TIDAK!
Elena terbangun dari mimpi buruknya yang panjang. Ia menoleh ke sekelilingnya, hanya ruangan kamar pondok. Ia bernapas lega. Akhirnya ia kembali ke realita. Terbebas dari rentetan mimpi buruk yang ia alami.
"Huh, syukurlah." Elena memegangi dadanya yang sedikit sesak. Peluh mengucur dari dahinya.
"Aku tidak bisa tidur. Lebih baik aku mencari udara segar sejenak." Elena bangkit dari ranjangnya dan keluar dari kamar.
———
Elena hendak menuju courtyard. Saat ia berada di ujung lorong yang mengarah ke area itu. Ia mendengar suara desing pedang. Ia penasaran. Ia melangkah semakin maju. Didapati seorang pemuda di sana yang sedang berlatih pedang.
Connor? Dia belum tidur ternyata.
Elena terus memandangi pria di depannya. Entah kenapa, di saat ia berlatih, Elena merasa bahwa ...
Dia terlihat gagah dan tampan sekali. Apa mungkin aku ...
Connor menoleh ke belakang. Mereka bersitatap satu sama lain. Ia pun tersadar ada seseorang yang memperhatikannya daritadi.
"Elena? Kau belum tidur?" Elena menghampiri Connor.
"Aku ... baru saja bermimpi buruk."
"Kau mau menceritakannya? Kalau kau tidak mau juga tidak apa-apa."
"Aku ingin duduk sejenak." Elena dengan pelan-pelan berjalan menghampiri bangku dan duduk. Connor pun ikut duduk di sampingnya.
"Tadi aku bermimpi. Bahwasannya, aku adalah penerus takhta kerajaan," ujar Elena dengan suara lirihnya. Ia memandang ke langit, matanya menerawang jauh seolah masih bisa merasakan sisa-sisa ketakutan yang menyelimuti dirinya.
Connor diam sejenak, lalu menoleh ke arah Elena. "Itu hanya mimpi, kan?" tanyanya dengan lembut, mencoba menenangkan.
Elena menggeleng pelan. "Entahlah... rasanya begitu nyata. Di mimpi itu ada sosok raja dan ratu. Aku merupakan putri mereka dan mereka hendak memahkotaiku sebagai ratu baru di kerajaan itu. Tak lama kemudian, The Phantom King muncul dan menghancurkan semuanya." Elena menceritakan ringkasan mimpinya.
Connor mendengarkan dengan penuh perhatian, sorot matanya menunjukkan kepedulian. "Kau merasa mimpi itu punya makna lebih dalam?" tanyanya perlahan.
Elena mengangguk. "Aku merasa seperti ada sesuatu yang besar, sesuatu yang lebih dari sekadar mimpi buruk." Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan kegelisahan yang masih tersisa.
"Aku merasa... ada sesuatu yang salah. Mimpi itu bukan hanya mimpi buruk biasa. Rasanya... seperti ada yang berusaha memberitahuku sesuatu. Tapi, kenapa aku? Aku ini hanya gadis biasa yang sederhana."
Connor menyipitkan matanya sedikit, mencoba mencerna kata-kata Elena. "Kau yakin tentang itu? Bahwa kau hanyalah gadis biasa?"
Elena terdiam, kata-kata Connor menggema dalam pikirannya.
"Aku tidak tahu," ucap Elena akhirnya, suaranya penuh keraguan. "Tiba-tiba aku jadi meragukan identitasku sendiri."
Connor menatap Elena dengan penuh rasa ingin tahu. "Jadi, kau ingin mencari tahu? Tentang siapa dirimu yang sebenarnya?"
Elena mengangguk perlahan. "Ya... aku harus tahu. Mimpi itu... perasaan ini... semuanya. Seolah-olah aku dipanggil untuk sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang tidak pernah kuketahui."
Connor tersenyum kecil. "Kalau begitu, kita akan mencari tahu bersama. Aku akan membantumu menemukan jati dirimu yang sebenarnya."
Elena terkejut dengan ujaran Connor. Ia menoleh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Album for the Young
FantasyElena, merupakan seorang putri raja di kerajaan Schonstadt. Sewaktu ia kecil, ia selalu mendapat perlakuan yang sangat menyenangkan. Namun, itu semua tidak berlangsung lama setelah tragedi paling berdarah dan paling sadis di kerajaan ini. Ayah dan I...