Chapter 22

9 2 0
                                    

"Ayah?"

MAI...

DATANGLAH....

... KEPADAKU

"Apa itu kau, Ayah?"

Mai terbawa oleh bisikan itu sampai ia terdiam. Elena menyadari tingkah anehnya.

"Mai!" Cukup 1 teriakan saja mampu menyadarkannya.

"Ada apa?" Yang ditanya hanya gelagapan. Ia tidak bisa mengatakan apa-apa sehingga ia mengatakan tidak apa-apa dengan menggeleng. Ia mengecek kantong gaun yang ia kenakan.

"Oh, tidak. Sepertinya ada yang ketinggalan. Kalian duluan saja!" Mai bergegas kembali ke kediaman Leopold. Elena merasa aneh pada Mai, tapi ia lupakan saja.

Mai kembali ke toko Leopold. Ia menuju salah satu rak dimana ia sempat menaruh sesuatu.

"Itu dia!" Mai mengambil sebuah benda yang merupakan kenang-kenangannya. Sebuah jam saku dengan foto dirinya dan juga ayahnya. "Aku hampir melupakan harta ini. Ayah, kapankah kau akan kembali?"

Maafkan aku, Leopold.

Aku benar-benar tidak percaya ini, Tracy.

Mai mendengar sayup-sayup suara mereka. Sepertinya berada di laboratorium bawah tanah. Mai yang penasaran mengendap-endap ke tempat itu dengan perlahan supaya tidak terdengar oleh orang-orang tua itu. Dia kini sudah berada di ujung tangga dan terlihat Tracy dan Leopold berada di pojok meja lab mengobrol membelakangi Mai.

"Aku tidak percaya kau membesarkan anak keluarga kerajaan itu!"

"Apa kau tidak paham situasinya? Aku menemukannya di kegelapan malam di tengah hutan. Apa aku akan tega meninggalkan bayi malang yang sudah kehilangan keluarganya itu? Aku membesarkan dia karena aku yakin suatu saat dia akan meneruskan takhta kerajaan ini, Leopold!"

Membesarkan dia? Dia siapa?, tanya Mai dalam batinnya.

"Dia akan menjadi penyelamat kita, Leopold! Dia akan mengembalikan apa yang seharusnya menjadi milik kita!" sambung Tracy.

"Kau lebih memilih mengurus gadis itu, dibanding 2 anak lelaki yang telah kau telantarkan." Tracy terdiam dan memalingkan muka, karena yang dikatakan Leopold adalah kebenaran. Mai semakin penasaran dengan percakapan mereka berdua. Ia dengan seksama akan terus mendengarkan.

"Kau tadi bertemu dengan anak bungsumu, bukan?" Tracy terkejut dan netranya kembali memandang Leopold. "Tidak perlu terkejut begitu, kita sudah lama mengikat janji selama 5 tahun, tidak mungkin kau tidak mengetahui kemampuan apa yang aku punya?"

"Dan kau tahu alasan aku berpisah darimu? Kau tidak mau menerima anak-anakku."

"Tentu saja! Aku tidak akan sudi menampung keturunan manusia! Keturunan lelaki yang sudah merenggut kebahagiaanku di masa lampau!"

"Tracy Margherite Goodman, mau sampai kapan kau akan memainkan sandiwara ini? Mau sampai kapan kau menutupi semua kebenaran ini? Apa tujuanmu sebenarnya menikahi manusia itu?" Atensi Leopold memandang Tracy dengan tajam. Cecarannya membuat Tracy sedikit berkeringat dingin dan merasa cemas.

"Tutup saja mulutmu itu. Jangan sampai rahasia besar ini diketahui banyak orang, bahwa Elena sebenarnya adalah pewaris keturunan Schonstadt." ucap Tracy dengan nada tegas.

Mai yang sedari tadi masih menguping tentu saja tidak percaya dengan apa yang ia dengar. Ia telah mengetahui rahasia yang—mungkin?—seharusnya ditutupi. Karena panik, ia tidak sengaja menyenggol vas bunga di sampingnya hingga terjatuh, pecah hingga berkeping-keping.

Tracy dan Leopold dengan cepat menoleh ke belakang, Mai bersembunyi di pinggir tembok dekat tangga.

"Astaga, siapa yang memecahkan vas ini, untung bukanlah koleksi yang mahal." Kebetulan sekali, ada seekor kucing yang menyelinap masuk dan terlihat di dekat pecahan vas itu. Kucing tersebut merupakan peliharaan Leopold.

"Felix?"

Meow meow?

"Kau yang memecahkan vas ini? Menjauhlah, nanti kau terkena pecahan beling." Sembari Leopold dan Tracy terdistraksi, Mai menaiki tangga dengan perlahan supaya suara tangga kayu yang berderit tidak terdengar dengan jelas, setelahnya ia pergi.

"Kurasa aku akan memperbaiki vas ini nanti."

"Kenapa tidak membeli saja yang baru?" saran Tracy.

"Raja Maximus lah yang memberikan ini sebagai hadiah karena sebagai rasa kesetiaanku padanya. Tentu saja benda ini begitu berharga," jawabnya tanpa menoleh ke Tracy sembari membersihkan sisa-sisa pecahan kaca. Setelahnya, Leopold membawa kucingnya keluar dari laboratorium bersama Tracy. Leopold menutup rak buku yang menjadi pintu masuk dan menguncinya kembali.

"Baiklah, aku hanya akan memberimu setetes ramuan." Leopold meletakkan Felix di atas meja resepsionis lalu mengambil ramuan kecil berwarna biru muda. Ia teteskan menggunakan pipet kecil ke luka kecil di kaki Felix. Ajaibnya, luka itu menutup dan tidak meninggalkan bekas sedikitpun.

Meow, meow!!

Meskipun yang terdengar hanya suara mengeong. Leopold tahu bahwa Felix berterimakasih.

"Sama-sama."

Beberapa detik kemudian, sinar menyilaukan mata Leopold. Ternyata itu dihasilkan bola kristal yang berada di pojok meja kasir.

"Oh, tidak. Sesuatu akan datang...."

Bersambung....

----------
Maaf telat banget ya guys, jadwal padet bangettt. + aku juga mengikuti KSN jadi makin telatt.

Anyways, semoga kalian masi enjoy yaa.

Happy reading! ✨

Album for the YoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang