Chapter 21

11 2 0
                                    

----------

HALAMAN XI

Setelah melakukan semua yang ada dalam buku ini. Hanya ada satu cara lagi.

Berdoalah kepada Tuhan dan semoga keajaiban datang menghampiri kita.

----------

HALAMAN XII

Buku ini ditulis oleh pemimpin kami yang hebat dan luar biasa.

?????

----------

"Walaupun aku juga turut serta dalam penulisan buku ini, aku juga tidak tahu siapa pemimpin kami pada waktu itu. Konon katanya, orang itu misterius dan tidak ingin dikenal siapa pun."

Mereka pun telah tiba di penghujung buku.

"Jadi, kapan kita seharusnya memulainya?" tanya Connor.

"Tentu saja sekarang!" ucap Sammy yang tidak sabar.

"Huh, dasar anak-anak," ketus Connor.

"Perjalanan kita pasti sangatlah panjang, jadi kita harus mempersiapkan semuanya dengan baik. Dan juga jangan terburu-buru dan selalu awas pada apa yang akan terjadi di depan kita nantinya," peringat Leopold. Elena dan yang lainnya mengangguk paham.

"Sebelum memulai perjalanan yang serius ini. Aku akan mengizinkan kalian untuk menikmati hari ini dulu." Leopold membuka laci mejanya dan didapatnya beberapa lembar tiket wahana.

"Ini adalah tiket akses ke seluruh wahana di tempat ini, kalian tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan apapun jika menggunakan ini."

"Waw! Asyik! Terima kasih banyak, tuan!" teriak Sammy kegirangan. Leopold tersenyum gembira seolah ia adalah seorang kakek yang membuat cucunya senang.

"Baiklah, selamat bersenang-senang! Nikmatilah hari ini!"

---

"Aduhh, perutku," Robbie duduk di toilet dan perutnya masih mengerang kesakitan. Gemetaran dan berkeringat dingin, itulah kondisi yang ia alami saat ini. Setiap detik berlangsung, perutnya akan semakin melilit hingga membuatnya jatuh tersungkur di lantai.

"Tuhan, lebih baik cabut saja nyawaku daripada menahan rasa sakit ini, aku sudah tidak kuat." Robbie terus menangis kesakitan. Lama kelamaan, tubuhnya menjadi lemas, matanya kemudian menutup dan menjadi tak berdaya.

Setelahnya, tiba-tiba ada portal bercahaya berwarna hijau zamrud muncul secara tiba-tiba dan keluarlah seorang pemuda dengan pakaian semacam jubah berburu dan menghampiri tubuh Robbie yang tergeletak.

"Maafkan aku. Tapi aku harus melakukan ini. Ini semua demi dirimu juga." Pemuda itu membopong tubuh Robbie dan memasuki kembali portal itu. Setelah beberapa detik, portal itu memudar dan menghilang.

---

"Aku merasa ada yang kurang..." gumam Sammy. Lalu Sammy menyadari apa yang salah. "Robbie! Aku hampir lupa. Kenapa dia belum muncul juga? Apa diarenya separah itu? Ternyata dia masih menderita penyakit itu, aku harus mengeceknya."

Sammy kini di depan pintu toilet.

"Robbie? Kenapa kau lama sekali?" Suara ketukan pintu mengisi keheningan ruangan itu. "Ayo kita bermain sepuasnya! Tuan Leopold memberi kita tiket!" Tidak ada respon atau suara Robbie yang menyahut dari dalam.

"Sepi sekali. Apa tidak ada orang di dalamnya?" Tanpa berpikir panjang, Sammy mendobrak pintu yang setengah terkunci itu hingga membuatnya engselnya rusak.

"Kosong?" Sammy memandangi seisi toilet yang gelap, hening, dan bau itu. Tidak ada petunjuk keberadaan sahabatnya. "Apa ia sudah keluar daritadi? Kenapa tidak langsung menghampiri kita saja?"

Pandangan Sammy teralihkan oleh secarik kertas kecil yang sedikit basah namun tulisannya masih kelihatan jelas.

"TEMUI AKU SEKARANG SEBELUM TERLAMBAT!"

"Kau ingin bermain, Robbie? Baiklah! Aku akan menelusuri tiap sudut tempat ini!"

———

Elena, Mai, dan Connor kini sudah keluar dari rumah Leopold.

"Jadi, apa yang akan kita lakukan sekarang?" tanya Elena.

"Entahlah, nikmati dulu saja tiket ini. Benar apa yang dikatakan Tuan Leopold. Pasti perjalanan kita akan sangat panjang. Dan, belum tentu juga sampai kita menuntaskan itu akan bertahan," ucap Connor.

"Apa maksudmu?"

"Lupakan saja. Siapkan saja fisik dan mental kita untuk ini. Ini adalah ujian yang sangat besar." Nada bicara Connor menjadi serius ketika mengatakan itu.

"Tentu saja," setuju Elena.

MAI...

Ada bisikan aneh yang memanggil dirinya. Yang dipanggil terkejut.

"Apa?"

MAI...

MAI....

MAI......

Bisikan itu semakin kuat di telinga Mai. Mai mengenali sang pemilik bisikan itu.

"Ayah?"

Bersambung....

----------
Hai guys! How are you? Maaf yaa karena lagi sibuk bgt jadi hiatusnya juga sampe berbulan-bulan. 😄

Aku nyempetin banget buat update lagi, tapi chapternya pendek. Insya Allah nanti aku bakal update chapter yang lebih panjang lagi yaa. ☺

Happy reading ✨

Album for the YoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang