Chapter 5

11 2 0
                                    

Sekarang sudah tengah malam, hujan juga mulai mereda. Semua penghuni rumah tidur termasuk Mai yang diperbolehkan menginap dan tidur di kamar Elena.

Namun, Mai belum memasuki alam mimpi seperti yang dilakukan Elena. Ia gelisah dan terus memiringkan badan ke kiri maupun ke kanan.

"Kenapa aku tidak bisa tidur ya? Dan, kenapa hatiku rasanya tidak tenang seperti ini? Mungkin dengan memejamkan mata, aku pasti terlelap."

Belum lama ia memejamkan mata, ia dikejutkan dengan suara aneh yang muncul sesekali dan mengganggu waktu tidurnya. Karena penasaran, ia mencari asal suara itu, namun ternyata...

"Oh, itu suara dengkuran Elena. Haha, kukira apa." Setelah mengetahuinya, ia kembali ke ranjangnya untuk tidur.

Tapi, di saat ia memejamkan matanya lagi, ada seberkas cahaya di jendela kamar yang teramat silau yang pantulannya mengenai mata Mai, meskipun tirai menutupnya. Rasa penasaran Mai membuat ia menghampiri jendela dan membukanya. Setelah ia membukanya, ia disambut angin yang lumayan kencang yang mengacak-acak rambut albinonya. Tak lama setelah itu angin menghilang, dan secarik kertas yang tertiup angin masuk tepat ke dalam kamar setelah jendela ditutup.

"Astaga, anginnya kencang sekali. Dan, tunggu... kertas apa ini?" Ia melihat kertas itu dan merasa bahwa ia pernah melihat kertas ini sebelumnya.

"Sepertinya aku pernah melihat kertas ini. Tapi dimana ya?" Dia mencoba mengingat-ingat sesuatu. Hingga akhirnya ia ingat.

"Tunggu, ini kertas yang kutemukan 1 tahun lalu di dekat portal. Kertas silsilah keluarga hoffmann. Bukankah kertas itu sudah hilang lama sekali? Kenapa kertas ini kembali lagi?" Mai tidak sadar meninggikan suaranya hingga membuat Elena terbangun.

"Ada apa, Mai? Kenapa kau belum tidur?"

"Oh, m-maafkan aku. Pasti suaraku membangunkanmu." Mai cepat-cepat menutup jendela dan tirainya. Elena bangkit dari ranjangnya dan mendekati Mai.

"Kertas apa ini, Mai?" Mai memberi kertas itu pada Elena untuk dibaca.

"Silsilah keluarga Hoffmann? Tunggu, mengapa ada namaku disini??" Elena menunjuk sebuah nama yang tertera di kertas itu.

"Aku tidak tahu. Namamu kan memang termasuk nama orang-orang bangsawan. Atau mungkin kau termasuk diantaranya?" duga Mai.

"Aku? Keturunan bangsawan? Tidak mungkin! Aku kan hanyalah seorang gadis yang lahir dari rakyat biasa."

Elena masih belum mengetahui kebenaran tentang identitasnya.
Mungkinkah suatu saat nanti ia dapat mengetahuinya?

Lalu, Elena menguap dan segera kembali ke ranjangnya.
"Hooaammm, aku mengantuk. Aku mau tidur."

"Baiklah, aku ingin ke kamar mandi dulu ya. Aku akan menyusulmu." ucap kalimat penutup Mai untuk hari ini.

---
Pagi pun tiba. Meskipun surya belum memunculkan cahayanya, rumah dipenuhi dengan orang-orang yang produktif. Elena yang sedang memanaskan sup semalam, Mai yang sedang membereskan seisi rumah, dan Tracy yang sedang menyiapkan sarapan.

Setelah mereka menyelesaikan pekerjaan mereka masing-masing. Mereka berkumpul bersama di meja makan untuk sarapan.

Mangkuk yang penuh dengan sup daging yang dihiasi dengan beragam sayuran segar tersaji di tengah meja. Dengan 3 gelas susu untuk memulai hari mereka.

"Wah, sup daging! Makanan kesukaanku!" ungkap Mai dengan senang.

"Nah, makan yang banyak ya. Daging sapinya besar sekali bukan?" Ucapan Elena membuat Mai semakin tergoda untuk mencobanya.

"Hmmmm, aku akan memakannya!"

Elena dan Mai makan dengan lahap dan sedikit cepat karena mereka akan menghadapi hari yang padat.

Album for the YoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang