Chapter 14

5 1 0
                                    

Connor, Elena, dan Mai cepat-cepat pergi ke dapur. Mereka tidak menyangka akan melihat dapur menjadi seberantakan ini. Dinding mengelupas, atap yang berdebu, furnitur yang bermandikan cairan aneh hijau. Tak luput dari penglihatan mereka melihat Robbie yang nampaknya tak sadarkan diri. Connor dengan sigap menghampiri tubuhnya dan mencoba untuk membangunkannya.

"Robbie? Robbie?" Connor terus menggoyang-goyangkan tubuh Robbie yang tergolek di lantai. Connor benar-benar khawatir dan terbenak pertanyaan di kepalanya tentang apa yang sebenarnya terjadi.

"Connor? Ada apa dengan Robbie?" tanya Mai.

"Aku tidak tahu. Aku hanya menyuruhnya untuk tetap di kamarnya untuk beristirahat, dan mengapa tiba-tiba dia ada di sini, dan ada ledakan cairan hijau begini." jawab Connor.

"Robbie, bangunlah Sayang. Jangan buat kakakmu panik seperti ini."

Tak lama kemudian Robbie membuka matanya. Ia masih dalam keadaan tak sadar hingga ia menyadari ada 3 orang di depannya. Ia langsung terbangun dari pingsannya.

"Kakak? Ada apa ini? Mengapa ruangan ini berantakan seka—" Tanpa menyelesaikan perkataannya, Connor langsung memeluk Robbie dan bernapas lega. Ia pikir akan terjadi apa-apa pada adiknya itu.

"Oh, demi Tuhan, Syukurlah. Adikku tidak apa-apa. Seharusnya Kakak yang menanyakan itu. Apa yang kau lakukan di sini? Bukankah Kakak menyuruhmu untuk beristirahat di kamar saja? Kalau kau lapar atau haus, bilang saja pada Kakak." Connor benar-benar khawatir hingga intonasinya naik turun saat berbicara.

"A-aku tidak ingin merepotkan Ka-Kakak." Robbie sedikit menundukkan kepalanya.

"Robbie, jangan mulai lagi." Robbie tidak membalas, ia masih menundukkan dan memegang kepalanya yang pusing karena telah kehilangan kesadaran sementaranya.

"Sekarang ceritakan semuanya pada Kakak apa yang terjadi."

"Iya, Robbie. Cerita saja, tidak usah merasa takut." Elena, Mai, dan Connor mencoba menenangkan Robbie. Karena dari ia bangun dari pingsannya, ia berkeringat dan detak jantungnya meningkat.

"Hmm, baiklah aku akan menceritakannya."

---

"Aduh, aku tidak bisa tidur kalau sudah bangun pagi. Biasanya setelah aku melakukan itu, aku terus bekerja dari pagi sampai sore, sekarang apa yang harus lakukan?" Robbie bangun dan duduk di ranjangnya. Ia membuka semua tirai di kamarnya, memperlihatkan pemandangan pastoral yang mengagumkan. Karena dibelakang rumah keluarga O'Brien ada hutan, gunung, serta sungai yang memanjakan mata. Tak lupa juga sang surya yang menyinari dunia. Tak mungkin suasana seperti ini membuat Robbie ingin tidur kembali.

"Aku tidak ingin tidur, lagipula aku tidak capek, karena aku sudah terbiasa melakukan itu semua." Robbie pun membuka salah satu jendela kaca dan angin sepoi-sepoi yang sejuk menerpa wajahnya.

"Ahh, sejuknya."

Di tengah keasyikan menikmati suasana, tiba-tiba saja ada sesuatu yang mengarah serta menutupi wajah Robbie. Ia melepas penutup itu dan didapati secarik kertas yang usang.

"Kertas apa ini?"

Ia membaca tulisan yang ada di kertas itu.

"Air, bayam, daun teh, daun mint, jeruk nipis, madu, jahe, dan emerald water. Emerald water? Apa itu? Tapi selain itu, bahan-bahan ini nampaknya bahan-bahan untuk memasak. Dan, kebetulan semua bahan ini tersedia kecuali emerald water ini. Hmm, bagaimana kalau aku membuatnya? Mungkin aku ingin bereksperimen sebentar untuk menghilangkan kebosananku."

Tanpa berlama-lama lagi, Robbie beranjak pergi meninggalkan kamar dan pergi ke dapur. Ia ke arah rak-rak dan mengambil semua bahan yang disebutkan.

Album for the YoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang