajaiban itu. Tanpa mereka sadari, mereka menemukan gua yang cukup besar dan pintu masuk yang lebar.

"Semuanya! Kita bersinggah di gua ini!"

———

Mereka meletakkan perlengkapan dan merapikan sedikit gua yang kotor ini.

"Sepertinya kita akan bermalam dulu di sini, dan sekalian agar kalian lebih familiar dengan dunia yang aneh ini."

"Aku akan mengumpulkan kayu bakar. Siapa mau ikut denganku?" Elena, dan Mai menyahutkan kata "kami."

"Baiklah, kalian berempat berhati-hati dan waspada, di hutan ini tetap ada makhluk-makhluk yang mengintai," peringat Leopold. Mereka berempat mengangguk.

"Aku akan tetap di sini. Membuat stok ramuan yang kita perlukan."

———

Mereka mulai mengambil kayu bakar di area hutan yang tak terlalu jauh dari goa. Walaupun tidak terlalu banyak, setidaknya cukup untuk satu malam.

"Apa hanya segini saja?" tanya Elena.

Connor membawa setumpuk kayu bakar dengan kedua lengannya dan meletakkannya di kayu-kayu yang mereka kumpulkan sebelumnya.
"Sebenarnya kita butuh lebih banyak lagi."

"Saat aku melihat-lihat tempat ini sambil mencari kayu bakar..." Connor menunjuk ke area hutan yang terlihat lebih dalam, gelap, dan rimbun. "Di sana ada lebih banyak kayu bakar."

"Kalau begitu, langsung saja kita ke sana!" ajak Elena dengan semangat.

"Apa kau gila? Berjalan-jalan di pepohonan rimbun, gelap, dan berbahaya itu? Apalagi kalian berdua perempuan!" Elena mendekati pria di depannya, menunjuk-nunjuk dadanya.

Album for the YoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang