Chapter 13

4 2 0
                                    

"Mai?"

"Ada apa?"

"Sebenarnya, aku..."

"Wah, kalian nampaknya sedang mengobrol, ya? Tapi mengapa tidak di ruang tamu saja." Elena datang menghampiri Mai dan Connor.

"Lebih baik kalian tidur. Terutama kau, Mai. Karena besok pagi kita akan kembali."

"Ohh, hmm, i-iya, Elena. Kau duluan saja ke kamar, aku akan menyusul." Elena mengangguk dan pergi kembali ke kamar.

Setelah Elena menghilang dari pandangan, Mai bertanya.

"Oh iya, kau ingin mengatakan apa?"

"Sebenarnya aku... Sebenarnya aku ingin tidur kembali."

"Oh, hahaa, iya-iya, hari juga sudah larut, dan kau tidur bersama adikmu, bukan?"

"Benar, ia sangat senang dengan adanya kehadiranku."

Tiba-tiba, Mai memegangi bahu Connor. Dan, jantung Connor berdetak dengan kencang kembali.

"Nikmati waktumu bersama adikmu. Karena hanya dia satu-satunya keluargamu, bukan? Kuharap kau dapat merawat dan menjaganya hingga ia menjadi dewasa dan tampan seperti abangnya, hehe." Mai melepas tangan yang memegang bahu pria di depannya.

"Ya sudah, aku ingin melanjutkan tidurku, mimpi indah!" Mai melambaikan tangannya untuk perpisahan ke kamarnya. Connor juga hendak melanjutkan tidurnya. Saat ia berjalan ke kamarnya, jantungnya sudah mulai berdetak dengan intensitas normal.

Ya Tuhan, Mai. Ternyata kau masih merindukan si Julian itu. Andaikan kau tahu, kalau Julian itu masih hidup dan kau sudah membuat detak jantungnya tak karuan. Aku belum bisa memberitahu siapa diriku sebenarnya. Aku harus menunggu waktu yang tepat untuk mengatakannya.

---

Sang surya sudah menyinari dunia, seberkas cahaya melalui kamar Connor melalui jendela yang tidak ada tirainya. Tuhan menyuruh orang-orang untuk tidak malas dan memulai hari yang cerah ini.

Meskipun sinar itu telah menyilaukan Connor dan Robbie. Namun, hanya Connor yang bangun. Sedangkan, Robbie masih tertidur dengan pulasnya.

"Robbie? Robbie?" Connor berusaha membangunkan Robbie. Tapi, Robbie hanya bergerak, mengulet sebentar tanpa membuka mata.

"Kakak, aku benar-benar lelah. Aku rasanya ingin tidur seharian saja. Hoooaamm."

Connor mengerti mengapa Robbie mengatakan itu. Karena selama ia menjadi anggota tentara yang jarang pulang, Robbielah yang mengurus rumah seorang diri. Belum lagi ia harus berjualan di toko roti dari pagi sampai sore. Seharusnya, di usia yang masih terbilang muda, ia menikmati waktu bermain dan bersosialisasi bersama teman-temannya. Namun, waktu-waktu itu dipakai untuk pekerjaan yang lebih rumit daripada itu.

Connor benar-benar tidak tega melihat wajah Robbie yang kelelahan. Mungkin ia akan membiarkan adiknya istirahat dan memulihkan energinya. Karena selama ini, Robbie sudah benar-benar lelah, ia mau tidak mau harus melakukan pekerjaan itu lagi keesokan harinya meskipun energinya belum fit.

"Tapi, aku tetap harus bekerja. Aku tidak boleh mengantuk!" Robbie bangkit dari tempat tidur dengan niat untuk bekerja.

"Eh, jangan! Tidak perlu, kau istirahat saja di sini," cegat Connor.

"Tapi, ada banyak pekerjaan yang harus aku lakukan hari ini. Membereskan rumah, mengurus toko roti itu," jelas Robbie.

"Itu semua biar kakak yang urus. Kau istirahat saja di sini. Tidak apa-apa kalau kau ingin tidur seharian."

Album for the YoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang